Harga Bitcoin Turun di Bawah USD 90.000, Pertama Kali Sejak Januari

Bitcoin mata uang kripto terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar, anjlok sebanyak 6% menjadi USD 88.245 atau setara Rp 1,44 miliar

oleh Gagas Yoga Pratomo Diperbarui 25 Feb 2025, 18:12 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 18:12 WIB
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Mata uang kripto bitcoin dan ether anjlok ke posisi terendah dalam beberapa bulan pada Selasa, 25 Februari 2025. Bitcoin dan Ether terjebak dalam aksi jual secara umum dan para pedagang masih mencermati peretasan Ether senilai USD 1,5 miliar atau setara Rp 24,5 triliun (asumsi kurs Rp 16.350 per dolar AS) minggu lalu dari bursa kripto Bybit.

Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (25/2/2025), Bitcoin mata uang kripto terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar, anjlok sebanyak 6% menjadi USD 88.245 atau setara Rp 1,44 miliar, terendah sejak November, dan pertama kalinya turun di bawah USD 90.000 sejak pertengahan Januari.

Kripto terbesar kedua di dunia, ether anjlok sebanyak 11% pada satu titik menjadi USD 2.333 atau setara Rp 38,1 juta, terendah sejak Oktober.

Bitcoin Terus Alami Tekanan

Sebelumnya, harga Bitcoin terus mengalami konsolidasi di bawah angka psikologis USD 100.000 setelah mengalami penurunan tajam akibat salah satu peretasan terbesar dalam sejarah kripto.

Bitcoin sempat mencapai level tertinggi mingguannya di USD 98.940 sebelum anjlok lebih dari USD 4.000 ke titik terendah dalam tiga hari di USD 94.800. 

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, penurunan ini membentuk pola bearish engulfing, yang mengindikasikan tekanan jual yang kuat di pasar. Dampaknya, pasar kripto mengalami likuidasi lebih dari USD 600 juta.

Fyqieh mengungkapkan, salah satu faktor utama di balik tekanan ini adalah peretasan besar yang terjadi di platform perdagangan kripto Bybit, yang mengakibatkan kehilangan aset senilai sekitar USD 1,4 miliar dalam bentuk Ethereum (ETH). 

"Insiden ini memberikan dampak langsung pada pasar, membuat kripto Bitcoin gagal menembus level USD 100.000 dan kembali ke fase konsolidasi,” kata Fyqieh dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (25/2/2025).

 

Faktor Ekonomi AS Juga Berpengaruh

Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)... Selengkapnya

Selain peretasan Bybit, Fyqieh menyebut laporan ekonomi terbaru dari Amerika Serikat juga memberikan tekanan pada pasar kripto. Indeks PMI sektor jasa mencatat level terendah dalam lebih dari dua tahun, menunjukkan adanya pelemahan ekonomi.

Sejumlah data ekonomi penting yang akan dirilis minggu ini, seperti keyakinan konsumen (25 Februari), data penjualan rumah baru (26 Februari), dan laporan PDB kuartal keempat (27 Februari), diperkirakan akan mempengaruhi pasar lebih lanjut. 

“Jika pertumbuhan ekonomi AS lebih tinggi dari perkiraan, peluang pemangkasan suku bunga bisa berkurang, yang dapat semakin menekan aset-aset berisiko seperti Bitcoin,” jelasnya

 

Inflasi AS

Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)... Selengkapnya

Selain itu, laporan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) bulan Januari, yang menjadi indikator utama inflasi bagi Federal Reserve, juga akan menjadi perhatian utama pasar pada Jumat mendatang.

Di sisi regulasi, sidang Komite Perbankan Senat AS pada 26 Februari terkait kerangka kerja legislatif untuk aset digital bisa membawa dampak positif bagi pasar kripto. Sementara itu, laporan keuangan dari perusahaan teknologi besar seperti Nvidia juga dapat memengaruhi aset kripto yang terkait dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya