Mahasiswa Amerika Temukan Permainan Terapi untuk Anak dengan Cerebral Palsy

Tim mahasiswa di Universitas Nebraska-Lincoln, Amerika Serikat merancang game virtual reality (VR) untuk membantu terapi fisik anak-anak dengan cerebral palsy (CP).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 10 Jun 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 11:00 WIB
Headset VR 03
HTC Vive

Liputan6.com, Jakarta Tim mahasiswa di Universitas Nebraska-Lincoln, Amerika Serikat merancang game virtual reality (VR) untuk membantu terapi fisik anak-anak dengan cerebral palsy (CP).

Mereka bermitra dengan Pusat Medis Universitas Nebraska, Munroe-Meyer Institute untuk membuat game tersebut. Proyek ini didasarkan pada terapi intensif bimanual tangan dan lengan yang dirancang untuk anak-anak dengan CP, salah satu disabilitas fisik yang satu bagian tubuh lebih terpengaruh daripada yang lain.

Terapi ini dinamai HABIT, dimaksudkan untuk mempromosikan penggunaan kedua tangan dan lengan secara bersamaan. Ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan penggunaan tangan di kedua sisi tubuh.

“Ini adalah terapi yang telah terbukti bekerja untuk individu. Kami berharap permainan ini dapat membantu," ujar James Gehringer yang mensponsori proyek seperti mengutip Cerebral Palsy News Today.

Gehringer adalah asisten profesor riset di Departemen Terapi Fisik di Universitas Nebraska. Ide dasar di balik proyek ini adalah untuk merancang permainan VR di mana para peserta harus melakukan latihan seperti kebiasaan (habit) untuk menang.

Banyak dari latihan ini dimaksudkan untuk meniru kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian atau menyiapkan makanan.

Simak Video Berikut Ini:

Dapat Disesuaikan Secara Manual

Game ini diprogram untuk berubah secara acak pada setiap play-through. Hal ini juga dapat disesuaikan secara manual sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien.

"Ada banyak fitur aksesibilitas yang kami pertimbangkan," kata Ethan Penn, salah satu siswa yang merancang game.

“Terapis dapat mengubah berapa banyak blok yang harus mereka masukkan ke dalam reaktor sebelum mereka menang, rentang gerakan yang diizinkan dan seberapa tepat mereka. Beberapa orang dengan CP mungkin memiliki masalah menekan tombol kembali, dan jika penyandang CP tidak dapat melakukannya maka ada opsi lain."

Permainan dapat dikembangkan dengan melibatkan terapis. Dengan demikian, anak-anak dengan CP dapat bermain selama sesi terapi. Menurut Gehringer, umpan balik terapis sangat positif, dan anak-anak menikmati permainan itu.

"Anak-anak tidak ingin pergi," kata Gehringer. "Mereka tidak ingin melepas headset."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya