Berselancar Dijadikan Terapi bagi Penyandang Disabilitas di Brasil

Puluhan penyandang disabilitas memanfaatkan papan selancar dan ombak sebagai terapi di School of Adapted Surfing di Santos, Brasil.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 21 Jul 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2021, 10:00 WIB
Bermain Surfing di Pantai Kuta
Turis berselancar di pantai Kuta dekat Denpasar di pulau resor Indonesia di Bali (3/5). Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Liputan6.com, Jakarta Puluhan penyandang disabilitas memanfaatkan papan selancar dan ombak sebagai terapi di School of Adapted Surfing di Santos, Brasil.

Terlihat banyaknya paralimpik peselancar dari Brasil. Ada juara dunia para-surfing Malu Mendes yang terlahir dengan Cerebral Palsy. Ada pula Miguel Almeida, seorang tunanetra, juga sedang berlatih untuk menjadi peselancar profesional.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini:


Terapi

Bagi Miguel dan Malu, berselancar bukan hanya cara mereka merasa hidup, melainkan juga merupakan terapi.

Para dokter sangat yakin kalau kondisi Malu tidak akan bisa berjalan dengan baik. Namun tidak ada yang menyangka bahwa pada tahun 2020 ia menjadi juara dunia Para-Surfing.

"Saya terlahir dengan cerebral palsy. Lalu ketika saya pergi ke dokter setelah bertahun-tahun berselancar, ia (dokter) mengatakan tidak tahu mengapa saya bisa melakukannya dengan baik. Padahal hasil tes neurologis saya dengan jelas mengindikasikan bahwa saya adalah seorang yang tidak bisa berjalan dengan baik. Yang saya tahu, yang membuatnya berbeda adalah dengan berselancar," kata Malu, dikutip dari channel YouTube AFP News Agency.

 


Visualisasi

Berselancar juga untuk terapi, Miguel hanya memiliki penglihatan 5% pada mata kirinya dan 10% pada mata kanannya. Ia telah mengendarai ombak sejak umurnya lima tahun.

"Saya bisa mendengar lebih baik daripada orang pada umumnya, jadi saya bisa memvisualisasikan hal-hal dengan cara yang berbeda, bukan dengan mata saya melainkan dengan telinga saya. Kemudian ketika saya berselancar, dengan suara ombak, saya bisa tahu jika ombaknya besar atau kecil.

Sekolah tersebut telah menolong 280 orang dengan penyandang disabilitas. Bagi beberapa diantaranya, ombak hanyalah satu-satunya terapi yang bisa diandalkan.


Infografis Panduan Isolasi Mandiri Covid-19 untuk Anak

Infografis Panduan Isolasi Mandiri Covid-19 untuk Anak. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Panduan Isolasi Mandiri Covid-19 untuk Anak. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya