Liputan6.com, Jakarta Puluhan penyandang disabilitas memanfaatkan papan selancar dan ombak sebagai terapi di School of Adapted Surfing di Santos, Brasil.
Terlihat banyaknya paralimpik peselancar dari Brasil. Ada juara dunia para-surfing Malu Mendes yang terlahir dengan Cerebral Palsy. Ada pula Miguel Almeida, seorang tunanetra, juga sedang berlatih untuk menjadi peselancar profesional.
Advertisement
Simak Video Berikut Ini:
Terapi
Bagi Miguel dan Malu, berselancar bukan hanya cara mereka merasa hidup, melainkan juga merupakan terapi.
Para dokter sangat yakin kalau kondisi Malu tidak akan bisa berjalan dengan baik. Namun tidak ada yang menyangka bahwa pada tahun 2020 ia menjadi juara dunia Para-Surfing.
"Saya terlahir dengan cerebral palsy. Lalu ketika saya pergi ke dokter setelah bertahun-tahun berselancar, ia (dokter) mengatakan tidak tahu mengapa saya bisa melakukannya dengan baik. Padahal hasil tes neurologis saya dengan jelas mengindikasikan bahwa saya adalah seorang yang tidak bisa berjalan dengan baik. Yang saya tahu, yang membuatnya berbeda adalah dengan berselancar," kata Malu, dikutip dari channel YouTube AFP News Agency.
Advertisement
Visualisasi
Berselancar juga untuk terapi, Miguel hanya memiliki penglihatan 5% pada mata kirinya dan 10% pada mata kanannya. Ia telah mengendarai ombak sejak umurnya lima tahun.
"Saya bisa mendengar lebih baik daripada orang pada umumnya, jadi saya bisa memvisualisasikan hal-hal dengan cara yang berbeda, bukan dengan mata saya melainkan dengan telinga saya. Kemudian ketika saya berselancar, dengan suara ombak, saya bisa tahu jika ombaknya besar atau kecil.
Sekolah tersebut telah menolong 280 orang dengan penyandang disabilitas. Bagi beberapa diantaranya, ombak hanyalah satu-satunya terapi yang bisa diandalkan.
Infografis Panduan Isolasi Mandiri Covid-19 untuk Anak
Advertisement