Liputan6.com, Jakarta Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini meraih penghargaan sebagai Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pembentukan Unit Layanan Disabilitas (ULD) dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Penghargaan ini menggarisbawahi komitmen UGM untuk menjadi kampus yang inklusif dan mendukung semua mahasiswanya, termasuk penyandang disabilitas.
Ketua ULD UGM Dr. Wuri Handayani, mengungkapkan rasa bangga dan syukurnya atas apresiasi ini.
Baca Juga
“Kami merasa terhormat atas penghargaan ini, yang mencerminkan penilaian positif terhadap berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh ULD UGM,” ujar Wuri, Rabu (18/12), dikutip dari situs resmi UGM.
Advertisement
Studi Banding ke Universitas Brawijaya
Ia menjelaskan bahwa berbagai inisiatif telah dilakukan untuk memperkuat layanan disabilitas di UGM, termasuk studi banding ke Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya.
“Kegiatan studi banding ini untuk mengeksplorasi bagaimana mereka memberikan fasilitasi akomodasi yang layak bagi mahasiswa disabilitas,” tambahnya.
Sejak tahun 2006, UGM telah berupaya menciptakan lingkungan kampus yang inklusif melalui berbagai langkah, seperti pembuatan video jejak inklusif, pembentukan Unit Kegiatan Mahasiswa Disabilitas pada 2012, hingga mendirikan ULD pada tahun 2024.
Salah satu fokus utama ULD adalah melakukan asesmen kebutuhan mahasiswa disabilitas untuk mengidentifikasi ragam disabilitas, tantangan yang dihadapi, dan akomodasi yang diperlukan.
“Hasil asesmen ini kami diskusikan dengan wakil dekan bidang akademik di setiap fakultas untuk memastikan adanya tindak lanjut dalam penyediaan akomodasi yang layak,” jelas Wuri.
Tantangan Menuju Inklusivitas
Meski telah mencapai banyak hal, perjalanan menuju kampus yang sepenuhnya inklusif tidak tanpa tantangan. Wuri mengakui masih ada kendala, terutama kurangnya pemahaman mengenai pendidikan inklusif di kalangan dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa non-disabilitas. I
nfrastruktur kampus yang belum sepenuhnya ramah disabilitas juga menjadi hambatan, demikian pula dengan keterbatasan sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan ULD.
“Kita perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman semua pihak serta memperbaiki infrastruktur agar mahasiswa disabilitas dapat mandiri,” ungkapnya.
Advertisement
Harapan dan Komitmen ke Depan
Bagi Wuri, penghargaan ini adalah motivasi untuk terus meningkatkan layanan bagi mahasiswa disabilitas. “Kami berharap dapat mengemban amanah pembentukan ULD sesuai Peraturan Rektor No. 19/2024 untuk melakukan advokasi, fasilitasi, dan asesmen sehingga mahasiswa disabilitas dapat mencapai potensi terbaiknya,” ujarnya.
Selain itu, ULD UGM bercita-cita menjadi pusat unggulan (center of excellence) dalam isu disabilitas di Indonesia. Wuri menegaskan bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak sangat diperlukan.
“Kami senantiasa berharap dukungan dan masukan dari semua pihak untuk mewujudkan tujuan ini,” katanya.
Komitmen Dorong Inklusivitas
ULD UGM memiliki tagline: Aspiration, Connection, Innovation, dan Inclusion. “Aspiration berarti kami selalu mendengarkan masukan; Connection, kami memerlukan jaringan kerjasama yang luas; Innovation, kami mengembangkan berbagai inovasi untuk mendukung inklusivitas; dan Inclusion, memastikan semua orang terlibat sehingga tidak ada yang tertinggal,” jelas Wuri.
Dengan semangat ini, UGM berkomitmen untuk terus mendorong inklusivitas dan memberikan inspirasi bagi kampus-kampus lain di Indonesia. Harapannya, semua perguruan tinggi dapat menyediakan layanan terbaik bagi mahasiswa disabilitas, sehingga prinsip “No one left behind” benar-benar terwujud.
Advertisement