Liputan6.com, Jakarta - Pemberi kerja kerap mempertimbangkan berbagai hal sebelum merekrut calon karyawan dengan disabilitas netra.
Salah satunya soal kekhawatiran adanya biaya tambahan yang tinggi untuk penyesuaian karyawan tersebut. Hal ini diungkap oleh penulis disabilitas di Yayasan Mitra Netra, Juwita Maulida.
Baca Juga
Dia menerangkan, ketika hendak mempekerjakan karyawan tunanetra, para pemberi kerja juga harus memikirkan untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan, atau yang juga disebut penyediaan akomodasi yang layak bagi tunanetra.
Advertisement
“Untuk melakukan penyesuaian tersebut, maka pihak pemberi kerja merasa harus mengeluarkan biaya tambahan yang cukup tinggi. Inilah yang menjadi alasan lain, mengapa para pemberi kerja belum berkeinginan merekrut tunanetra,” tulis Juwita di laman Yayasan Mitra Netra, dikutip Jumat (27/12/2024).
Umumnya berbagai perusahaan mengira bahwa bentuk penyesuaian atau akomodasi yang layak bagi tunanetra adalah berupa infrastruktur fisik. Padahal, untuk membuat lingkungan kerja menjadi inklusif bagi tunanetra tidak selalu dengan cara mengubah bentuk bangunan atau menambahkan sarana secara fisik, seperti guiding block, railing, talking lift, dan lain-lain.
Untuk bekerja, tunanetra juga menggunakan komputer yang dilengkapi aplikasi pembaca layar. Saat ini, aplikasi tersebut dapat diperoleh secara cuma-cuma (open source), sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan.
“Di samping itu, saat ini juga tersedia berbagai aplikasi yang aksesibel untuk tunanetra, yang juga non-commercial, yang dapat mendukung tunanetra bekerja, misalnya saat harus membaca dokumen dalam format JPG,” kata Juwita.
Sediakan Teman Tandem
Jika ada pekerjaan yang bersifat visual dan tidak dapat diakses tunanetra dengan bantuan aplikasi, perusahaan dapat menyediakan teman tandem.
Teman tandem adalah rekan kerja yang ditugasi memberikan bantuan yang diperlukan, sehingga tugas yang memiliki aspek visual tersebut dapat diselesaikan karyawan tunanetra dengan baik.
“Ini artinya, untuk menyediakan penyesuaian tersebut, para pemberi kerja tidak harus mengeluarkan biaya tambahan yang tinggi. Bahkan kadang kala, karyawan tunanetra dapat mengupayakan kebutuhannya secara mandiri, karena tunanetra lebih nyaman dan terbiasa menggunakan perangkat komputer/laptop yang dipakainya sehari-hari,” jelas Juwita.
Advertisement
Keterbatasan Akses Fisik Kantor Masih Bisa Diatasi dengan Bantuan Petugas
Terkait kebutuhan fasilitas aksesibilitas fisik yang diperlukan karyawan tunanetra, sebetulnya hal ini masih dapat diatasi dengan dukungan bantuan dari petugas atau karyawan lain non-tunanetra.
Bantuan orientasi tempat bekerja bagi tunanetra juga sangat berguna, agar karyawan tunanetra tersebut dapat membangun “mental mapping” atau memiliki gambaran tersendiri tentang peta kantor dan ruangan tempatnya bekerja. Sehingga, pada akhirnya tetap dapat bermobilitas secara lebih mandiri.
Untuk mengikis keraguan terkait dengan biaya tambahan ini, para pemberi kerja dapat meneladani berbagai perusahaan yang telah lebih dahulu melaksanakan perekrutan karyawan tunanetra.
Konsultasi dengan Lembaga Pendampingan Tunanetra
Guna meningkatkan kepercayaan diri dalam merekrut pekerja tunanetra, perusahaan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah konkret.
“Salah satunya adalah dengan berkonsultasi dengan lembaga pendampingan seperti Mitra Netra, yang memiliki pengalaman dan pengetahuan terkait perekrutan serta penempatan tenaga kerja bagi tunanetra.”
Mitra Netra dapat menyediakan “disability sensitizing session” atau sesi untuk membangun kesadaran dan pengetahuan bagaimana berinteraksi dengan tunanetra kepada perusahaan yang berkeinginan merekrut karyawan tunanetra.
Selain itu, perusahaan juga bisa langsung bertanya kepada calon karyawan tunanetra tentang kebutuhan dan kemampuan mereka pada saat melakukan proses wawancara kerja, sehingga memperoleh pemahaman yang lebih baik dan membangun hubungan yang inklusif.
Advertisement