Perubahan Gaya Busana Dian Sastro dalam Film Aruna dan Lidahnya

Cerita di balik pemilihan gaya busana Dian Sastro dalam Film Aruna dan Lidahnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Sep 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2018, 16:00 WIB
image: Jacky Soeharto
image: Jacky Soeharto

Jakarta Untuk Anda penggemar berat film Indonesia dan fans Dian Sastro pasti sudah tak sabar untuk menyaksikan Aruna dan Lidahnya yanag akan tayang 27 September 2018 mendatang. Apalagi deretan foto dari akun Instagram Palari Films sudah cukup membuat penasaran.

Tak hanya jalan ceritanya yang membuat Anda tak sabar, gaya busana dari Dian Sastro dan aktor lainnya untuk film ini pun terlihat begitu mencuri perhatian. Sebagai sebuah film tentang makanan, dan makan, yang pasti punya mood drama, dan cerita, nampak Aruna dan Lidahnya ada di sisi gaya kasual. Tapi tetap terkonsep. FIMELA berbincang dengan head of wadrobe film ini, Ajeng Dewi Swastiari.

Ajeng yang juga menjadi celebrity stylist untuk beberapa selebriti tanah air itu, seperti Titi Dj, menjawab sederet pertanyaan FIMELA mengenai konsep, arahan, dan khususnya seperti apa Dian Sastro, pemeran Aruna, akan ditampilkan di film yang berkeliling beberapa wilayah Indonesia itu. Simak tanya jawabnya di bawah ini.

Arahan wardrobe film Aruna dan Lidahnya ini bagaimana?

Sangat natural, very realistic and pretty much colorful in the right way.

Breakdown gaya tiap karakter sentralnya seperti apa?

Ini film pertama yang aku kerjakan sebagai chief wardrobe, sempat hampir ingin mendandani sosok seorang Aruna bisa tampil seperti Alexa Chung atau Chloe Sevigny. Tapi, ternyata saat membuat moodboard, dibantu oleh mbak Meiske (produser), mereka tetap menjaga karakter Aruna dan ketiga karakter utama lain untuk tetap jadi diri "mereka" sendiri. Awalnya, banyak sekali perubahan gaya di tiap karakter, sampai aku sendiri "dapet banget" mereka itu akan dipakaikan baju seperti apa.

Ada trend yang cukup terlihat di wardrobe-nya

Sampai cukup terlihat, wow I am grateful, that means our hardwork is paid off. Hehehe.

Iya, terasa tematik dan eranya

Betul! Yang ditekankan para produser juga jadi pembelajaran. Membayangkan seseorang yang bekerja untuk NGO ke luar kota selama seminggu akan berapa banyak barang? Misalnya seperti itu. Bekerja di costume department untuk film layar lebar memang harus benar-benar memakai rasa. Dan memang betul, ada tema yang diangkat, seperti pemilihan print, warna, cutting baju, semua sangat dipikirkan waktu di awal proses kita membuat moodboard. Sampai hasilnya bisa kita lihat. Atau misalnya, apakah di set waktu film ini ada trend yang belum muncul? Jadi kita tak akan memakai itu. Semuanya agar penonton merasakan relevansinya.

Ada mood retro ya?

Benar. Dengan rok-rok lipit, warna-warna cerah tapi pastel, kalau ada print, Aruna akan dipilihkan motif floral.

Manis sekali!

Manis banget, sampai gemas. Bahkan di beberapa adegan, Dian akan memakai dress. Cukup tergambar betapa feminin Aruna. Dan ini kontras pastinya dengan karakter lain, misalnya Nadezda (diperankan Hannah Al Rashid) yang dipilihkan warna-warna lebih tegas, lebih banyak print, tapi model dan siluetnya tetap realistik. Cukup menantang buat aku yang biasa mengerjakan gaya-gaya yang serba hitam putih, tegas, juga edgy. Haha.

Tidak Dian Sastro banget, tapi masih cocok

Iya, itu yang kita coba. Intinya, bagaimana caranya agar orang bisa melihat mereka bukan sebagai sosok Rangga dan Cinta yang sudah terlalu melekat pada keduanya. Jadi, mudah-mudahan selain dari akting, sisi wardrobe bisa membantu itu.

Karakternya Aruna ini memang lebih sweet ya sepertinya?

Iya! cewek yang pemberani, lucu tapi juga punya sisi manja. Berbeda dengan Dian di AADC yang sangat kuat, termasuk dalam urusan styling, apalagi di film ini dia kembali berpasangan dengan Nicholas Saputra.

Brand-brand yang dipakai di wardrobe film ini apa saja?

Selalu diusahakan memakai brand lokal. Jadi yang diajak kerjasama adalah brand teman-teman sendiri, seperti Nikicio, Cotton Ink, Invio, ada dari The Goodsdept juga.

Dan kamu sedang hamil ya saat produksi film ini, bagaimana mengatur semuanya?

Hamil saat harus mengerjakan proyek film adalah sebuah hal besar, apalagi aku hamil anak kembar - jadi benar-benar besar. Dari awal hamil saja perut sudah besar dan membuat tidak aktif. Tapi untungnya, mengandalkan team work di lapangan (Ajeng punya tim stylist) dan mereka sudah sangat terbiasa dengan hal itu.

Penulis: Stanley D

Sumber: Fimela.com

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya