Liputan6.com, Jakarta Plasenta merupakan organ vital dalam kehamilan yang berperan penting menyalurkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Pada kondisi normal, plasenta menempel di bagian atas atau samping rahim. Namun pada beberapa kasus, plasenta dapat berada di posisi yang tidak semestinya dan menutupi jalan lahir. Kondisi ini dikenal sebagai plasenta previa dan dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu dan bayi. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai ciri ciri plasenta menutupi jalan lahir, penyebabnya, serta cara menanganinya.
Pengertian Plasenta Previa
Plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta berada di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (serviks). Pada kehamilan normal, plasenta biasanya menempel di bagian atas atau samping rahim. Namun pada plasenta previa, posisi plasenta yang rendah ini dapat menghalangi jalan keluar bayi saat persalinan.
Terdapat beberapa jenis plasenta previa berdasarkan tingkat penutupan serviks:
- Plasenta previa totalis: Plasenta menutupi seluruh jalan lahir
- Plasenta previa parsialis: Plasenta menutupi sebagian jalan lahir
- Plasenta previa marginalis: Tepi plasenta berada di pinggir jalan lahir
- Plasenta letak rendah: Plasenta berada dekat dengan jalan lahir namun tidak menutupinya
Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat selama kehamilan atau saat persalinan, sehingga berpotensi membahayakan nyawa ibu dan bayi. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengenali ciri-ciri plasenta previa dan segera mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Advertisement
Ciri-Ciri Plasenta Menutupi Jalan Lahir
Mengenali ciri ciri plasenta menutupi jalan lahir sangat penting agar ibu hamil dapat waspada dan segera mencari pertolongan medis. Berikut ini adalah tanda dan gejala utama plasenta previa yang perlu diperhatikan:
- Perdarahan vagina tanpa rasa nyeri: Ini merupakan gejala khas plasenta previa yang paling umum. Perdarahan biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan, terutama setelah usia kehamilan 20 minggu. Darah yang keluar umumnya berwarna merah segar.
- Perdarahan berulang: Perdarahan pada plasenta previa dapat terjadi beberapa kali dan berhenti dengan sendirinya, lalu muncul kembali beberapa hari atau minggu kemudian. Volume perdarahan bisa bervariasi dari sedikit hingga banyak.
- Perdarahan setelah aktivitas seksual: Hubungan intim atau orgasme dapat memicu perdarahan pada ibu dengan plasenta previa.
- Kontraksi ringan: Beberapa ibu mungkin merasakan kontraksi atau kram ringan di perut, terutama saat terjadi perdarahan.
- Nyeri punggung atau panggul: Rasa tidak nyaman di area punggung bawah atau panggul kadang dapat menyertai plasenta previa.
- Posisi janin tidak normal: Pada beberapa kasus, plasenta previa dapat menyebabkan posisi janin menjadi sungsang atau melintang.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua ibu dengan plasenta previa akan mengalami gejala yang jelas. Beberapa mungkin tidak mengalami perdarahan sama sekali hingga waktu persalinan tiba. Oleh karena itu, pemeriksaan USG rutin selama kehamilan sangat penting untuk mendeteksi kondisi ini sedini mungkin.
Penyebab Plasenta Previa
Meskipun penyebab pasti plasenta previa belum diketahui secara pasti, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini. Memahami faktor-faktor ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil. Berikut adalah beberapa penyebab dan faktor risiko utama plasenta previa:
- Usia ibu di atas 35 tahun: Risiko plasenta previa meningkat seiring bertambahnya usia ibu saat hamil.
- Kehamilan multipara: Ibu yang telah melahirkan beberapa kali sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami plasenta previa.
- Riwayat operasi pada rahim: Ibu dengan riwayat operasi caesar, miomektomi, atau kuretase memiliki risiko lebih besar.
- Kehamilan kembar: Plasenta previa lebih sering terjadi pada kehamilan ganda atau multipel.
- Riwayat plasenta previa sebelumnya: Ibu yang pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya kembali.
- Merokok atau penggunaan narkoba: Konsumsi rokok atau narkoba selama kehamilan dapat meningkatkan risiko plasenta previa.
- Kelainan bentuk rahim: Beberapa kelainan anatomi rahim dapat menyebabkan plasenta tumbuh di posisi yang tidak normal.
- Fertilisasi in vitro (IVF): Kehamilan hasil teknologi reproduksi berbantu memiliki risiko sedikit lebih tinggi untuk plasenta previa.
Penting untuk diingat bahwa memiliki satu atau lebih faktor risiko tidak berarti ibu pasti akan mengalami plasenta previa. Sebaliknya, plasenta previa juga dapat terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang jelas. Oleh karena itu, pemeriksaan kehamilan rutin tetap penting dilakukan untuk semua ibu hamil.
Advertisement
Diagnosis Plasenta Previa
Diagnosis dini plasenta previa sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi serius bagi ibu dan bayi. Berikut ini adalah metode-metode yang digunakan oleh tenaga medis untuk mendiagnosis plasenta previa:
- Ultrasonografi (USG):
USG merupakan metode utama untuk mendiagnosis plasenta previa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui dua cara:
- USG transabdominal: Dilakukan dengan menempelkan probe USG di perut ibu. Metode ini aman dan tidak invasif, namun kadang kurang akurat untuk menentukan posisi plasenta yang tepat.
- USG transvaginal: Probe USG dimasukkan ke dalam vagina untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang posisi plasenta terhadap serviks. Metode ini lebih akurat namun harus dilakukan dengan hati-hati pada kasus plasenta previa untuk menghindari risiko perdarahan.
- Magnetic Resonance Imaging (MRI):
Dalam kasus tertentu, dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan MRI untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail tentang posisi plasenta. MRI sangat berguna terutama jika dicurigai adanya plasenta akreta (kondisi di mana plasenta menempel terlalu dalam ke dinding rahim).
- Pemeriksaan fisik:
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan hati-hati, termasuk memeriksa ukuran rahim dan posisi janin. Namun, pemeriksaan dalam melalui vagina biasanya dihindari pada kasus yang dicurigai plasenta previa untuk mencegah risiko perdarahan.
- Riwayat medis:
Dokter akan menanyakan riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat operasi pada rahim, dan gejala-gejala yang dialami ibu seperti perdarahan vagina.
- Pemeriksaan laboratorium:
Tes darah lengkap dan pemeriksaan faktor pembekuan darah mungkin dilakukan untuk menilai kondisi ibu dan kesiapan menghadapi risiko perdarahan.
Diagnosis plasenta previa biasanya dapat ditegakkan pada trimester kedua kehamilan melalui USG rutin. Namun, penting untuk diingat bahwa posisi plasenta dapat berubah seiring bertambahnya usia kehamilan. Oleh karena itu, pemeriksaan ulang biasanya dilakukan pada trimester ketiga untuk memastikan diagnosis dan merencanakan tata laksana yang tepat.
Jika plasenta previa terdiagnosis, dokter akan memantau kondisi ibu dan janin secara ketat sepanjang sisa masa kehamilan. Frekuensi pemeriksaan mungkin ditingkatkan dan ibu akan diberikan panduan khusus tentang tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai.
Penanganan Plasenta Previa
Penanganan plasenta previa bertujuan untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi, serta mempertahankan kehamilan selama mungkin hingga janin cukup matang untuk dilahirkan. Metode penanganan akan disesuaikan dengan usia kehamilan, tingkat keparahan perdarahan, dan kondisi umum ibu dan janin. Berikut ini adalah beberapa pendekatan yang umumnya digunakan dalam menangani plasenta previa:
- Pemantauan ketat:
Jika plasenta previa terdiagnosis tanpa adanya perdarahan aktif, dokter akan melakukan pemantauan ketat melalui pemeriksaan rutin dan USG berkala. Ibu mungkin dianjurkan untuk membatasi aktivitas dan menghindari hubungan seksual.
- Istirahat total (bed rest):
Pada kasus dengan risiko perdarahan tinggi, dokter mungkin merekomendasikan istirahat total di rumah atau bahkan rawat inap di rumah sakit. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko perdarahan dan memperpanjang masa kehamilan.
- Terapi kortikosteroid:
Jika ada risiko kelahiran prematur, ibu mungkin diberikan suntikan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru janin.
- Transfusi darah:
Pada kasus perdarahan berat, transfusi darah mungkin diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mencegah komplikasi anemia.
- Penanganan perdarahan akut:
Jika terjadi perdarahan hebat, penanganan darurat seperti resusitasi cairan, pemberian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, dan persiapan untuk operasi caesar darurat mungkin diperlukan.
- Persalinan caesar:
Pada sebagian besar kasus plasenta previa, terutama yang total atau parsial, persalinan dilakukan melalui operasi caesar. Waktu persalinan akan ditentukan berdasarkan kondisi ibu dan janin, serta tingkat kematangan janin.
- Manajemen konservatif:
Pada kasus plasenta previa marginalis atau letak rendah, dengan perdarahan minimal dan usia kehamilan yang masih muda, dokter mungkin memilih pendekatan konservatif dengan pemantauan ketat sambil menunggu kemungkinan plasenta bergeser ke posisi yang lebih aman.
- Perawatan pasca persalinan:
Setelah melahirkan, ibu akan dipantau ketat untuk risiko perdarahan pasca persalinan. Pemulihan pasca operasi caesar juga akan dimonitor dengan seksama.
Penting untuk diingat bahwa setiap kasus plasenta previa adalah unik dan memerlukan pendekatan yang disesuaikan. Keputusan tentang waktu dan metode persalinan akan dibuat berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaat bagi ibu dan bayi. Komunikasi yang baik antara ibu hamil dan tim medis sangat penting untuk memastikan penanganan yang optimal.
Advertisement
Komplikasi Plasenta Previa
Plasenta previa dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius yang berpotensi mengancam kesehatan dan keselamatan ibu serta janin. Memahami komplikasi-komplikasi ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan memastikan penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa komplikasi utama yang dapat timbul akibat plasenta previa:
- Perdarahan hebat:
Ini merupakan komplikasi paling serius dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi tiba-tiba dan dalam jumlah besar, terutama saat menjelang atau selama proses persalinan. Perdarahan hebat dapat menyebabkan syok hipovolemik yang mengancam jiwa ibu.
- Kelahiran prematur:
Perdarahan yang terjadi pada plasenta previa seringkali mengharuskan bayi dilahirkan lebih awal dari waktu yang seharusnya. Kelahiran prematur ini meningkatkan risiko berbagai komplikasi pada bayi, seperti gangguan pernapasan, masalah pencernaan, dan keterlambatan perkembangan.
- Pertumbuhan janin terhambat:
Plasenta previa dapat mengganggu aliran darah ke janin, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat (intrauterine growth restriction/IUGR).
- Anemia pada ibu:
Perdarahan berulang dapat menyebabkan anemia pada ibu, yang dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan.
- Plasenta akreta:
Kondisi di mana plasenta menempel terlalu dalam ke dinding rahim sering berkaitan dengan plasenta previa. Plasenta akreta dapat menyebabkan perdarahan hebat saat upaya melepaskan plasenta setelah bayi lahir.
- Komplikasi pasca persalinan:
Ibu dengan plasenta previa memiliki risiko lebih tinggi mengalami perdarahan pasca persalinan, infeksi, dan komplikasi terkait operasi caesar.
- Peningkatan risiko pada kehamilan berikutnya:
Wanita yang pernah mengalami plasenta previa memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya.
- Komplikasi psikologis:
Stres dan kecemasan akibat kondisi berisiko tinggi ini dapat berdampak pada kesehatan mental ibu selama kehamilan dan pasca persalinan.
Mengingat besarnya risiko komplikasi ini, penanganan plasenta previa memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter kandungan, ahli perinatologi, ahli anestesi, dan tim neonatal. Pemantauan ketat dan kesiapan untuk penanganan darurat sangat penting untuk meminimalkan risiko komplikasi serius.
Ibu hamil dengan plasenta previa perlu diedukasi tentang tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai, seperti perdarahan mendadak atau kontraksi yang tidak normal. Mereka juga harus memiliki akses cepat ke fasilitas kesehatan yang memadai untuk penanganan darurat jika diperlukan.
Pencegahan Plasenta Previa
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah plasenta previa, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan meminimalkan komplikasi jika kondisi ini terjadi. Berikut adalah beberapa strategi pencegahan dan manajemen risiko yang dapat dilakukan:
-
Perencanaan kehamilan:
Merencanakan kehamilan dengan baik, terutama bagi wanita yang memiliki faktor risiko tinggi, dapat membantu memastikan kondisi kesehatan optimal sebelum hamil.
-
Jaga jarak antar kehamilan:
Memberikan waktu yang cukup antara satu kehamilan dengan kehamilan berikutnya (idealnya minimal 18-24 bulan) dapat membantu pemulihan rahim dan mengurangi risiko plasenta previa.
-
Berhenti merokok:
Merokok meningkatkan risiko plasenta previa. Berhenti merokok sebelum dan selama kehamilan sangat dianjurkan.
-
Hindari penggunaan narkoba:
Penggunaan narkoba, terutama kokain, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko plasenta previa.
-
Pemeriksaan kehamilan rutin:
Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur memungkinkan deteksi dini plasenta previa dan penanganan yang tepat waktu.
-
Manajemen berat badan:
Menjaga berat badan yang sehat sebelum dan selama kehamilan dapat membantu mengurangi risiko berbagai komplikasi kehamilan, termasuk plasenta previa.
-
Nutrisi seimbang:
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang kaya akan zat besi, asam folat, dan nutrisi penting lainnya dapat mendukung kesehatan ibu dan perkembangan plasenta yang optimal.
-
Batasi aktivitas fisik berlebihan:
Bagi wanita dengan risiko tinggi atau yang telah didiagnosis plasenta previa, membatasi aktivitas fisik berat dan menghindari hubungan seksual mungkin dianjurkan oleh dokter.
-
Edukasi dan kewaspadaan:
Memahami faktor risiko dan gejala plasenta previa dapat membantu ibu hamil lebih waspada dan segera mencari bantuan medis jika ada tanda-tanda yang mencurigakan.
-
Manajemen stres:
Mengelola stres melalui teknik relaksasi, meditasi, atau konseling dapat membantu menjaga kesehatan keseluruhan selama kehamilan.
Penting untuk diingat bahwa meskipun langkah-langkah pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko, plasenta previa tetap dapat terjadi bahkan pada wanita tanpa faktor risiko yang jelas. Oleh karena itu, pemeriksaan kehamilan rutin dan komunikasi yang baik dengan penyedia layanan kesehatan tetap menjadi kunci utama dalam mengelola risiko dan memastikan kehamilan yang sehat.
Advertisement
Mitos dan Fakta Seputar Plasenta Previa
Terdapat beberapa mitos dan kesalahpahaman seputar plasenta previa yang beredar di masyarakat. Penting untuk membedakan antara mitos dan fakta agar ibu hamil dapat memahami kondisi ini dengan lebih baik. Berikut adalah beberapa mitos umum beserta faktanya:
- Mitos: Plasenta previa selalu menyebabkan perdarahan hebat.
Fakta: Meskipun perdarahan adalah gejala umum, tidak semua kasus plasenta previa mengalami perdarahan. Beberapa wanita mungkin tidak mengalami gejala sama sekali hingga saat persalinan.
- Mitos: Plasenta previa pasti membutuhkan operasi caesar.
Fakta: Meskipun sebagian besar kasus plasenta previa total memang memerlukan operasi caesar, beberapa kasus plasenta previa parsial atau marginalis mungkin masih memungkinkan persalinan normal jika plasenta bergeser ke posisi yang lebih aman menjelang persalinan.
- Mitos: Plasenta previa selalu terdeteksi pada awal kehamilan.
Fakta: Meskipun USG awal dapat menunjukkan posisi plasenta yang rendah, diagnosis pasti plasenta previa biasanya baru dapat ditegakkan pada trimester kedua atau ketiga kehamilan.
- Mitos: Aktivitas fisik atau hubungan seksual menyebabkan plasenta previa.
Fakta: Aktivitas fisik normal atau hubungan seksual tidak menyebabkan plasenta previa. Namun, jika sudah terdiagnosis, dokter mungkin menyarankan untuk membatasi aktivitas tertentu untuk mengurangi risiko perdarahan.
- Mitos: Plasenta previa selalu berulang pada kehamilan berikutnya.
Fakta: Meskipun ada peningkatan risiko, tidak semua wanita yang pernah mengalami plasenta previa akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya.
- Mitos: Plasenta previa hanya terjadi pada wanita yang lebih tua.
Fakta: Meskipun usia di atas 35 tahun merupakan faktor risiko, plasenta previa dapat terjadi pada wanita dari segala usia.
- Mitos: Plasenta previa selalu menyebabkan kelahiran prematur.
Fakta: Meskipun risiko kelahiran prematur meningkat, dengan penanganan yang tepat, banyak wanita dengan plasenta previa dapat mempertahankan kehamilan hingga mendekati aterm.
- Mitos: Mengonsumsi makanan tertentu dapat mencegah atau menyembuhkan plasenta previa.
Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa diet tertentu dapat mencegah atau mengobati plasenta previa. Namun, nutrisi yang baik penting untuk kesehatan kehamilan secara umum.
Memahami fakta-fakta ini penting untuk menghilangkan kecemasan yang tidak perlu dan memastikan ibu hamil mendapatkan informasi yang akurat. Selalu konsultasikan dengan dokter atau bidan untuk mendapatkan informasi yang tepat dan penanganan yang sesuai untuk setiap kasus plasenta previa.
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Mengenali kapan harus segera mencari bantuan medis sangat penting bagi ibu hamil, terutama jika ada risiko atau diagnosis plasenta previa. Berikut adalah situasi-situasi di mana ibu hamil harus segera menghubungi dokter atau mencari perawatan darurat:
- Perdarahan vagina:
Jika mengalami perdarahan vagina dalam jumlah apapun, terutama setelah usia kehamilan 20 minggu, segera hubungi dokter atau pergi ke unit gawat darurat. Perdarahan bisa ringan atau berat, dengan atau tanpa rasa sakit.
- Kontraksi yang tidak normal:
Jika merasakan kontraksi yang tidak biasa, terutama jika disertai dengan perdarahan, segera cari bantuan medis.
- Nyeri perut yang parah:
Nyeri perut yang intens atau tiba-tiba, terutama jika disertai dengan perdarahan, bisa menjadi tanda komplikasi serius.
- Penurunan gerakan janin:
Jika merasakan penurunan signifikan dalam gerakan janin, terutama jika sudah didiagnosis plasenta previa, segera hubungi dokter.
- Gejala persalinan prematur:
Tanda-tanda persalinan prematur seperti kontraksi teratur, tekanan pelvis, atau keluarnya cairan dari vagina harus segera dilaporkan ke dokter.
- Gejala anemia:
Jika mengalami gejala anemia seperti kelelahan ekstrem, pusing, atau sesak napas, terutama setelah episode perdarahan, segera konsultasikan ke dokter.
- Demam atau tanda-tanda infeksi:
Demam, menggigil, atau nyeri yang meningkat bisa menjadi tanda infeksi dan harus segera dievaluasi.
- Perubahan dalam gejala yang sudah ada:
Jika sudah didiagnosis plasenta previa dan mengalami perubahan dalam gejala yang sudah ada, seperti peningkatan frekuensi atau volume perdarahan, segera hubungi dokter.
- Kekhawatiran atau pertanyaan:
Jangan ragu untuk menghubungi dokter jika memiliki kekhawatiran atau pertanyaan tentang kondisi Anda, bahkan jika tidak mengalami gejala yang jelas.
Penting untuk diingat bahwa dalam kasus plasenta previa, lebih baik berhati-hati dan mencari bantuan medis lebih awal daripada menunggu sampai gejala memburuk. Selalu ikuti instruksi dokter tentang kapan dan bagaimana menghubungi mereka atau mencari perawatan darurat.
Pastikan untuk memiliki nomor kontak dokter atau rumah sakit yang bisa dihubungi 24 jam, dan diskusikan rencana tindakan darurat dengan keluarga atau orang terdekat. Kesiapan dan tindakan cepat dapat membuat perbedaan besar dalam menangani komplikasi yang mungkin timbul dari plasenta previa.
Advertisement
Kesimpulan
Plasenta previa merupakan kondisi serius dalam kehamilan yang memerlukan perhatian dan penanganan medis yang tepat. Memahami ciri ciri plasenta menutupi jalan lahir, faktor risiko, dan gejala-gejalanya sangat penting bagi setiap ibu hamil. Meskipun kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan, dengan penanganan medis yang tepat dan pemantauan ketat, banyak ibu dengan plasenta previa dapat menjalani kehamilan dengan aman dan melahirkan bayi yang sehat.
Kunci utama dalam mengelola plasenta previa adalah deteksi dini melalui pemeriksaan kehamilan rutin, kewaspadaan terhadap gejala-gejala yang muncul, dan komunikasi yang baik dengan tim medis. Ibu hamil yang didiagnosis dengan plasenta previa perlu mengikuti saran dokter dengan seksama, membatasi aktivitas jika diperlukan, dan siap untuk tindakan darurat jika terjadi komplikasi.
Penting untuk diingat bahwa setiap kasus plasenta previa adalah unik dan memerlukan pendekatan yang disesuaikan. Dengan kemajuan dalam perawatan medis dan pemantauan kehamilan, prognosis untuk ibu dan bayi dengan plasenta previa telah jauh membaik. Namun, kewaspadaan dan penanganan yang tepat waktu tetap menjadi kunci utama dalam memastikan hasil yang optimal.
Bagi ibu hamil yang menghadapi diagnosis plasenta previa, penting untuk mencari dukungan emosional dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan. Menjalani kehamilan dengan kondisi berisiko tinggi dapat menjadi pengalaman yang menantang, tetapi dengan persiapan yang baik dan dukungan yang tepat, ibu dapat menjalani proses ini dengan lebih tenang dan percaya diri.
Akhirnya, penelitian dan pemahaman medis tentang plasenta previa terus berkembang. Ibu hamil dan keluarganya didorong untuk tetap up-to-date dengan informasi terbaru dan selalu berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mereka untuk mendapatkan nasihat dan perawatan terbaik berdasarkan situasi individual mereka.