Liputan6.com, Jakarta Tawasul merupakan salah satu konsep penting dalam ajaran Islam yang sering disalahpahami. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang arti tawasul, jenis-jenisnya, hukum, dalil, serta penerapannya yang benar sesuai syariat. Mari kita pelajari bersama agar dapat mengamalkannya dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Tawasul dalam Islam
Secara bahasa, kata tawasul berasal dari bahasa Arab "al-wasilah" yang berarti perantara atau penghubung. Dalam konteks Islam, tawasul dapat diartikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui suatu perantara tertentu.
Menurut istilah syariat, tawasul adalah memohon atau berdoa kepada Allah SWT dengan menyebut sesuatu yang dicintai Allah sebagai perantara, baik itu berupa amal saleh, nama dan sifat Allah, maupun kedudukan seorang hamba yang saleh di sisi Allah.
Tujuan utama tawasul adalah untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Allah SWT. Perantara yang digunakan dalam tawasul hanyalah sarana untuk lebih mendekatkan diri, bukan tujuan utama dari doa itu sendiri. Penting untuk dipahami bahwa yang menjadi sasaran atau tujuan asli dalam bertawasul tetaplah Allah SWT semata.
Beberapa poin penting terkait pengertian tawasul:
- Tawasul merupakan salah satu metode berdoa dalam Islam
- Perantara dalam tawasul hanya sebagai sarana, bukan tujuan utama
- Tujuan hakiki tawasul adalah Allah SWT
- Tawasul dilakukan untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Allah
- Yang dijadikan perantara haruslah sesuatu yang dicintai Allah
Dengan memahami pengertian dasar ini, diharapkan kita dapat terhindar dari kesalahpahaman dalam mengamalkan tawasul. Selanjutnya kita akan membahas jenis-jenis tawasul yang diperbolehkan dan dilarang dalam Islam.
Advertisement
Jenis-Jenis Tawasul yang Diperbolehkan
Dalam ajaran Islam, terdapat beberapa jenis tawasul yang diperbolehkan dan sesuai dengan syariat. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis tawasul yang boleh diamalkan:
1. Tawasul dengan Nama dan Sifat Allah
Jenis tawasul ini dilakukan dengan menyebut nama-nama Allah (Asmaul Husna) atau sifat-sifat-Nya yang agung ketika berdoa. Misalnya mengucapkan "Ya Allah, dengan nama-Mu Yang Maha Pengasih, kasihanilah aku" atau "Ya Allah, dengan keagungan dan kemuliaan-Mu, kabulkanlah doaku".
Dalilnya adalah firman Allah dalam Al-Quran:
"Hanya milik Allah nama-nama yang indah (Asmaul Husna), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah itu." (QS. Al-A'raf: 180)
2. Tawasul dengan Amal Saleh
Tawasul jenis ini dilakukan dengan menyebutkan amal kebaikan yang pernah kita lakukan sebagai perantara dalam berdoa kepada Allah. Misalnya seseorang berdoa, "Ya Allah, dengan puasa yang telah aku lakukan, ampunilah dosa-dosaku".
Contoh tawasul dengan amal saleh terdapat dalam hadits tentang tiga orang yang terjebak dalam gua. Mereka masing-masing berdoa dengan menyebutkan amal kebaikan yang pernah mereka lakukan, hingga akhirnya Allah menyelamatkan mereka.
3. Tawasul dengan Doa Orang Saleh yang Masih Hidup
Kita diperbolehkan meminta didoakan oleh orang-orang saleh yang masih hidup. Misalnya meminta didoakan oleh orang tua, guru, atau ulama yang kita yakini kesalehannya. Ini berdasarkan hadits dimana para sahabat meminta Rasulullah SAW untuk mendoakan mereka.
4. Tawasul dengan Keimanan dan Ketauhidan
Bertawasul dengan menyebutkan keimanan dan ketauhidan kita kepada Allah juga diperbolehkan. Contohnya berdoa, "Ya Allah, dengan imanku kepada-Mu dan Rasul-Mu, kabulkanlah permohonanku".
Dalilnya adalah firman Allah:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu), 'Berimanlah kamu kepada Tuhanmu', maka kami pun beriman." (QS. Ali Imran: 193)
Keempat jenis tawasul di atas merupakan bentuk tawasul yang diperbolehkan dan sesuai dengan syariat Islam. Penting untuk selalu mengingat bahwa tujuan utama tawasul tetaplah Allah SWT, bukan perantara yang digunakan.
Jenis Tawasul yang Dilarang atau Bid'ah
Selain jenis tawasul yang diperbolehkan, terdapat pula beberapa bentuk tawasul yang dilarang atau termasuk bid'ah dalam Islam. Penting bagi kita untuk memahami dan menghindari jenis tawasul yang tidak sesuai syariat ini. Berikut penjelasannya:
1. Tawasul dengan Kedudukan atau Kemuliaan Makhluk
Bertawasul dengan menyebut kedudukan atau kemuliaan seseorang, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, tidak diperbolehkan dalam Islam. Misalnya berdoa, "Ya Allah, dengan kemuliaan Nabi Muhammad (atau wali/orang saleh lainnya), kabulkanlah doaku".
Alasannya adalah karena tidak ada seorang pun yang memiliki hak atau kedudukan di sisi Allah kecuali yang telah Allah berikan. Kita tidak berhak mengklaim atau menjadikan kedudukan seseorang sebagai perantara dalam berdoa.
2. Tawasul dengan Orang yang Sudah Meninggal
Meminta pertolongan atau berdoa melalui perantaraan orang yang sudah meninggal, termasuk para nabi dan orang-orang saleh, tidak diperbolehkan dalam Islam. Ini termasuk perbuatan yang dapat menjerumus pada kesyirikan.
Contohnya adalah berdoa di kuburan dengan meminta kepada penghuni kubur untuk mengabulkan hajat atau menyampaikan doa kepada Allah. Praktik semacam ini bertentangan dengan ajaran tauhid dalam Islam.
3. Tawasul dengan Benda-benda Keramat
Bertawasul atau memohon berkah melalui benda-benda yang dianggap keramat seperti batu, pohon, atau peninggalan orang-orang yang dianggap suci juga termasuk perbuatan yang dilarang. Ini dapat mengarah pada pemujaan benda dan menyekutukan Allah.
4. Tawasul dengan Meminta Kepada Selain Allah
Memohon atau berdoa kepada selain Allah, meskipun dengan niat sebagai perantara, adalah bentuk kesyirikan yang nyata. Misalnya meminta kepada arwah para wali atau orang saleh untuk mengabulkan hajat, memberikan rezeki, atau menyembuhkan penyakit.
Islam mengajarkan bahwa hanya Allah-lah yang berhak dimintai pertolongan secara langsung. Firman Allah:
"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5)
Penting bagi kita untuk selalu berhati-hati dan memastikan bahwa praktik tawasul yang kita lakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Menghindari bentuk-bentuk tawasul yang dilarang ini akan menjaga kemurnian tauhid dan keimanan kita kepada Allah SWT.
Advertisement
Hukum Tawasul dalam Islam
Pembahasan mengenai hukum tawasul dalam Islam telah menjadi topik yang diperdebatkan di kalangan ulama. Secara umum, hukum tawasul dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan jenis dan cara pelaksanaannya:
1. Tawasul yang Disyariatkan
Jenis tawasul yang telah dijelaskan sebelumnya sebagai tawasul yang diperbolehkan (tawasul dengan nama dan sifat Allah, amal saleh, doa orang saleh yang masih hidup, serta keimanan dan ketauhidan) hukumnya adalah boleh dan bahkan dianjurkan. Para ulama sepakat bahwa bentuk tawasul ini sesuai dengan syariat Islam.
2. Tawasul yang Diperselisihkan
Beberapa bentuk tawasul masih menjadi perdebatan di kalangan ulama, seperti:
- Tawasul dengan kedudukan Nabi Muhammad SAW
- Tawasul dengan orang-orang saleh yang sudah wafat
Sebagian ulama membolehkan jenis tawasul ini dengan syarat-syarat tertentu, sementara sebagian lainnya melarang karena khawatir dapat mengarah pada praktik yang menyimpang.
3. Tawasul yang Dilarang
Bentuk tawasul yang jelas-jelas dilarang dan dapat menjerumuskan pada kesyirikan hukumnya adalah haram. Ini mencakup:
- Meminta pertolongan langsung kepada orang yang sudah meninggal
- Berdoa atau memohon kepada selain Allah
- Menggunakan benda-benda yang dianggap keramat sebagai perantara
Dalam menyikapi perbedaan pendapat mengenai hukum tawasul, kita sebaiknya bersikap hati-hati dan mengikuti pendapat yang lebih kuat dalilnya serta lebih aman dari sisi akidah. Prinsip utama yang harus dipegang adalah bahwa tawasul tidak boleh mengurangi atau mengganggu kemurnian tauhid kita kepada Allah SWT.
Dalil-Dalil Tawasul dalam Al-Quran dan Hadits
Untuk memahami lebih dalam tentang konsep tawasul dalam Islam, mari kita telaah beberapa dalil dari Al-Quran dan hadits yang berkaitan dengan tawasul:
Dalil dari Al-Quran
-
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung." (QS. Al-Maidah: 35)
Ayat ini menjadi landasan utama konsep tawasul dalam Islam. Allah memerintahkan kita untuk mencari wasilah (perantara) dalam mendekatkan diri kepada-Nya.
-
"Hanya milik Allah nama-nama yang indah, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf: 180)
Ayat ini menjadi dasar tawasul dengan menyebut nama-nama Allah (Asmaul Husna).
Dalil dari Hadits
-
Hadits tentang tiga orang yang terjebak dalam gua:
"Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: 'Ketika tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka kehujanan lalu berlindung ke dalam sebuah gua di gunung. Tiba-tiba sebuah batu besar jatuh menutup mulut gua tersebut...' " (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjadi dalil dibolehkannya tawasul dengan amal saleh.
-
Hadits tentang doa Nabi Adam 'alaihissalam:
"Ketika Adam melakukan kesalahan, ia berkata: 'Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu dengan hak Muhammad agar Engkau mengampuniku.' Allah berfirman: 'Wahai Adam, bagaimana engkau mengenal Muhammad padahal Aku belum menciptakannya?' Adam menjawab: 'Ya Tuhanku, ketika Engkau menciptakanku dengan tangan-Mu dan Engkau tiupkan ruh-Mu kepadaku, aku mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di tiang-tiang 'Arsy tertulis 'Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah'. Maka aku tahu bahwa Engkau tidak akan menyandarkan nama-Mu kecuali kepada makhluk yang paling Engkau cintai.' Allah berfirman: 'Engkau benar wahai Adam. Sesungguhnya dia (Muhammad) adalah makhluk yang paling Aku cintai...'" (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
Hadits ini sering dijadikan dalil oleh sebagian ulama yang membolehkan tawasul dengan kedudukan Nabi Muhammad SAW.
Dalam memahami dan mengamalkan dalil-dalil tawasul ini, penting untuk selalu merujuk pada penjelasan para ulama yang kompeten. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman atau penyimpangan dalam praktik tawasul.
Advertisement
Cara Melakukan Tawasul yang Benar
Untuk memastikan bahwa praktik tawasul yang kita lakukan sesuai dengan syariat Islam, berikut adalah beberapa panduan dan tips melakukan tawasul yang benar:
1. Niat yang Benar
Pastikan niat kita dalam bertawasul adalah semata-mata untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Allah SWT. Jangan sampai ada niat menyekutukan Allah atau menganggap perantara yang kita gunakan memiliki kekuatan sendiri untuk mengabulkan doa.
2. Memilih Perantara yang Sesuai Syariat
Gunakan perantara yang dibolehkan dalam Islam seperti:
- Nama dan sifat Allah
- Amal saleh yang pernah kita lakukan
- Doa orang saleh yang masih hidup
- Keimanan dan ketauhidan kita
3. Tetap Berdoa Langsung kepada Allah
Meskipun menggunakan perantara, tetaplah memohon dan berdoa langsung kepada Allah. Jangan meminta kepada perantara tersebut, karena hanya Allah yang berhak dimintai dan yang berkuasa mengabulkan doa.
4. Tidak Berlebihan dalam Bertawasul
Jangan menjadikan tawasul sebagai satu-satunya cara berdoa. Ingatlah bahwa kita bisa dan dianjurkan untuk berdoa langsung kepada Allah tanpa perantara.
5. Memahami Makna Tawasul
Pahami bahwa tawasul hanyalah salah satu metode berdoa, bukan tujuan ibadah itu sendiri. Jangan sampai lebih fokus pada perantara daripada Allah SWT.
6. Contoh Bacaan Tawasul yang Benar
Berikut adalah contoh bacaan tawasul yang sesuai syariat:
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu, Muhammad, Nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap denganmu kepada Tuhanku dalam kebutuhanku ini agar dipenuhi. Ya Allah, terimalah syafaatnya untukku."
Dengan mengikuti panduan ini, diharapkan praktik tawasul yang kita lakukan tetap dalam koridor syariat dan tidak menjerumuskan pada kesyirikan.
Manfaat dan Hikmah Tawasul
Ketika dilakukan dengan benar sesuai tuntunan syariat, tawasul dapat memberikan berbagai manfaat dan hikmah bagi seorang muslim. Berikut adalah beberapa manfaat dan hikmah dari praktik tawasul:
1. Mendekatkan Diri kepada Allah SWT
Tawasul yang dilakukan dengan niat dan cara yang benar dapat menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan menggunakan perantara yang dicintai Allah, seorang hamba berusaha untuk mendapatkan keridhaan-Nya.
2. Meningkatkan Kekhusyukan dalam Berdoa
Penggunaan perantara dalam tawasul dapat membantu seseorang untuk lebih khusyuk dan fokus dalam berdoa. Misalnya, ketika bertawasul dengan amal saleh, seseorang akan mengingat kembali kebaikan yang pernah dilakukannya, sehingga menambah kerendahan hati dan pengharapan kepada Allah.
3. Menumbuhkan Rasa Cinta kepada Orang-orang Saleh
Tawasul dengan meminta doa dari orang-orang saleh yang masih hidup dapat menumbuhkan rasa cinta dan penghormatan kepada mereka. Ini juga mendorong kita untuk mencontoh kebaikan dan ketaatan mereka kepada Allah.
4. Meningkatkan Kesadaran akan Keagungan Allah
Ketika bertawasul dengan nama dan sifat Allah, seorang muslim akan semakin menyadari keagungan dan kemuliaan Allah SWT. Ini dapat meningkatkan rasa takut, cinta, dan pengharapan kepada-Nya.
5. Mendorong untuk Beramal Saleh
Praktik tawasul dengan amal saleh dapat memotivasi seseorang untuk terus berbuat kebaikan. Kesadaran bahwa amal saleh bisa menjadi perantara terkabulnya doa akan mendorong seseorang untuk selalu berusaha melakukan kebaikan dalam hidupnya.
6. Memperkuat Tauhid
Tawasul yang dilakukan dengan pemahaman yang benar justru dapat memperkuat tauhid seseorang. Ini karena dalam bertawasul, seorang muslim tetap meyakini bahwa hanya Allah-lah yang Maha Kuasa dan berhak untuk dimintai pertolongan.
7. Meningkatkan Harapan Terkabulnya Doa
Dengan bertawasul, seorang muslim merasa telah melakukan upaya maksimal dalam berdoa. Ini dapat meningkatkan harapan dan keyakinan akan terkabulnya doa tersebut, tentunya dengan tetap berserah diri kepada kehendak Allah SWT.
Penting untuk diingat bahwa manfaat dan hikmah ini hanya akan diperoleh jika tawasul dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai syariat. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang konsep tawasul sangat diperlukan agar praktik ini tidak justru menjerumuskan pada kesyirikan atau bid'ah.
Advertisement
Kesalahpahaman Umum tentang Tawasul
Meskipun tawasul merupakan konsep yang telah lama ada dalam Islam, masih terdapat beberapa kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat. Berikut adalah beberapa miskonsepsi umum tentang tawasul beserta penjelasannya:
1. Tawasul Sama dengan Meminta kepada Selain Allah
Kesalahpahaman: Beberapa orang menganggap bahwa bertawasul berarti meminta langsung kepada perantara yang digunakan, bukan kepada Allah.
Penjelasan: Tawasul yang benar tetap ditujukan kepada Allah SWT. Perantara hanya digunakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri, bukan sebagai tujuan doa itu sendiri.
2. Tawasul Hanya Bisa Dilakukan melalui Orang Saleh
Kesalahpahaman: Ada anggapan bahwa tawasul hanya bisa dilakukan dengan perantaraan orang-orang saleh atau wali Allah.
Penjelasan: Tawasul bisa dilakukan dengan berbagai cara yang diperbolehkan syariat, termasuk dengan nama dan sifat Allah, amal saleh sendiri, atau keimanan kita.
3. Tawasul Menjamin Terkabulnya Doa
Kesalahpahaman: Sebagian orang percaya bahwa dengan bertawasul, doa pasti akan dikabulkan.
Penjelasan: Tawasul hanyalah salah satu metode berdoa. Terkabulnya doa tetap menjadi hak prerogatif Allah SWT.
4. Tawasul Hanya Boleh Dilakukan di Tempat Tertentu
Kesalahpahaman: Ada keyakinan bahwa tawasul hanya efektif jika dilakukan di tempat-tempat tertentu seperti makam wali atau masjid tertentu.
Penjelasan: Tawasul bisa dilakukan di mana saja, tidak terikat pada lokasi tertentu. Yang terpenting adalah niat dan cara yang benar.
5. Semua Bentuk Tawasul Diperbolehkan
Kesalahpahaman: Beberapa orang menganggap bahwa semua bentuk tawasul diperbolehkan selama niatnya baik.
Penjelasan: Tidak semua bentuk tawasul diperbolehkan dalam Islam. Ada batasan-batasan yang harus diperhatikan agar tidak terjerumus dalam praktik yang menyimpang.
6. Tawasul Hanya untuk Orang-orang Khusus
Kesalahpahaman: Ada anggapan bahwa tawasul hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan spiritual tinggi.
Penjelasan: Tawasul bisa dilakukan oleh setiap muslim, asalkan dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai syariat.
Memahami dan meluruskan kesalahpahaman-kesalahpahaman ini sangat penting agar praktik tawasul tetap berada dalam koridor yang benar dan tidak menjerumuskan pada kesyirikan atau bid'ah. Sebagai umat Islam, kita perlu terus menggali ilmu dan memahami ajaran agama dengan benar, termasuk dalam hal tawasul ini.
Kesimpulan
Tawasul merupakan konsep penting dalam Islam yang sering disalahpahami. Pada intinya, tawasul adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara tertentu yang diperbolehkan syariat. Beberapa poin penting yang perlu diingat:
- Tawasul yang diperbolehkan mencakup tawasul dengan nama dan sifat Allah, amal saleh, doa orang saleh yang masih hidup, serta keimanan dan ketauhidan.
- Tawasul yang dilarang termasuk meminta langsung kepada orang yang sudah meninggal atau benda-benda yang dianggap keramat.
- Tujuan utama tawasul tetaplah Allah SWT, bukan perantara yang digunakan.
- Praktik tawasul harus dilakukan dengan pemahaman yang benar agar tidak terjerumus dalam kesyirikan atau bid'ah.
- Tawasul bukanlah satu-satunya cara berdoa, dan tidak menjamin terkabulnya doa secara otomatis.
Dengan memahami konsep tawasul secara komprehensif, diharapkan umat Islam dapat mengamalkannya dengan benar sesuai tuntunan syariat. Hal ini akan membantu memperkuat keimanan dan kedekatan kita kepada Allah SWT, tanpa terjebak dalam praktik-praktik yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni.
Advertisement
