Lailatul Qadar Adalah Hadiah untuk Umat Rasulullah, Berawal dari Keresahan Nabi Kata Gus Baha

Menurut Gus Baha, Lailatul Qadar ini dihadiahkan untuk umat Rasulullah SAW bukan tanpa sebab yang melatarbelakanginya

oleh Liputan6.com Diperbarui 09 Mar 2025, 12:30 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2025, 12:30 WIB
Gus Baha 3
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Cilacap - Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3iA, Rembang, Jawa Tengah yang merupakan santri kinasih Mbah Moen, yaitu KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengisahkan ikhwal hadiah malam Lailatul Qadar.

Malam Lailatul Qadar ialah malam yang memiliki keistimewaan yang sangat besar bagi umat Islam, yakni malam yang lebih baik dari seribu bulan. Firman Allah:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

Artinya: “Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Q.S. Al-Qadr : 3)

Ibadah pada malam itu akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Oleh sebab itu umat Islam di bulan Ramadhan berburu untuk mendapatkan kemuliaan malam ini.

Menurut Gus Baha, Lailatul Qadar ini dihadiahkan untuk umat Rasulullah SAW bukan tanpa sebab yang melatarbelakanginya. Terdapat alasan mendasar di balik itu semua.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Bermula dari Keresahan Rasulullah SAW

Bisa melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpi
Ilustrasi (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)... Selengkapnya

Pendapat Gus Baha didasarkan pada salah satu kitab yang ia miliki berkaitan dengan malam Lailatul Qadar. Secara spesifik, kitab ini membahas asal muasal turunnya malam lailatul qadar.

Rupanya penyebab turunnya Lailatul Qadar bermula dari keresahan Rasulullah SAW akan nasib umatnya yang memiliki usia yang sangat pendek dibandingkan dengan umat-umat para Nabi terdahulu yang usianya mencapai ribuan tahun.

“Saya punya kitab dan itu kitab yang kredibel. Kitabnya orang terdahulu, kitab hadis,” terang Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Laduni ID, Jumat (07/03/2025).

“Itu ceritanya Nabi Muhammad SAW sedang cerita Nabi Nuh AS yang usianya 1.000 tahun kurang 50 tahun, berarti 950 tahun, Nabi Ibrahim sekian ratus tahun. Lalu ada keresahan, keresahan itu karena luh, umatku kalau usianya pendek-pendke trus bagaimana?” sambungnya.

Atas keresahan kekasih-Nya itu, maka Allah SWT menurunkan rahmatnya berupa malam lailatul qadar yang nilainya sama dengan 1.000 bulan.

“Lalu Allah merespons keresahan Rasulullah SAW, dengan memberi bonus lailatul qadar,” terangnya.

“Umatmu yang usianya pendek itu saya kasih lailatul qadar yang nilainya sama dengan 1.000 bulan,”

Cara Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Tanda-tanda Datangnya Malam Lailatul Qadar
Ilustrasi masjid. Credit: pexels.com/Stephan... Selengkapnya

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dikatakan bahwa kita dianjurkan untuk mencari Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir bulan Ramadhan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya, “Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).

Untuk mendapatkan Lailatul Qadar memang tidak mudah. Karenanya tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dibutuhkan usaha keras dan tidak kenal lelah untuk selalu meningkatkan intensitas ibadah terutama pada sepuluh akhir di bulan Ramadhan sebagaimana yang dipraktikan Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan hadits riwayat Muslim.

عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Artinya, “Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi saw meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu yang lain,” (HR Muslim).

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah SAW mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya dan membangungnkan keluarganya.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya, “Dari Aisyah RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW ketika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya,” (Muttafaq ‘alaih).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya