Liputan6.com, Milwaukee - Pada suatu petang tanggal 14 Oktober 1912, Presiden Amerika Serikat kala itu, Theodore Roosevelt bersiap untuk berpidato di Gilpatrick Hotel, Milwaukee, Wisconsin. Namun baru saja mengucapkan kata pembuka, dor! Dadanya ditembak.
Suasana langsung mencekam. Para warga yang melihat sang calon incumbent berkampanye untuk pemilihan presiden itu panik dan ketakutan. Namun alih-alih terjatuh kesakitan, Roosevelt tetap tenang.
"Aku tak tahu apakah kalian menyaksikan bahwa aku baru saja ditembak," ujar Roosevelt, seperti dimuat Liputan6.com dari History.com, Selasa (14/10/2014). Suasana kemudian langsung hening sejenak setelah Pak Presiden berbicara usai dihujam peluru.
Sebagian besar hadirin memilih untuk tetap berada di lokasi. Lalu Roosevelt membuka rompi yang melapisi kemejanya. Ia menunjukkan dadanya berlumuran darah ke khalayak ramai.
Pak Presiden pun mengeluarkan tumpukan kertas draf pidato setebal 50 halaman yang disematkan di kantong kemejanya. Ada peluru berkaliber 32 yang bersarang pada kertas tersebut.
"Butuh lebih dari sekadar itu (peluru) untuk membunuh rusa banteng," kata Roosevelt. "Untungnya, ada kertas ini, rencananya aku mau berpidato panjang, tapi ada peluru di sini. Dan ini telah menyelamatkanku," kata dia. "Karena ada peluru di sini, jadi aku tidak bisa berpidato panjang, tapi aku akan tetap melakukan yang terbaik."
Presiden ke-26 AS itu tetap melanjutkan kampanyenya meski dalam kondisi berlumuran darah, suaranya lebih pelan dari sebelumnya karena nafasnya terengah-engah. Apa yang dilakukan si pemimpin mendapat sambutan hangat dari massa simpatisan.
Selesai berkampanye, Roosevelt langsung menuju rumah sakit untuk menjalani perawatan khusus atas luka tembak yang dialaminya. Sementara pelaku penembakan, John Schrank langsung ditangkap aparat keamanan.
Berdarah-darah dalam arti sebenarnya, juga kiasan 'perjuangan berat' ternyata tak menjadi jaminan Roosevelt memenangkan pemilu. Ia dikalahkan oleh rivalnya, Woodrow Wilson pada November 1912.
Sementara itu, Schrank si penembak pada akhirnya mengalami gangguan kejiwaan. Dia masuk rumah sakit hingga akhirnya hayatnya. Polisi hingga kini belum mengetahui motif penembakan terhadap Roosevelt.
Pada tanggal 14 Oktober 1917, seorang penari erotis yang diduga berdarah Jawa, Mata Hari dieksekusi oleh Prancis karena dinyatakan bersalah telah memberikan dokumen rahasia militer Prancis ke Jerman.
Advertisement
Mata Hari, yang nama aslinya Margaretha Geertruida 'Grietje' Zelle adalah legenda mata-mata perempuan dalam sejarah intelijen. Dia bahkan mendapat julukan sebagai 'The Greatest Woman Spy' -- ratunya mata-mata.
Pada tanggal yang sama, beberapa tokoh dunia meraih hadiah Nobel. 14 Oktober 1964, Martin Luther King mendapat penghargaan Nobel Perdamaian pada 1964 karena telah berjasa dalam memperjuangkan kaum tertindas atau minoritas di Amerika serikat.
Tanggal 14 Oktober 1994, Nobel Perdamaian diberikan kepada pemimpin Palestina Yasser Arafat, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres yang telah membuat perjanjian Oslo Accords terkait pemerintahan Palestina yang berdikari, berdiri di atas kaki sendiri.
Sejarah juga mencatat pemecahan rekor penerjunan bebas dari langit tertinggi yang dilakukan seorang penerjun asal Austria, Felix Baumgartner. Dia melompat dari ketinggian 128.176 kaki atau 39.068 meter di langit Roswell, New Mexico dan tiba di permukaan dengan selamat, pada 14 Oktober 2012. (Ein)