Pengakuan Calon Pasien Transplantasi Kepala Pertama di Dunia

Valery Spiridonov akan menjalani prosedur transplantasi kepala yang pertama di dunia. Operasi yang mengerikan dan kontroversial.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 13 Apr 2015, 14:49 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2015, 14:49 WIB
Valery Spiridonov, calon pasien transplantasi kepala pertama dunia
Valery Spiridonov, calon pasien transplantasi kepala pertama dunia (RT)

Liputan6.com, Roma - Ini bukan kisah Frankenstein, makhluk fiksi dalam Mary Shelley yang berasal dari potongan jasad manusia yang disatukan, yang ditulis kala Eropa diliputi kemuraman akibat letusan Gunung Tambora: a year without summer. Seorang ahli bedah Italia, Dr Sergio Canavero mengumumkan segera melakukan transplantasi kepala manusia ke jasad donor.

Transplantasi macam itu adalah adalah yang pertama di dunia. Operasi tersebut akan dilakukan terhadap ahli komputer berusia 30 tahun yang mengalami muscle wasting disease, pengecilan otot yang berakibat pada kelumpuhan.

Valery Spiridonov, nama pasien, mengakui, bayangan mengalami operasi transplantasi kepala adalah hal yang sangat mengerikan.

"Saya sungguh merasa takut. Namun, yang mungkin tak dipahami orang adalah, saya tak punya banyak pilihan," kata dia seperti dikutip dari News.com.au, Senin (13/4/2015).

"Jika saya tak melakukannya, niscaya nasibku akan lebih mengerikan. Setiap tahun, kondisi kesehatanku kian memburuk."

Spiridonov yang berasal dari Rusia, sekian lama melawan kelainan genetika langka Werdnig-Hoffman muscle wasting disease. "Keputusanku sudah final. Aku tak akan berubah pikiran."

Dr Canavero mengatakan, ia menerima banyak surat elektronik (email) dari banyak orang yang mencari tahu tentang prosedur operasinya yang kontroversial. Dan sang dokter telah memutuskan, pasien pertama adalah seseorang yang menderita pengecilan otot.

Meski akan jadi yang pertama dilakukan pada manusia, sudah ada preseden medis sebelumnya. Baru-baru ini, para ilmuwan di China berhasil melakukan transplantasi kepala pada seekor tikus.

Namun, kebanyakan ahli kesehatan berpendapat, transplantasi kepala manusia adalah fantasi belaka.

Dr Hunt Batjer, ketua American Association for Neurological Surgeons, misalnya, ada di kubu penentang. "Saya berharap itu tak pernah dilakukan pada seseorang. Saya tak akan mengizinkan siapapun melakukannya padaku. Ada banyak hal yang lebih mengerikan, dibandingkan kematian itu sendiri."

Prosedur Mengerikan

Sebelumnya, Dr Canavero mendeskripsikan prosedur yang akan dilakukannya pada Helen Thomson dari majalah sains New Scientist.

Pertama, ia akan mendinginkan baik tubuh pendonor maupun bagian kepala. Hal itu dilakukan agar sel-sel tak lantas mati akibat kekurangan oksigen dalam proses tersebut.

Kemudian, leher pasien yang terputus dan pembuluh darah penting lainnya dihubungkan ke tabung, sementara sumsum tulang belakang dari kepala dan tubuh dari dua orang masih terpisah.

"Kepala penerima kemudian dipasangkan ke tubuh donor, kemudian kedua ujung dari sumsum tulang belakang  masing-masing disatukan," kata jelas Thompson, berdasarkan keterangan Dr Canavero.

Untuk memungkinkan hal tersebut dilakukan, Canavero berniat menyiram area tersebut dengan cairan kimia yang disebut polyethylene glycol, diikuti injeksi zat cair yang sama selama beberapa jam.

"Seperti halnya air panas yang membuat spaghetti saling menyatu, polyethylene glycol mendorong lemak dalam membran sel saling bertautan."

Kepada Thompson, Canavero mengatakan, tahap terakhir dari proses panjang tersebut adalah menjahit otot-otot dan alat suplai darahnya.

Kemudian, pasien akan dikondisikan koma selama 3-4 minggu untuk memungkinkan tubuh menyembuhkan dirinya sendiri. Sementara itu, elektroda yang tertanam menstimulasi sumsum tulang belakang untuk memperkuat koneksi saraf baru.

Setelah semua prosedur dijalankan, pasien tak lantas bisa bangun dan berjalan. Dr Canavero mengatakan, kerusakan pada sumsum tulang belakang membutuhkan waktu 12 bulan untuk sembuh total. Dengan tubuh barunya itu, pasien diperkirakan akan tetap mempertahankan suara lamanya. Tak ada perubahan pada bicaranya.

Namun, apakah ada potensi tubuh menolak kepala baru? Soal itu, hanya waktu yang bisa menjawab. (Ein/Riz)

Baca juga: Ilmuwan Klaim Bisa Transplantasi Kepala Manusia, Frankenstein?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya