Liputan6.com, Kairo - Pemerintah Mesir menyatakan akan segera melangsungkan pemilihan parlemen dua tahap yang akan digelar pada Oktober dan November mendatang.
Pemilu ini adalah yang pertama sejak rervolusi "Arab Spring" yang terjadi di Timur Tengah di mana sejumlah diktator dilengserkan paksa dari tampuk kekuasaan. Di Mesir, pemerintahan Presiden Mohammed Morsi yang didukung Ikhwanul Muslimin digulingkan lewat kudeta 2 tahun lalu, di mana posisinya digantikan oleh panglima militer Jenderal Abdel Fattah El-Sisi.
Baca Juga
"Pemilu itu akan dimulai pada 18-19 Oktober. Bagian dari proses untuk membawa kembali demokrasi yang dikatakan kritikus ternodai oleh represi," ucap komisi pemilihan Mesir dalam konferensi pers pada Minggu 30 Agustus 2015, seperti dikutip dari Reuters, Senin (31/8/2015).
Advertisement
Putaran kedua pemungutan suaranya akan berlangsung pada 22-23 November. Sementara voting untuk Mesir di luar negeri akan berlangsung pada 17-18 Oktober.
Badan pemilu Mesir mengatakan pemilu untuk mengisi 568 kursi di parlemen itu akan dimulai pada pertengahan Oktober, dan dilangsungkan di separuh provinsi dan sisanya November.
Sejak Juni 2012, ketika pengadilan membubarkan dewan yang terpilih secara demokratis, Mesir tidak lagi memiliki dewan legislatif. Dewan yang sebelumnya didominasi oleh Ikhwanul Muslimin kini dilarang. Presiden Abdel Fattah al-Sisi lalu mengeluarkan puluhan undang-undang lewat dekrit.
Pemilihan itu sedianya akan dimulai pada Maret, tapi ditunda setelah pengadilan memutuskan bagian dari UU Pemilu tidak konstitusional.
Tantangan Mesir setelah pemilu termasuk perjuangan untuk menghidupkan kembali ekonomi yang babak belur akibat kekacauan politik setelah penggulingan Husni Mubarak pada 2011 dan pemberontakan militan Islam yang berbasis di Sinai.
(Tnt/Ein)