Liputan6.com, Moskow - Baru-baru ini, penyelidik Rusia telah mengekskavasi jasad penguasa terakhir dinasti Romanov, Tsar Nicholas II dan istrinya, Alexandra. Komite Investigasi Kementerian Dalam Negeri juga telah membuka kembali penyelidikan atas kasus pembunuhan yang terjadi pada awal abad ke-20 itu.
Seperti dikutip dari Russian Today (RT), Juru Bicara Komite Investigasi, Vladimir Markin mengumumkan, kasus dibuka kembali berdasarkan kemunculan bukti baru.
Baca Juga
Bukti baru berupa dokumen yang disebut 'White Guards Investigation', berkaitan dengan penyelidikan yang dilakukan antara tahun 1918 dan 1924 oleh mantan perwira Kerajaan Rusia. Dokumen-dokumen tersebut ditemukan pada 2011 bersama dengan sejumlah bukti.
Advertisement
Ada juga permintaan dari pihak Gereja Ortodoks, untuk mengecek kembali kaitan 2 jasad yang ditemukan pada 2007 dengan keluarga Romanov -- sebelum pemakaman dilakukan.
Jasad gadis kecil dan seorang anak yang ditemukan di Porosenkovsy Meadow, diduga sebagai Grand Duchess Maria dan Aleksey -- putra dan putri Tsar Nicholas II.
Selain mengambil sampel dari Tsar Nicholas II dan istrinya, materi pembanding didapatkan dari seragam berlumuran darah milik Alexander II, kakek Nicholas, yang tewas pada 1881.
Penyelidikan baru juga mengambil sampel dari kakak Alexandra, Grand Duchess Elizabeth Fyodorovna, yang dimakamkan di Yerusalem. Baru sekarang, Rusia mendapatkan akses untuk mendapatkan sampel tersebut.
Jenazah pasangan kerajaan dan 3 anak perempuan mereka diekskavasi pada 1991, diidentifikasi secara formal dengan sampel DNA, dan dimakamkan kembali di Katedral St Petersburg pada 17 Juli 1998 -- 80 tahun setelah pembunuhan terjadi. Kelimanya diangkat sebagai orang suci oleh Gereja Ortodoks Rusia pada 2000.
Penyelidikan pembunuhan keluarga Romanov awalnya dilakukan pada tahun 1993 untuk mengidentifikasi dugaan temuan jasad Tsar Nicolas II, istrinya, dan 3 anak perempuan, serta staf istana, yang ditemukan di dekat Kota Yekaterinburg di wilayah Ural. Kasus ini ditutup pada 1998, karena kematian para tersangka.
Kasus dibuka kembali pada tahun 2007, ketika jasad Aleksey dan Maria ditemukan dan kemudian ditutup lagi setelah identitas mereka dikonfirmasi.
Juni 2015 lalu, anggota parlemen regional di Leningrad atau St Petersburg, mengusulkan agar ahli waris Romanov diberikan status khusus juga mendapat salah satu istana bersejarah keluarga di St Petersburg atau Krimea.
"Selama masa pemerintahan yang panjang, kekaisaran Romanov adalah awal dari negara Rusia," kata anggota parlemen, Vladimir Petrov dalam surat yang mendesak ahli waris untuk kembali ke Rusia.
Pada saat bersamaan, keturunan dinasti Romanov menyurati Balaikota Moskow, mendesak agar stasiun Voikovskaya -- yang menyandang nama pemimpin Bolshevik yang memainkan peran kunci dalam eksekusi mati Tsar Nicolas II dan keluarganya -- diganti.
"Hal itu diperlukan untuk membersihkan peta Moskow dari nama seseorang yang ambil bagian dalam mengorganisir pembunuhan keluarga Tsar," kata pengacara German Lukyanov.
Temuan Aneh
Pembantaian tersebut terjadi 17 Juli 1918 jelang tengah malam. Kala itu, dokter istana, dr Eugene Botkin membangunkan Tsar Nicholas II beserta seluruh keluarganya. Alasannya, mereka akan dipindahkan ke lokasi yang lebih aman, menyusul kekacauan yang terjadi di Yekaterinburg.
Keluarga kerajaan diminta memasuki ruangan bawah tanah berukuran 6 x 5 meter. Tak disangka, di sana lah mereka dihabisi oleh kaum revolusioner Bolshevik.
Tiba-tiba, hampir selusin orang bersenjata menyerbu masuk ke ruangan dan memberondong keluarga kekaisaran. Asap mengepul dari senapan. Mereka yang masih bernapas ketika selubung tabun menghilang, ditikam dengan bayonet.
Jasad Tsar Nicholas II, Alexandra, dan 4 putri mereka -- Anastasia, Maria, Olga, dan Tatiana -- juga putra mereka Tsarevich Alexei dan 4 anggota kerajaan lalu dibawa ke sebuah tambang, sekitar 14 kilometer dari Ekaterinburg.
Tubuh mereka yang tak lagi bernyawa disiram bensin dan dibakar. Tulang-belulang disiram cairan asam agar hancur. Kemudian yang tersisa dilemparkan ke lubang tambang, yang ditutupi dengan kotoran.
Namun, sejumlah keanehan ditemukan. Antropolog saat itu ragu soal tubuh Anastasia -- yang sisi kiri wajahnya rusak menjadi potongan-potongan kecil.
Pun dengan temuan jasad diduga Grand Duchess Maria dan Aleksey pada 2007, yang terpisah dari keluarga kerajaan lainnya.
Pengacara Grand Duchess Maria Vladimirovna -- keturunan Romanov -- menyatakan, pihaknya mendukung penyelidikan baru.
Dikutip oleh kantor berita Rusia, Tass, pengacara German Lukyanov mengatakan, tidak semua aspek pembunuhan keluarga kekaisaran dijelaskan dalam kasus ini. "Dan tidak semua pertanyaan Gereja Ortodoks Rusia dijawab sepenuhnya dan jelas," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (24/9/2015).
"Grand Duchess berharap eksaminasi jasad yang ditemukan di Yekaterinburg dilakukan secara ilmiah... Kebenaran harus diungkap dalam kasus ini, untuk menjawab pertanyaan yang paling sejati: siapa sebenarnya jasad-jasad itu." (Ein/Bob)