Buntut Tragedi Kelab Malam, PM Rumania Didesak Mundur

Salah satu pengunjuk rasa mengibarkan bendera Rumania berlubang hitam besar saat demo di Kota Bucharest.

oleh Anri Syaiful diperbarui 05 Nov 2015, 02:02 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2015, 02:02 WIB
Demonstrasi di Rumania
Salah satu pengunjuk rasa mengibarkan bendera Rumania berlubang hitam besar saat demo di Kota Bucharest. ( Salah satu pengunjuk rasa mengibarkan bendera Rumania berlubang hitam besar saat demo di Kota Bucharest. (www.theguardian.com)

Liputan6.com, Bucharest - Puluhan ribu demonstran menggelar aksi di Kota Bucharest, Rumania, Selasa 3 November 2015 malam waktu setempat. Para pengunjuk rasa mendesak Perdana Menteri Victor Ponta mundur dan bertanggung jawab atas kebakaran di salah satu kelab malam di Bucharest, Colectiv Club. Kebakaran itu menewaskan 32 orang pada Jumat malam, 30 Oktober lalu.

Sejak menjalani sidang pada September lalu, Victor Ponta berada dalam tekanan untuk mundur. Lelaki berusia 43 tahun itu tersangkut kasus penggelapan dan penghindaran pajak serta pencucian uang dalam rentang 2007-2011 saat berprofesi sebagai pengacara. Ponta baru menjabat sebagai PM sejak 2012.

"Saya terkesan dengan unjuk rasa malam ini. Para politikus tak bisa mengabaikan keinginan mereka akan terjadinya revolusi," tulis Presiden Klaus Iohannis dalam akun Facebook-nya, seperti dikutip dari laman Theguardian.com, Kamis (5/11/2015).

Selain itu, para pemrotes menuntut Menteri Dalam Negeri Gabriel Oprea mengundurkan diri. Mereka membawa bermacam tulisan dan bendera Rumania dengan lubang hitam besar. Bendera seperti itu pernah digunakan untuk menggulingkan diktator Rumania, Nicolae Ceausescu, 25 tahun silam.

Rumania merupakan eks negara komunis yang berpenduduk 20 juta orang. Negara tersebut beberapa tahun belakangan diterpa krisis ekonomi besar.

Hal ini diperparah dengan korupsi dan penggelapan pajak yang kerap terjadi. Akibatnya, Rumania menjadi salah satu negara termiskin di Benua Eropa. (Ans/Mar)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya