Liputan6.com, Jakarta - Gen yang bertanggung jawab menentukan kecerdasan telah ditemukan. Para ilmuwan percaya kalau gen ini bisa dimanipulasi untuk meningkatkan kekuatan otak.
Para peneliti sudah lama percaya kalau kecerdasan seseorang itu diwariskan. Dari hasil penelitian menunjukkan, kalau 75 persen dari IQ seseorang ditentukan oleh faktor genetik, dan sisanya oleh faktor lingkungan seperti pendidikan dan pergaulan seseorang.
Namun hingga saat ini, belum seorangpun mampu menunjukkan secara persis gen mana yang bertanggung jawab atas ingatan, konsentrasi, kecepatan pemrosesan atau kemampuan penalaran seseorang.
Advertisement
Kendati demikian, seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (7/1/2016), Imperial College London telah menemukan dua jaringan gen yang dianggap menentukan apakah seseorang akan jadi cerdas atau tidak. Mereka menganalogikan jaringan gen ini seperti tim sepakbola.
Begini penjelasannya: saat semua pemain dipasang di posisi yang tepat, otak terlihat berfungsi secara optimal hingga mengakibatkan kejernihan pikiran dan apa yang dianggap sebagai ketangkasan berpikir atau kepintaran. Akan tetapi, jika gen ini bermutasi atau terurut secara salah, yang terjadi bisa jadi ketumpulan berpikir, bahkan gangguan kognitif serius.
Baca Juga
Para ilmuwan yakin kalau ada 'saklar utama' yang mengatur keseluruhan jaringan tersebut. Jika bisa menemukannya, mereka percaya sanggup ‘menghidupkan’ kecerdasan semua orang.
"Kita tahu kalau faktor genetis punya peran penting dalam hal kecerdasanan, namun sampai sekarang belum diketahui gen mana yang berhubungan (dengan hal tersebut)," ungkap Dr. Michael Johnson, pemimpin penelitian tersebut dari Fakultas Kedokteran Imperial College.
"Penelitian ini menyoroti beberapa gen yang terlibat dalam kecerdasan manusia, dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain."
"Yang menarik, gen yang kami temukan kemungkinan memiliki pengaturan umum, yang berarti kita dapat memanipulasi keseluruhan rangkaian gen yang aktivitasnya berhubungan dengan kecerdasan manusia."
"Penelitian kami menunjukkan kalau mungkin saja bekerja pada gen-gen ini, untuk memodifikasi kecerdasan. Namun itu baru sekedar kemungkinan teoritis saat ini -- kami baru memulai saja langkah pertama di jalan itu," tambah Dr. Johnson lagi.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Natural Neuroscience, tim peneliti mememeriksa sampel otak manusia dari pasien yang menjalani bedah saraf karena penyakit epilepsi. Mereka menganalisis ribuan gen dalam otak manusia, kemudian menggabungkan hasilnya dengan informasi genetis dari orang sehat yang telah menjalani tes IQ, serta dari orang dengan gangguan saraf -- seperti gangguan spektrum autisme dan cacat intelektual.
Para peneliti melakukan berbagai analisis komputasi dan perbandingan untuk mengindentifikasi jaringan gen yang mempengaruhi kemampuan kognitif orang yang sehat. Mereka menemukan kalau gen yang mempengaruhi kecerdasan seseorang yang sehat juga adalah gen yang sama yang menyebabkan gangguan kemampuan kognitif dan epilepsi saat bermutasi -– jaringan yang mereka sebut M1 dan M3.
"Sifat kecerdasan tersebut diatur oleh kelompok besar gen yang bekerja sama – seperti tim sepakbola yang terdiri dari pemain di posisi berbeda," dijelaskan lagi oleh Dr. Johnson.
"Kami menggunakan analisis komputer untuk mengidentifikasi gen di otak manusia yang bekerjasama untuk mempengaruhi kemampuan kognitif kita untuk membuat ingatan baru atau keputusan yang masuk akal, saat dihadapkan pada informasi kompleks yang sangat banyak."
Kami menemukan bahwa beberapa gen ini tumpang tindih dengan gen yang menyebabkan serangan epilepsi pada anak-anak atau gangguan kecerdasan. Penelitian ini menunjukkan bagaimana kita bisa menggunakan dataset genom besar untuk mengungkap jalur baru pada fungsi kerja otak manusia saat sakit maupun sehat.
Pada akhirnya, kami berharap kalau analisis semacam ini dapat memberi petunjuk baru untuk penanganan yang lebih baik bagi penyakit perkembangan saraf seperti epilepsi, serta memperbaiki atau mengobati gangguan kognitif yang berhubungan dengan penyakit merusak ini.
Sebelumnya di tahun ini, tim dari King’s College London menemukan bahwa hingga 65 persen perbedaan nilai murid-murid GCSE adalah akibat faktor genetik, setelah menganalisis data dari 12.500 anak kembar.
Tim ini menemukan kalau semua hasil ujian anak sangat ditentukan oleh faktor genetis yang diwariskan, dengan proporsi antara 54 hingga 65 persen.
Sebelumnya, kecerdasan dianggap ditentukan oleh bentuk korteks serebral, bagian terluar dari otak manusia yang juga dikenal sebagai ‘grey matter.’ Hal itu berperan utama dalam hal ingatan, kesadaran persepsi, pemikiran dan bahasa.
Sebaliknya faktor lingkungan seperti halnya lingkungan sekolah dan rumah berkontribusi cuma sekitar 14 hingga 21 persen. Sisanya ditentukan oleh pengaruh eksternal seseorang seperti penyakit yang diderita, ataupun pergaulan.
Sang penulis laporan, Professor Robert Plomin, percaya kalau anak-anak mesti disaring secara genetik saat berusia 4 tahun sehingga kurikulum pendidikan bisa dibuat khusus sesuai kebutuhan mereka.
"Pemahaman akan faktor genetik spesifik dan faktor lingkungan yang mempengaruhi keragaman seseorang dalam pencapaian pendidikan -- dan interaksi yang kompleks antar faktor ini -- dapat menolong para pendidik untuk mengembangkan program pembelajaran pribadi yang efektif, untuk membantu setiap anak mencapai potensi mereka di akhir masa wajib belajarnya," jelas Prof. Plomin.
Akan tetapi, pakar genetika lainnya telah memperingatkan kalau dianugerahi jaringan gen cerdas tak lantas menjamin kesuksesan.
"Genetika adalah ilmu pewarisan, bukan takdir, dan tak ada pengganti kerja keras dan ketekunan," jelas Profesor Genetika di University of Kent, Darren Griffin.