Liputan6.com, Los Angeles - Banyak hal yang dapat membuat pusing kepala, tapi belum seberapa dibandingkan dengan masalah yang dialami oleh seorang veteran Perang Sipil di Amerika Serikat ini.
Dikutip dari wearethemighty.com pada Senin (28/3/2106), ia adalah tentara bernama Jacob Miller tertembak di kepalanya selagi terlibat dalam Pertempuran Chickamagua pada 19 September 1863.
Baca Juga
Pertempuran ini merupakan peristiwa kekalahan terbesar pihak Union di wilayah barat Perang Sipil AS. Banyak korban dalam laga tersebut, setelah Pertempuran Gettysburg yang dipandang sebagai pertempuran paling berdarah selama Perang Sipil.
Advertisement
Dalam sejarah di Negara Paman Sam, Perang Sipil AS melibatkan pihak utara (Union) yang bertempur melawan pihak selatan (Confederacy). Pada saat itu, sejumlah negara bagian di selatan AS menyatakan memisahkan diri dari Kesatuan Negara Bagian (United States).
Ketika tertembak, rekan-rekan sesama anggota pasukan Union mengira Miller tewas. Ternyata, ia tetap hidup hingga 54 tahun kemudian.
Hal ini seakan keajaiban karena sebutir peluru besar mengenai keningnya. Ia bahkan ditinggalkan di medan laga karena dikira sudah mati, padahal ia siuman beberapa jam kemudian.
Kisahnya itu pertama kalinya diterbitkan dalam The Joliet Daily News pada 1911.
"Ketika aku siuman setelah beberapa saat, aku berada di belakang pasukan konfederasi. Karena tidak mau menjadi tawanan, aku memutuskan untuk menembus garis pertahanan mereka dan kembali ke pihakku," tulis koran itu tentang kisah Miller.
"Aku bangkit dengan senapan sebagai tongkat, kemudian bergerak mundur agak jauh, lalu menyusuri sejajar dengan garis pertempuran. Mungkin aku terlalu berlumuran darah sehingga orang-orang yang kujumpai tak mengenal bahwa aku di pihak Yank."
Yank adalah istilah pihak utara untuk menyebut dirinya sendiri.
Setidaknya ada seorang Mayor, mantan pimpinan saya, yang tidak mengenal saya ketika saya menemuinya setelah menyeberang ke pihak kami.”
Luka itu sendiri tidak pernah benar-benar sembuh, tapi diduga menyelamatkan tentara itu.
"Saya menderita selama 9 bulan, kemudian mendapat tumpangan pulang ke Logansport dan meminta dokter Fitch dan Colman untuk membedah lukaku. Mereka mengeluarkan bola pelurunya. Beberapa hari setelah pembedahan, aku kembali ke rumah sakit di Kota Madison dan dirawat di sana hingga akhir masa dinas pada 17 September 1864."
"Tujuh belas tahun setelah cedera, ada selongsong mesiu jatuh dari lukaku dan 31 tahun kemudian ada dua keping timah keluar dari sana."
Dengan kata lain, Miller hidup selama 31 tahun bersama dengan sebutir peluru bersarang di keningnya.
Kepada harian itu, Miller mengatakan "ada yang bertanya kepadaku bagaimana bisa menjelaskan dengan tenangnya ketika terluka dan menyingkir dari medan tempur setelah sekian tahun. Jawabanku adalah memiliki pengingat harian tentang peristiwa itu dalam bentuk cedera dan pusing yang menetap di kepala, bahkan terasa ketika sedang tidur."
"Seluruh kejadian itu tercetak dalam otakku, seperti diukirkan menggunakan ukiran baja. Aku belum pernah menuliskan ini sebagai keluh kesah tentang siapapun yang bertanggungjawab kepada nasib buruk dan penderitaan saya selama bertahun-tahun. Pemerintah berbaik hati dan memberi saya pesangon pensiun sebesar US$40 setiap bulan."
Dalam fotonya, Miller mengenakan Lencana Kehormatan. Namun, penghargaan itu tidak ada hubungannya dengan lobang di keningnya. Ia mendapatkan lencana karena keberaniannya memimpin 'serbuan kaum sukarelawan' pada 22 Mei 1863.