Liputan6.com, Washington, DC - Lahir pada 16 Maret 1751, di Port Conway, Virginia, James Madison merupakan sulung dari 12 saudara. Ia dibesarkan di perkebunan keluarga di, Montpelier, Orange County, Virginia. Pada usia 18 tahun, ia melanjutkan pendidikan ke College of New Jersey (kini telah berganti nama menjadi Princeton University).
Lulus kuliah, Madison muda menaruh minat yang tinggi pada hubungan koloni Amerika-Inggris. Ia pernah diangkat menjadi kolonel di milisi Orange County ketika Virginia tengah mempersiapkan Perang Revolusi AS (1775-83). Namun tubuhnya yang kecil dan sering sakit-sakitan membuat ia menyerah pada karier militernya. Demikian seperti dilansir History, Senin (30-5-2016).
Baca Juga
Pada tahun 1776, ia terpilih mewakili Orange County untuk duduk di Konvensi Konstitusi Virginia. Ia ditugaskan untuk mengorganisasi sebuah pemerintahan baru yang tidak lagi berada di bawah kendali Inggris. Di sini ia bertemu seorang teman yang kelak bersama dirinya dijuluki sebagai bapak pendiri Amerika Serikat, Thomas Jefferson.
James Madison, Founding Fathers yang Juga Bapak Konstitusi
Advertisement
Madison turut serta menyusun dan mengesahkan ke-10 amandemen pertama dari Konstitusi AS. Amandemen ini kelak dikenal sebagai Piagam Hak-Hak Asasi, yang antara lain menjamin kebebasan pers dan kebebasan berbicara di AS.
Karena perannya dalam menyusun dan mengesahkan Konstitusi AS itulah James Madison disebut sebagai Bapak Konstitusi. Selama konvensi penyusunan konstitusi berlangsung, setiap hari James Madison membuat catatan terpenting mengenai kegiatan-kegiatan konvensi tersebut.
Ketika teman karibnya, Thomas Jefferson, menjabat sebagai presiden, Madison diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Ia mengusahakan pembelian wilayah Lousiana dari Prancis. Wilayah itu membentang dari Teluk Meksiko di selatan hingga ke utara Kanada, dari Sungai Mississipi di timur hingga Pengunungan Rocky di barat.
Kebijakannya yang dilakukan pada 1803 itu menjadikan wilayah AS dua kali lebih luas dibanding sebelumnya.
James Madison resmi memimpin AS setelah menang dalam pemilu 1808 atas lawannya Charles Cotesworth Pinckney. Masa pemerintahannya diwarnai sejumlah persoalan luar negeri dengan Inggris dan Prancis.
Pada 1812, ia menyatakan perang terhadap Inggris. Namun kondisi AS sendiri saat itu tidak siap untuk berperang. Akibatnya, pasukan AS menderita kekalahan baik di darat maupun laut.
Sementara perang terus berlanjut, Madison mencoba peruntungan keduanya untuk menjabat sebagai presiden. Ia kembali menang, kali ini atas DeWitt Clinton. Namun, ia mendapat banyak kritik bahkan cenderung disalahkan atas perang yang terjadi.
Sosok presiden ke-4 AS itu dikenal sebagai penafsir yang ketat. Ia menentang penafsiran bebas Konstitusi. Setelah tak lagi menjabat sebagai presiden pada 1817, bersama sang istri, Dolley, ia kembali ke kampung halamannya di Virginia. Ia menyusun catatan-catatan tentang konvensi konstitusional. Ia bergeming pada sikapnya yang menentang pengaruh hak-hak negara bagian yang mengancam persatuan negara federal.
Pada 1826, Madison diketahui menjabat sebagai rektor di University of Virginia, universitas yang didirikan oleh sang sahabat, Jefferson. Ia tutup usia di Montpelier pada 28 Juni 1836 di usianya yang ke-85 tahun.
Menjabat sebagai presiden pada dua era, Madison mencatat sejumlah fakta menarik. Ia merupakan presiden AS pertama yang mengenakan celana panjang dalam kesehariannya, bukan celana selutut. Tidak dijelaskan pasti cerita di balik fakta ini.
Madison juga merupakan presiden pertama yang meminta persetujuan Kongres untuk berperang. Di samping itu, ia juga merupakan presiden pertama yang pernah menjabat sebagai anggota legislatif.