Dari Columbine ke Orlando: Sejarah Penembakan Massal Mematikan AS

AS tak selesai dirundung masalah penembakan massal. Tragedi di Oregon disebut sebagai insiden paling mematikan dalam sejarah AS.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 14 Jun 2016, 06:30 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2016, 06:30 WIB
20160612-Penembakan Orlando, Gedung Putih Kibarkan Bendera Setengah Tiang-AS
Pemandangan bendera setengah tiang di Gedung Putih, Washington DC, sebagai tanda berduka atas penembakan brutal klub gay Pulse di Kota Orlando, Florida, Amerika Serikat (AS), Minggu (12/6). (AFP PHOTO/Yuri GRIPAS)

Liputan6.com, Oregon - Rosie Feba mengajak teman perempuannya ke klub malam Pulse untuk pertama kalinya pada Sabtu malam.

Belum sampai ke lokasi pesta, kawannya itu menyampaikan hal mengejutkan: bahwa penembakan telah terjadi.

"Ia mengatakan ada penembakan. Orang-orang terkapar di lantai," kata Feba, kepada Los Angeles Times yang dilansir Liputan6.com pada Senin (13/2/2016). "Aku bilang, itu cuma bercanda, bagian dari musik, sampai aku melihat ada kilatan cahaya dan orang-orang rubuh," ungkap Feba yang berada di lapangan parkir menuju klub saat insiden terjadi.

Seorang pejabat FBI, Danny Banks, mengatakan penembakan Orlando ini diyakini sebagai insiden terburuk dalam sejarah Amerika. Sejauh ini jumlah korban tewas dalam penembakan terbanyak ada di Orlando.

Kini insiden itu sedang diselidiki sebagai aksi terorisme.

"Kami menyelidikinya sebagai aksi terorisme. Apakah ini aksi terorisme domestik atau internasional, kami akan menyelidiki hingga ke akarnya," ujarnya.

Pelaku penembakan diidentifikasi sebagai pria berusia 29 tahun bernama Omar Mateen.

AS tak selesai dirundung masalah penembakan massal. Tragedi menyedihkan terjadi sebelumnya di California. 14 nyawa terenggut saat pasangan Syeed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik memberondong pusat rehabilitasi mental di San Bernardino, pada 3 Oktober 2015.

Berikut adalah daftar sejarah penembakan paling massal di AS, sebelum 'rekornya' dipecahkan oleh insiden di Orlando. 

Duo Pencabut Nyawa di SMA Columbine

Eric Harris dan Dylan Klebold,  yang melepaskan tembakan membabi buta di sekolah Columbine. (Wikiapedia)

Mengenakan balaclava -- sejenis penutup wajah -- dan mantel panjang, Eric Harris dan Dylan Klebold beraksi menyerang SMA Columbine dengan senapan otomatis dan bom rakitan pada siang hari, pada 1999. Menewaskan 12 siswa dan seorang guru. Sedangkan 24 lainnya dilaporkan luka-luka.

'Drama' serangan di sekolah yang memiliki 1.800 siswa itu dilaporkan berlangsung lebih dari 60 menit, pada pukul 11.19 hingga 12.08 waktu setempat.

Duo remaja Harris-Klebold disebut-sebut sebagai anggota kelompok yang dikenal dengan 'trench coat mafia'. Anggota grup tersebut memiliki senjata dan berasal dari anak-anak yang dikucilkan.

Seorang murid perempuan mengatakan kepada polisi ia berada di perpustakaan, ketika salah satu dari remaja itu melempar peledak dan mulai menembak secara membabi buta.

"Dia bilang dia akan membunuh semua orang yang berarti untuknya, dan teman-temannya selama setahun terakhir," tutur murid perempuan itu.

Saksi-saksi lain mengutarakan bahwa orang-orang bersenjata itu menargetkan siswa dari etnis minoritas dan atlet populer.

Ketika Agen FBI dan tim spesialis senjata api menuju lokasi pembantaian, sebuah bom yang telah diatur waktunya pun meledak. Boom...!

"Setidaknya 12 bom lainnya ditemukan di beberapa penjuru sekolah," ungkap salah satu polisi.

Penembakan massal AS di sekolah tersebut terjadi pertama kali pada 29 Januri 1979, di Grover Clevelan Elementary School di San Carlos, California.

Pelaku penembakan massal itu adalah Brenda Spacer, salah satu murid di sekolah itu. Ia melakukan aksinya karena merasa bosan. Brenda berubah dari anak riang menjadi pemurung tatkala orangtuanya bercerai.

29-1-1979 Pertama dalam Sejarah, Penembakan Massal di Sekolah AS (NYDailyNews)

Aksinya itu merupakan titik kelam dalam sejarah AS.

Hingga kini, Brenda merasa bertanggung jawab atas penembakan massal sekolah seperti Columbine, Sandy Hook dan Oregon.

"Tiap kali aku mendengar kasus penembakan di sekolah, aku merasa bertanggung jawab sebagian," ujar dia. "Bagaimana kalau orang-orang itu terilhami oleh apa yang pernah aku lakukan?"

Tragedi Berdarah di Virginia Tech

Penembakan di Virginia Tech dilakukan oleh Cho Seung-hu (Reuters)

16 April 2006, Cho Seung-hui menghujani mahasiswa di Virginia Tech University. Sebanyak 32 orang tewas karenanya.

Penyidik menyatakan, Cho yang lahir di Korea Selatan dan pindah ke AS tahun 1992, tak memiliki target spesifik.

Publik akhirnya mengetahui bahwa Cho memiliki kepribadian yang tertutup serta memiliki catatan masalah kesehatan mental.

Penembakan Sandy Hook yang Terobsesi Jadi Penembak Massal

Penembakan di Sekolah Sandy Hook (Wikipedia). Adam Lanza, pemuda pemalu yang tak banyak cakap berubah menjadi pembunuh berdarah dingin. Ia memberondong ibunya sendiri, Nancy, serta murid-murid dan sejumlah guru di SD Negeri Sandy Hook, Newtown, Connecticut, Amerika Serikat, 14 Desember 2012 lalu. Total 26 orang tewas akibat kesadisannya.

Pemuda menyerang sekolah Dasar di Sandy Hook, Newtown, Connecticut, ternyata memiliki obsesi dengan pembunuhan massal.

"Terutama serangan 1999 tentang Columbine High School di Colorado," demikian dijabarkan sebuah laporan investigasi yang dilansir USA Today

Joker Penembak Massal Hingga Pemuda Pencabut Nyawa

 'Joker' Hujani Peluru Saat Film Batman Diputar

Penembak  'Batman' Bebas dari Hukuman Mati (dailymail)

Sedikitnya 12 orang tewas dan 38 orang lainnya terluka dalam insiden penembakan di bioskop yang sedang menayangkan film terbaru Batman di Colorado, Amerika Serikat, Jumat 20 Juli 2012.

James Eagan Holmes memakai topeng Joker--musuh Batman-- melepaskan tembakan setelah melemparkan tabung gas air mata ke arah penonton yang sedang menyaksikan film "The Dark Knight Rises".

Sesaat kemudian, pria yang mengenakan rompi antipeluru dan helm menaiki tangga dan langsung melepaskan tembakan secara membabi buta.

Sebanyak 14 orang tewas, sementara James Holmes pemuda jenius kandidat doktor divonis seumur hidup.

Penembakan Massal di Gereja Charleston

Raymond Smith, seorang jemaat berdoa di depan karangan bunga di Gereja Emanuel, Charleston, Amerika Serikat, Minggu (21/6/2015). Gereja tersebut dibuka kembali untuk jemaat yang berkabung usai penembakan yang menewaskan 9 orang. (REUTERS/Brian Snyder)

Dylan Roof ditangkap 4 jam setelah ia melakukan penembakan di gereja Afrika Amerika di Charleston, Carolina Selatan pada 17 Juni 2015.

Penembakan di Gereja Emanuel African Methodist Episcopal di kota AS bagian tenggara merupakan salah satu serangan terburuk di tempat ibadah di negara ini dalam beberapa tahun terakhir.

Para jemaat gereja berkumpul pada Rabu 17 Juni 2015 malam ketika penembak berjalan ke gedung. Dia lantas duduk di ruang sidang selama sekitar 1 jam dan kemudian melepaskan tembakan. Demikian kata Kepala Polisi Charleston Gregory Mullen.

Sebanyak 9 orang tewas dalam kejadian ini, 3 pria dan 6 perempuan. Selain itu beberapa orang lainnya juga luka-luka. Di antara yang tewas adalah pendeta gereja Clementa Pinckney, yang juga seorang senator negara bagian Demokrat.

'Sesaat Lagi Kalian Bertemu Tuhan'

Pelaku penembakan di Kampus Umpqua, Oregon, Chris Harper-Mercer. (My Space/Daily Mail)

Pria bersenjata menyeruak masuk ke sebuah kelas di kampus Umpqua Community College di Roseburg, Oregon, Portland, Amerika Serikat, Kamis pukul 10.30 waktu setempat, pada 1 Oktober 2015.

Pelaku serta-merta menembak dosen yang sedang mengajar. Semua orang yang ada di dalam kelas itu langsung tiarap.

Saat mengisi selongsong senapannya, si pelaku memerintahkan para murid pemeluk Kristen untuk berdiri. Demikian diungkapkan saksi mata Anastasia Boylan pada ayahnya, Stacy.

"Lalu, ia berkata, 'Baik, karena kalian pemeluk Kristen, kalian akan bertemu Tuhan sedetik lagi," kata Stacy, menirukan pernyataan putrinya.

Ia adalah Chris Harper Mercier. Anak 'mama' yang juga dikenal tertutup, memutuskan menghujani kampus komunitas itu. Sebanyak 13 siswa dan guru tewas di tangannya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya