Liputan6.com, Jakarta- Praktik ilmu pengobatan dalam dunia medis terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Setiap dokter berupaya untuk memperoleh ilmu pengetahuan lebih banyak dan menyempurnakan keterampilan dalam mempraktikkan ilmu tersebut.
Baca Juga
Namun, setiap teori, terobosan dan penemuan tentunya punya pucuk pangkal atau asal muasal masing-masing. Beberapa merupakan konsep luar biasa yang mungkin tak terpikirkan masyarakat modern dan beberapa lainnya terbentuk karena ketidaksengajaan.
Advertisement
Berikut 10 Kisah Awal Mula Praktek ilmu Pengobatan yang hingga kini dijadikan kiblat di dunia kedokteran, seperti dilansir dari List Verse.
1. Operasi
Pada Abad Pertengahan, operasi dilakukan oleh tukang cukur rambut, bukan dengan seorang ahli bedah layaknya di era modern.
Ini dikarenakan pada saat itu operasi dipandang lebih sebagai seni kerajinan tangan, buka sebuah profesi di mana nyawa seseorang dipertaruhkan.
Tidak hanya melakukan operasi saja, pencukur rambut juga melakukan sejumlah hal lainnya seperti pencabutan gigi, amputasi, penjualan obat-obatan dan tentunya, mencukur rambut seseorang.
Warna merah dan putih pada tiang di setiap tempat cukur menyimbolkan kain serbet putih yang ternodai oleh darah. Hingga kini, tiang dengan warna yang penuh makna tersebut masih digunakan tukang cukur rambut di seluruh dunia.
Kedua profesi akhirnya digabungkan pada tahun 1540 oleh King George II menjadi United Barber-Surgeons Company.
Pada tahun 1745 sebuah sekolah khusus bedah dibuka di kota London, Inggris. Ini menandakan sebuah keharusan untuk mengemban ilmu bedah terlebih dahulu sebelum menjadi ahli bedah dan menjalankan operasi.
2. Diabetes
Pada tahun 1647 silam, seorang dokter berkebangsaan Inggris, Thomas Willis menjadi sosok pertama di dunia medis yang mampu membedakan seseorang yang sedang sakit diabetes dan yang tidak. Caranya sangat unik: mencicipi urine setiap pasiennya.
Menurutnya, seseorang yang terserang penyakit diabetes urinnya terasa manis saat dicicipi. Kendatipun terdengar menjijikan bagi banyak orang, metode ini terbukti sangat berkontribusi besar dalam upaya memahami penyakit diabetes. Willis juga menulis sejumlah buku yang mana isinya fokus pada hubungan penyakit diabetes dan depresi.
3. Metode Perkusi
Seorang dokter asal Austria, Leopold von Auenbrugger menciptakan sebuah metode pada tahun 1754 yang dinamakan methods of percussion atau metode perkusi. Metode ini digunakan untuk mendeteksi apabila ada cairan berlebihan di dalam tubuh seseorang seperti pneumonia dalam paru-paru.
Metode perkusi ini dilakukan dengan cara menepuk beberapa bagian tubuh seseorang dengan menggunakan jari.
Leopold mencontoh ayahnya yang kerap kali ditemukan tengah menepuk barel wine dengan jarinya untuk mengetahui ada tidaknya dan sebanyak apa cairan minuman di dalam setiap barel.
Metode yang dinamakan inventum novum ini terus digunakan hingga sekarang dan dijadikan bahan dasar pembelajaran medis.
Tekanan hingga Golongan Darah
4. Tekanan Darah
Sirkulasi peredaran darah dan tekanannya sudah dipelajari selama berabad-abad. Pada tahun 1628, seorang dokter bernama William Harvey merilis sebuah buku berjudul Exercitatio Anatomica de Motu Cordis et Sanguinis in Animalibus atau pergerakan jantung dan darah dalam tubuh hewan.
Buku tersebut kemudian dijadikan pedoman untuk memahami sistem peredaran darah dalam tubuh mahluk hidup.
Pada tahun 1881, Samuel Siegfried Karl Ritter von Basch menciptakan alat untuk memonitor tekanan darah pertama kali yang dinamakan sphygmomanometer.
Ia mempelajari ilmu yang disodorkan Stephen Hales sebelumnya pada tahun 1733 silam untuk memahami jantung dan tekanan darah.
Pada tahun 1905, seorang dokter bernama Nikolai Korotkoff menyempurnakan ciptaan Samuel dengan penemuannya akan perbedaan antara tekanan darah sistolik dan distolik.
Ia telah melahirkan ide penggunaan cuff atau kain lengan baju tambahan untuk diikatkan di sekitar lengan saat menggunakan sphygmomanometer. Dengan adanya cuff, Korotkoff bisa mendengarkan lebih jelas suara pergerakan darah dalam tubuh.
5. Stetoskop
Seorang dokter asal Prancis, Rene Theophile Hyacinthe Laennec menciptakan sebuah perangkat medis untuk memeriksa suara dalam tubuh yang dinamakan stetoskop.
Instrumen yang diciptakan pada tahun 1816 ini digunakan untuk mendengar suara jantung, pernapasan dan juga aliran darah dalam arteri.
Konon katanya Rene menciptakan stetoskop agar ia tidak harus menempelkan kupingnya pada dada seorang terutama wanita setiap dirinya melakukan pengecekan pada detak jantung.
Pembuatan stetoskop didasari inspirasi yang ia dapat saat mengamati dua anak yang sedang bermain di halaman.
Kedua anak menggunakan tabung kosong yang terbuat dari kayu untuk mendengarkan suara lebih jelas.
Rene kemudian menyadari bahwa hal tersebut bisa diaplikasikan dalam dunia medis. Bagian dari stetoskop yang ditempelkan ke dada seseorang mampu membuat suara organ dalam tubuh seseorang menjadi lebih jelas untuk didengar.
6. Golongan Darah
Seorang ahli biologi berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner adalah sosok di balik penggolongan darah menjadi A, B dan O. Sebelumnya, semua orang dibingungkan dengan kasus kegagalan transfusi darah. Penggolongan darah yang diciptakan Karl pada awal tahun 1900-an merupakan sebuah terobosan yang membantu menyukseskan setiap upaya penyaluran darah atau transfusi.
Caranya mengetahui dan membedakan berbagai jenis darah beserta kecocokannya adalah dengan mencampurkan sel darah merah dengan serum dari setiap staf-nya. Ia kemudian menunjukan bahwa beberapa serum menempel pada sel darah merah dan hal tersebut membuktikan bahwa beberapa jenis darah bisa menyatu dengan lainnya.
Advertisement
Observasi hingga Radiologi
7. Observasi
Seorang guru di bidang medis yang juga merupakan ahli bedah, Joseph Bell, menjadi sebuah legenda di Medical University of Edinburgh, Skotlandia setelah dirinya memperkenalkan teknik unik yang mampu membawa perubahan signifikan pada dunia medis.
Bell yakin bahwa ketika seseorang fokus akan sesuatu, maka mereka bisa memahami sesuatu tanpa harus mengetahui terlebih dahulu latar belakangnya.
Saat melakukan diagnosa pada seorang pasien, Bell merasa penting untuk seorang dokter memahami pasiennya sebelum kata apapun dikeluarkan dari mulut pasiennya.
Caranya adalah memfokuskan diri pada satu hal, contohnya pada tangan seseorang atau wajah mereka untuk mengetahui apakah mereka merokok atau tidak dan kebiasaan lainnya.
Kemahirannya dalam menemukan sesuatu dengan teliti dan memahaminya menarik perhatian para detektif. Mereka kemudian meminta pertolongan Bell untuk membantu mereka menyelesaikan investigasi kasus kejahatan. Teknik observasi Bell menginspirasi terbentuknya sains forensik.
8. Kemoterapi
penyakit kanker terus menghantui umat manusia hingga era modern. Sebagian besar pengidap kanker menjalani perawatan yang kita kenal sebagai kemoterapi.
Seorang ahli imunologi berkebangsaan Jerman, Paul Ehrlich merupakan pencipta dari ilmu kemoterapi ini.
Pada era awal tahun 1900-an, Paul memusatkan perhatiannya pada ilmu kekebalan tubuh di mana ia juga mencari cara untuk melawan penyakit yang menular dengan menggunakan obat.
Ia bercita-cita menemukan sesuatu yang dapat membunuh bibit-bibit penyakit dalam tubuh manusia tanpa merusak jaringan tubuh yang ada. Ia berkeyakinan bahwa bibit penyakit hanya menyerap zat warna kimia tertentu; dan apabila menyerap zat kimia tertentu yang lain, bibit penyakit itu akan mati. Pengobatan dengan zat kimia itulah yang kemudian dikenal sebagai kemoterapi.
9. Penisilin
Seorang profesor di rumah sakit St.Mary di London, Inggris, Alexander Fleming melakukan penelitian pada bakteri yang ada di makanannya pada tahun 1929 silam. Itu semua berawal dari jamur yang ia temukan pada makanan yang ia tinggal saat sedang berlibur. Saat diteliti, jamur tersebut ternyata menimbun banyak bakteri di dalamnya.
Penelitiannya kemudian berujung dengan dirinya menciptakan sebuah antibiotik yang dinamakan penisilin untuk membunuh bakteri yang ada. Kini penisilin banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit infeksi apapun yang disebabkan oleh bakteri.
10. Radiologi
Nama Marie Curie tentunya sudah tidak asing lagi bagi mereka yang berkecimbung di dunia medis. Wanita yang menimba ilmu di Sorbonne University di Paris, Prancis ini merupakan sosok pertama perintis bidang radiologi.
Penemuannya telah melahirkan sebuah alat radiasi elektromagnetik yang dinamakan X-ray. X-ray hingga sekarang digunakan di setiap rumah sakit untuk mengetahui kondisi tulang dalam tubuh secara visual.
Curie menghabiskan waktu bertahun-tahun melakukan penelitian terhadap bahan radioaktif seperti, polonium dan radium. Sejak awal memasuki perguruan tinggi, Curie sudah menunjukan ketertarikannya pada ilmu pengetahuan dan kegemarannya dalam membaca buku.