Liputan6.com, Istanbul - Mata dunia kini terpusat pada Turki. Peristiwa tragis di Bandara Ataturk, Istanbul, pada Selasa malam, 28 Juni 2016 menjadi pemicunya. Itu adalah peristiwa yang merengut puluhan nyawa orang tak bersalah sekaligus melukai ratusan lainnya.
Kepala negara dan perwakilan sejumlah negara-negara di seluruh dunia pun mengungkapkan keprihatinan mereka, juga mengecam aksi teror ledakan bom Turki.
Baca Juga
Baca Juga
Peristiwa serupa juga belum lama ini melanda bandara di Kota Brussels, Belgia, yang menewaskan setidaknya 16 orang. Pelancaran aksi teror di tempat umum, terutama di bandara, dewasa ini semakin sering dilakukan.
Advertisement
Mengulik sosok pelaku di balik serangan tersebut memang sudah menjadi sebuah keharusan bagi pihak intelijen. Namun, pemilihan tempat untuk melancarkan aksi teror juga patut diselidiki lebih dalam.
Lalu, mengapa bandara dijadikan tempat "terfavorit" para pelaku teror untuk melancarkan aksi keji mereka?
Seorang analis bidang keamanan sekaligus pakar terorisme, Brian Michael Jenkins, menjelaskan ada sejumlah alasan yang membuat bandara menjadi sasaran empuk bagi para pelaku teror.
"Aksi teror di bandara mempunyai arti simbolik tertentu bagi mereka yang melakukannya. Pertama, hal tersebut menjamin adanya perhatian dari media dan masyarakat dunia," kata Brian, seperti dikutip dari New York Times.
Selain mengundang perhatian berskala global, Brian menjelaskan, aksi teror di bandara juga merupakan suatu peringatan keras yang ditujukan kepada rakyat di negara tersebut. Hal itu diyakini dapat menciptakan kepanikan yang diharapkan akan membuat perekonomian dan bisnis dalam negeri itu tidak stabil.
Alhasil, para turis dan wisatawan akan berpikir dua kali untuk berkunjung ke negara yang sedang dilanda kepanikan tersebut. Terlebih lagi, investor asing juga akan mengevaluasi ulang rencana mereka untuk berinvestasi atau mengembangkan bisnis mereka di negara yang dinilai kurang stabil itu.
Sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga non-profit yang membantu perancangan kebijakan Amerika Serikat melalui penelitian dan analisis bernama RAND di Bandara Internasional Los Angeles, California, pada 2004 lalu juga membuktikan pentingnya pemilihan lokasi bagi para pelaku serangan teror.
"It is not the size of the bomb that matters most; it is where it is detonated," demikian penjelasan dari pihak RAND," seperti dilansir dari US News.
Bandara dianggap tidak pernah sepi, selalu dipenuhi lautan manusia dari berbagai macam negara dan tentunya merupakan 'pintu' masuk dan keluarnya individu-individu dari berbagai macam negara.
Serangan teror dapat melukai banyak orang lokal, sekaligus mereka yang berasal dari negara asing. Serangan di satu tempat simbolik ini diharapkan membuat ketar-ketir di banyak negara secara serempak.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca disini.