Paus: Dunia Sedang Perang, tapi Bukan Agama yang Berkonflik

Paus Fransiskus menyatakan dukacita mendalam atas kepergian Pastor Jacques Hamel di Prancis.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 28 Jul 2016, 12:42 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2016, 12:42 WIB
Paus Fransiskus: Umat Islam dan Kristen Bersaudara
Paus Fransiskus: Umat Islam dan Kristen Bersaudara. Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Afrika (Reuters)

Liputan6.com, Warsawa - Paus Fransiskus menyatakan dukacita mendalam atas kepergian Pastor Jacques Hamel, yang meninggal dunia dalam serangan yang terjadi saat ia sedang memimpin misa di Gereja Saint-Etienne-du-Rouvray, Prancis. Dua pelaku penyerangan diketahui sebagai pendukung ISIS.

Berbicara di dalam pesawat kepausan yang sedang menuju Krakow, Polandia -- di mana Paus akan menghadiri perayaan World Youth Day -- Fransiskus mengatakan bahwa sedikit demi sedikit perang terjadi di dunia.

"Dunia sedang perang karena hilangnya kedamaian," kata dia seperti dikutip dari CNN, Kamis (28/7/2017).

"Ada perang kepentingan, perang demi uang, perang untuk memperebutkan sumber daya alam, perang untuk mendominasi di atas manusia lain."

Namun, Paus Fransiskus menegaskan bukan agama yang sedang bertempur.

"Sejumlah orang mungkin berpikir, ini adalah perang agama. Sama sekali bukan. Agama menginginkan kedamaian. Lainnyalah yang menginginkan perang."

Kedatangan Paus Fransiskus ke Polandia diwarnai rasa canggung. Pemimpin Takhta Suci Vatikan tersebut mendukung para imigran.

Paus asal Argentina itu memboyong tiga keluarga asal Suriah ke Roma, Italia. Ia bahkan mencium kaki imigran muslim sebelum memimpin misa Kamis Putih.

Sejumlah imigran, termasuk tiga muslim dari Mali, Suriah, dan Pakistan, dicium kakinya oleh Paus Fransiskus sebelum memimpin misa Kamis Putih, di lokasi penampungan di Castelnuovo, dekat Roma, Italia, Kamis (24/3/2016). (Reuters/ Osservatore Romano)

Sebaliknya, Pemerintah Polandia menolak ikut serta dalam perjanjian penanganan pengungsi Uni Eropa, demi alasan keamanan.

Umat Muslim Berduka

Sementara itu di Prancis, kasus penyerangan di gereja mengguncang Kota In St.-Etienne-du-Rouvray -- yang memiliki 27 ribu penduduk.

"Kita harus memerangi teroris. Orang-orang gila itu mencatut agama untuk menjustifikasi aksi sadisnya. Padahal, agama tak ada kaitannya dengan insiden ini," kata Alexandre Herbert (35), yang tinggal di sebuah desa dekat kota tersebut.

Pastor Fr Jacques Hamel menjadi korban dalam serangan teror di Gereja Saint-Etienne-du-Rouvray Prancis (AFP)

Pemerintah Prancis mengatakan akan memobilisasi polisi dan kekuatan militer untuk meningkatkan keamanan di tengah ancaman teror.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve mengatakan, 23.500 personel akan dikerahkan, termasuk tentara cadangan, untuk mengamankan 56 acara publik yang dijadwalkan berlangsung selama sisa musim panas.

Rabu lalu, Presiden Prancis Francois Hollande mengumpulkan para pemuka agama di negaranya.

Ulama Islam, Dalil Boubakeur pemimpin Masjid Agung Prancis menyampaikan dukacita mendalam -- mewakili umat muslim.

Ia menambahkan, "Membunuh seorang pastor yang dihormati dan dilindungi dalam ayat-ayat, bukan tindakan yang mewakili Islam."

Muslim Prancis, kata dia, menolak jika dikaitkan dengan aksi keji yang terkutuk tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya