Kisah Dusta Besar Para Presiden AS Soal Riwayat Kesehatannya

Hillary Clinton dan Donald Trump diduga tak jujur soal riwayat kesehatannya. Namun, dusta besar soal itu mewarnai sejarah Amerika Serikat.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 16 Sep 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2016, 08:00 WIB
Donald Trump dan Hillary Clinton, dua calon presiden AS yang akan bertarung pada 8 November mendatang
Donald Trump dan Hillary Clinton, dua calon presiden AS yang akan bertarung pada 8 November mendatang (CNN)

Liputan6.com, Washington DC - Hillary Clinton dan Donald Trump, dua calon presiden Amerika Serikat (AS) itu sama-sama disorot publik karena diduga mencoba menutupi sesuatu berkaitan dengan keadaan kesehatan mereka.

Mereka bahkan saling tuding lawannya telah berbohong tentang kondisi kesehatan masing-masing.

Trump menerbitkan catatan dari seorang dokter yang belakangan dipertanyakan kebenarannya.

Sementara, Hillary Clinton akhirnya mengaku menderita pneumonia, walaupun disebut-sebut sebagai jenis yang ringan dan ia akan segera pulih. Sebelumnya, ia tidak membuka diri soal kesehatan. Padahal mantan Menlu AS itu sudah beberapa kali ketahuan sempoyongan atau pingsan di masa lalu.

Dikutip dari The Conversation pada Kamis (15/9/2016), warga Amerika tidak main-main soal urusan kesehatan presiden mereka. Jajak pendapat umum mengungkapkan bahwa para pemilih ingin mengetahui rincian kebugaran Trump juga Hillary.

Dugaan skandal kesehatan capres bisa jadi menambah bumbu persaingan mereka menuju kursi kepresidenan, tapi tipu muslihat oleh para capres bukan barang baru dalam sejarah kepresidenan AS.

Kebohongan Para Presiden

Catatan pertama kebohongan pemerintahan presidensial AS terjadi pada jumpa pers 1893. Seorang menteri dalam kabinet presiden Grover Cleveland menyatakan, spekulasi presiden yang sedang menjalani pembedahan, sebagai kebohongan.

Negeri itu sedang dilanda resesi, dan Cleveland khawatir bahwa rencana ekonominya akan buyar jika rakyat mengetahui dugaan para dokter tentang adanya kanker pada dirinya.

Cleveland menjalani pembedahan rahasia di atas sebuah yacht untuk membersihkan tumor, tapi negeri itu terus terjerumus dalam depresi ekonomi.

Sementara, pada masa kedua pemerintahan Presiden William McKinley, kesehatannya memburuk. Ia bermasalah pada matanya dan bolak-balik terserang flu. Ia pun hampir mati karena pneumonia.

Tapi juru bicara kepresidenan berusaha meredam spekulasi media dan menceritakan kepada para wartawan bahwa laporan tentang presiden yang sakit adalah "cerita konyol".

Ketika Presiden Woodrow Wilson semakin sekarat karena penyakit sipilis, juru bicaranya mengeluarkan pernyataan pers yang mengatakan bahwa sang presiden sedang memulihkan diri dari kelelahan.

Dan, selama masa baktinya sebagai Menteri Penerangan untuk Franklin Delano Roosevelt, Stephen Early mencoba untuk menyembunyikan keadaan polio sang presiden dengan meminta foto sedemikian rupa agar kursi roda presiden tertutupi.

Bahkan setelah FDR meninggal, Early mengeluarkan pernyataan bahwa, "Sang presiden diperiksa secara cermat oleh 7 atau 8 orang dokter" dan "Ia dinyatakan sehat-sehat saja seluruhnya."

Mantan Presiden Franklin Delano Roosevelt dia AS adalah seorang pengidap polio hnigga lumpuh. (Sumber Library of Congress via UPI)

Dwight Eisenhower dirawat di rumah sakit karena serangan jantung, tapi penanggungjawab pers pada awalnya mengatakan bawha sang presiden mengalami rasa tidak enak pada lambung.

Bukan hanya presiden yang diduga menutupi keadaan kesehatan, tapi juru bicara kepresidenan juga ditengarai menutup-nutupi.

Archie Butt, juru bicara untuk presiden William Howard Taft, mengalami stres dan kelelahan. Ia terbang ke Roma, Italia, untuk berlibur dan beristirahat.

Bukannya mengaku bahwa ia kelelahan, ia malah mengatakan sedang akan bertemu dengan Sri Paus. Padahal sebetulnya wajar saja mengalami kelelahan dalam jenis pekerjaannya.

Pengalihan Isu

Kadang-kadang, presiden berbohong soal keadaan kesehatan guna mengalihkan perhatian dari masalah yang bukan tentang kesehatan.

Ketika John F. Kennedy melakukan rapat rahasia untuk menghadapi Uni Soviet dan krisis rudal Kuba, Menteri Penerangan Pierre Salinger mengatakan kepada wartawan bahwa jadwal presiden berubah sehingga kurang tampil karena sedang pilek.

Ia bahkan mengungkapkan gejala-gejala dan pengukuran suhu tubuh sang presiden.

Mungkin ia bukan penipu ulung, karena belakangan menggunakan dalih yang sama untuk menjelaskan penerbangan mendadak ke Hawaii oleh Wakil Presiden Lyndon Johnson pada saat berdekatan.

Washington Post menduga pilek itu terlalu kebetulan, tapi Salinger menolak memberikan komentar.

Seperti pepatah dalam dunia humas politik, "Upaya menutup-nutupi malah lebih buruk daripada kejahatan itu sendiri." Para pemilih mungkin lebih bisa maklum kepada capres yang lebih dulu jujur membuka diri."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya