Liputan6.com, Washington, DC - Otoritas kesehatan Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan agar wanita hamil menunda perjalanan yang tidak mendesak ke 11 negara di kawasan Asia Tenggara. Imbauan ini dikeluarkan terkait risiko infeksi virus Zika yang telah terbukti menyebabkan cacat parah pada bayi.
Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (30/9/2016) negara-negara yang dimaksud oleh Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit (CDC) AS adalah Brunei Darussalam, Myanmar, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Maldives, Filipina, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.
Baca Juga
CDC mengatakan travel notice serupa kepada 11 negara tersebut belum pada tingkat yang sama seperti yang dikeluarkan terhadap Brasil dan Singapura. Namun kemungkinan status tersebut akan ditingkatkan mungkin terjadi jika jumlah kasus Zika meluas.
Advertisement
Zika, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, pertama kali diidentifikasi di Brasil pada 2015 lalu sebelum akhirnya menyebar secara global. CDC sejauh ini telah menyarankan agar perempuan hamil menghindari melakukan perjalanan ke hampir 60 negara terkait dengan penyebaran aktif virus tersebut.
Tak seperti Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia yang belum lama ini dilanda Zika, Asia Tenggara telah bertahun-tahun "didiami" oleh virus tersebut. Oleh CDC, negara-negara di Asia Tenggara disebut endemi dan kemungkinan orang-orang yang tinggal di kawasan ini telah memiliki kekebalan tubuh.
Hal berbeda dialami warga negara asing khususnya AS yang berkunjung ke kawasan Asia Tenggara. Seperti dikutip dari AP, sejumlah warga AS diketahui telah terinfeksi pada 2015 lalu.
CDC mengatakan terdapat variasi baru dalam jumlah kasus virus Zika di Asia Tenggara, sementara tingkat risiko tidak diketahui. Pendiri konsultan perjalanan Atmosphere Research Group, Henry Harteveldt, mengatakan dikeluarkannya peringatan dapat mencegah kunjungan ke Asia Tenggara jelang libur musim dingin pada perayaan Natal dan Tahun Baru.
"Beberapa tujuan wisata (di Asia Tenggara) sangat populer bagi siswa dan orang dewasa pada usia 20-30an untuk liburan apakah itu tur, berselancar, atau berenang. Ini akan berdampak pada sektor pariwisata dan ekonomi," ujar Harteveldt.
Dampak dengan dikeluarkannya peringatan ini, menurut Harteveldt tak hanya terbatas pada wisatawan AS.
"Ketika CDC AS mengeluarkan peringatan, sama halnya seperti ketika Kementerian Luar Negeri AS mengeluarkan imbauan. Ini akan disikapi dengan sangat serius oleh industri perjalanan. Selain itu dapat mendorong mitra-mitra CDC di negara lain untuk mempertimbangkan dan mengeluarkan peringatan serupa," imbuhnya.