10 Produk Sehari-hari Ini Ternyata Diciptakan dengan Tujuan Lain

Beberapa produk sudah ada sejak lama, tapi cara baru penggunaan produk-produk itu banyak juga yang melenceng jauh dari visi penciptanya.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 02 Des 2016, 19:42 WIB
Diterbitkan 02 Des 2016, 19:42 WIB
5 Manfaat Red Wine bagi Kesehatanmu yang Kamu Belum Ketahui
Minum wine satu gelas sehari bakal bikin kamu sehat!

Liputan6.com, New York - Di masa kini ada sejumlah produk lazim rumah tangga yang dirancang oleh tim pemasaran perusahaan pembuatnya.

Para penguji produk kemudian menambahi gagasan awal penciptaan produk sehingga menjadi produk yang sekarang beredar di pasar.

Namun demikian, cara baru penggunaan produk-produk itu banyak juga yang melenceng jauh dari visi penciptanya.

Dikutip dari listverse.com pada Jumat (2/12/2016), berikut ini adalah produk-produk umum yang dulunya dipakai untuk tujuan-tujuan lain:

10. Vaseline

Vaseline (Sumber iStock 531740515)

Biasanya orang menggunakan produk Vaseline pada kulit. Tapi, pencipta produk itu bukan bermaksud demikian karena ia ingin agar orang menelan krim tersebut.

Sejarah Vaseline memang terdengar janggal. Awalnya, para buruh perminyakan membersihkan ampas kental dari mesin bor mereka dan mulai kepikiran mengoles pada seluruh tubuh mereka.

Seorang pria bernama Robert Chesebrough mengamati hal itu dan tercetuslah suatu gagasan. Ia kemudian berkeliling seantero negeri dan melukai kulitnya dengan asam, lalu mengolesnya dengan jeli minyak tersebut. Para penonton terperangah.

Belum cukup, Chesebrough bahkan bersikeras bahwa satu sendok Vaseline setiap pagi baik bagi kesehatan, umur panjang, dan kebugaran

Namun demikian, ilmu pengetahuan modern menduga hal itu tidak wajar dan menelan Vaseline sebenarnya berbahaya, walaupun Chesebrough sendiri berumur panjang hingga 96 tahun.

9. Corn Flakes

Kellogg (Sumber iStock 535076169)

Sebelum membuat sereal, John dan Will Kellogg memiliki sebuah sanitarium. Para pesohor Amerika Serikat (AS) mengunjungi dua bersaudara untuk memurnikan tubuh mereka.

Sebagai penganut Adventis Hari ke Tujuh, dua bersaudara itu memiliki pendapat sendiri tentang pemurnian. Menurut John, seks adalah najis dan berbahaya, bahkan seks antara suami dan istri.

John dan istrinya tidak pernah melakukan seks dan tidur terpisah agar tidak tergoda. Dosa terbesar, menurut John, adalah masturbasi, yang diberinya istilah "onanisme".

Secara khusus, ia menciptakan serpih jagung agar menekan syahwat karena rendahnya kadar gula dan bumbu yang diduga mendorong syahwat kaum pria.

Ia kemudian memberikan kepada para pasien dengan harapan agar rasa yang tawar dapat menekan syahwat mereka. Ia juga mencoba menjualnya sebagai sereal untuk sarapan agar generasi penerus juga tidak terjerumus ke dalam kehidupan seks.

Dagangannya kurang laku hingga akhirnya Will, saudara lelakinya, menambahkan gula. Padahal, gula itulah yang dihindari oleh John.

8. Lucky Charms

Lucky Charms (Sumber iStock 522735543)

Lucky Charms dulunya bukan cemilan marshmallow yang beraneka warna seperti sekarang. Awalnya, produk itu merupakan visi dari seorang pria bernama John Holahan, seorang pegawai perusahaan General Mills.

Ia ingin menawarkan anak-anak suatu sajian yang menyenangkan, yaitu kacang mengambang di susu. Ia mencoba mencacah kacang dan menumpahkannya ke dalam semangkuk Cheerios.

Senang melihat hasilnya, ia bergegas ke kantor keesokan harinya dan yakin bahwa temuan ini menjadi sereal sarapan masa depan. Perusahaan menyetujuinya dengan satu syarat, yaitu mereka ingin mengganti semua gagasan Holahan dengan sesuatu yang berbeda.

Setelah urun rembug dengan pihak pemasaran, mereka mengganti kacang dengan marshmallow yang dipotong-potong menurut kegandrungan saat itu kepada kalung.

Lucky Charms menjadi sukses besar, padahal lebih mengacu kepada marshmallow daripada gagasan awal Holahan.

7. Lysol

Lysol (Sumber Wikiwand.com)

Lysol adalah suatu produk kebersihan, misalnya untuk membersihkan meja dapur. Tapi, dulunya, bukan itu tujuan produk tersebut.

Ketika perusahaan didirikan, iklan Lysol menampilkan wanita-wanita tersenyum sambil berkata, "Saya menggunakan Lysol untuk membilas." Sebenarnya, kata "membilas" merupakan penghalusan karena mereka menggunakan Lysol sebagai alat KB.

Lysol tidak boleh secara langsung mengatakan bahwa produk mereka mencegah kehamilan. Dalam iklan, mereka menyertakan peringatan adanya “ketelodoran saat intim.”

Tapi, Lysol sebenarnya bukan sarana kontrasepsi yang efektif, bahkan dapat menewaskan seseorang. Sebelum 1911, kaum wanita yang menyemprotkan Lysol pada dirinya telah menyebabkan adanya laporan 193 kasus keracunan Lysol, demikian juga dengan jatuhnya 5 orang korban tewas.

6. Bubble Wrap

Bubble wraps (Sumber iStock 459299813)

Bubble wrap (gelembung pembungkus) bukanlah dirancang untuk menjadi pembungkus barang kiriman pos, tapi dimaksudkan menjadi pernak-pernik rumah-rumah mewah. Ketika diciptakan pada 1957, produk itu dimaksudkan menjadi pelapis dinding 3D.

Alfred W. Fielding dan Marc Chavannes merekatkan dua helai gorden mandi dengan gelembung-gelembung udara di dalamnya dan mencoba menjualnya sebagai pelapis lembut untuk dinding. Tidak ada yang membelinya.

Warga Amerika tidak menginginkan dinding-dinding rumahnya terbuat dari pembungkus gelembung, sehingga Fielding dan Chavannes mencoba menjualnya sebagai insulasi rumah kaca.

Baru pada 1960-an lah pembungkus itu menjadi pelindung dalam kotak-kotak bungkusan.

5. Mountain Dew

Mountain Dew. (Sumber mountaindew.com)

Minuman yang kita berikan kepada anak belum tentu diciptakan bagi anak-anak. Misalnya minuman populer Mountain Dew yang dulunya menjadi cairan pencampur minuman beralkohol.

Ya, Mountain Dew dimaksudkan menjadi pencampur wiski. Bahkan maskot awalnya menggunakan gambar seorang penyuling minuman keras tak berijin, dikenal dengan julukan "moonshiner". Kata "mountain dew" merupakan istilah di kawasan pegunungan Appalachian untuk kegiatan "moonshine" tersebut.

Minuman Sprite juga memiliki awal yang mirip, yang tadiya dijual sebagai pencampur untuk wiski. Bahkan, minuman milkshake pada awalnya juga dicampur dengan wiski, seperti tercantum dalam suatu catatan tahun 1885.

4. Jagermeister

Jagermeister. (Sumber Sebast732)

Minuman ini dikenal beredar di pesta-pesta mahasiswa di AS, padahal dulunya diciptakan sebagai obat batuk dengan pemasaran kepada kaum pria paruh baya Jerman.

Ketika Jagermeister dimulai pada 1934, iklannya menekankan kepada bahan-bahan yang bersifat sebagai pengobatan. Kaum pria dianjurkan untuk menenggak segelas sesudah makan untuk menenangkan pencernaan dan satu seloki untuk menekan batuk. Tapi, kurang berhasil.

Baru pada 1970-an Jagermeister berganti arah. Pihak pembuat menyadari bahwa orang lebih menyenangi alkohol daripada ginseng dan mulai menjadi sponsor kegiatan serta menyasar pasar kaum muda.

Tak lama kemudian, obat batuk itu diiklankan menggunakan gambar wanita setengah telanjang sedang menuangkan miras itu ke dalam mulut pria-pria dengan menggunakan semprotan.

Minuman itu lebih laku ketika diiklankan sebagai cara yang mudah untuk menjadi mabuk, tapi masih saja ada celetukan bahwa "Minuman ini rasanya seperti obat batuk."

3. Coca-Cola

Coca-Cola. (Sumber iStock 503114245)

Sebelum menjadi minuman ringan paling populer sedunia, Coca-Cola adalah obat yang diciptakan oleh John Pemberton, seorang ahli farmasi sekaligus tentara yang cedera dalam Perang Sipil.

Cedera pada Pemberton menyebabkan kecanduan berat pada morfin yang susah payah dilawannya. Ia mendapatkan terobosan ketika mendengar tentang obat baru yang dipakai orang untuk terlepas dari sakau opium, yaitu campuran wine dengan kokain.

Pemberton menciptakan sendiri racikan kokain dan wine tersebut. Ketika seorang pembantu laboratorium tak sengaja menuangkan air karbonasi dalam campuran, ia mencicipinya dan langsung suka. Orang yang mencicipi campuran wine berkarbonasi dan kokain racikannya ingin lebih lagi.

Pemberton menjual minumannya dan mengiklankan sebagai penyembuhan bagi hampir segala penyakit, bahkan sebagai "perangsang paling ajaib bagi organ seksual."

Dengan perubahan undang-undang, Pemberton terpaksa menghentikan penggunaan wine dan kokain.

2. Kleenex

Kleenex. (Sumber US Library of Congress)

Kleenex sekarang dikenal sebagai tisu, baik untuk wajah maupun bagian tubuh lainnya. Tapi, dulunya bukan itu peran Kleenex yang diiklankan dengan keterangan "lapisan selulosa yang dikisutkan"—entah bagaimana menggunakannya.

Tapi, ketika Perang Dunia I meletus, jelaslah bahwa produk baru itu bisa dipakai dalam suatu alat, yaitu topeng gas.

Perusahaan Kimberly-Clark meraih kontrak dari pihak militer AS untuk melapisi topeng gas dengan tisu guna melindungi pasukan AS dari gas mustard.

Perang ini menjadi pasar besar bagi perusahaan, bahkan kelebihan kertas pun dijual sebagai pembalut luka. Ketika perang usai, mereka menciptakan kegunaan lain dan namanya berubah menjadi "Kleenex", khusus untuk membersihkan krim dingin.

Seiring berjalannya waktu, hingga sekarang, Kleenex dipakai untuk banyak hal yang bukan berkaitan dengan topeng gas.

1. Tampon

Tampon. (Sumber iStock 502416732-1)

Di masa lalu, bukan hanya kaum wanita yang memakai pembalut tampon yang dulunya termasuk dalam perlengkapan militer. Ada masanya ketika dokter tentara kedapatan membawa tampon.

Pada Abad ke-18, buku-buku kedokteran menganjurkan agar pemberi pertolongan pertama membawa tampon untuk disisipkan dalam lubang bekas peluru.

Sebelum Perang Dunia II, perusahaan Tampax sudah mulai membuat pembalut luka untuk keperluan Angkatan Darat AS. Produk mereka menjadi kelengkapan baku, bukan sebagai produk kesehatan wanita.

Kaum pria di masa perang memakainya untuk menyerap luka agar lukanya mengering.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya