Liputan6.com, Imphal - Sebuah pasar di tengah Kota Imphal, ibu kota negara bagian Manipur, India, diisi oleh para penjual yang seluruhnya terdiri atas kaum ibu. Dalam bahasa setempat, seorang ibu disebut dengan "ima".
Sebagai undangan Kementerian Pariwisata India, Liputan6.com mendapatkan kesempatan berkunjung ke pasar tersebut di sela-sela acara International Tourism Mart 2016 di Imphal, Manipur, India.
Advertisement
Baca Juga
Pasar yang dalam bahasa setempat dikenal sebagai "Ima Keithel" ini bukan sekadar pasar tempat berjual beli. Laporan Centre for Organisation Research & Education (CORE), Manipur, India, menyebutkan bahwa bagi kaum wanita, pasar tersebut melambangkan pemberdayaan sosial ekonomi kaum wanita selama berabad-abad.
Pemberdayaan berlangsung ketika kaum wanita membahas situasi sosial ekonomi kawasan, misalnya protes penjualan alkohol di Manipur ataupun perbincangan melawan ketimpangan sosial. Sebagai catatan, negara bagian Manipur memberlakukan larangan minuman beralkohol.
Walaupun belum ada penelitian terinci, pasar tersebut diduga bermula pada abad 15 dan ditengarai menjadi pasar tertua di Asia. Keberadaan pasar unik tersebut pertama kali disebutkan dalam Gazeteer of Manipur pada 1786.
Di dalamnya, para pengunjung mendapati dua jenis dagangan utama, yaitu dagangan keperluan sehari-hari dan hasil kerajinan kaum wanita dari sumber lokal.
Mengapa 'Kaum Ibu?'
Ketika Liputan6.com berkunjung, Ima Keithel berada di lokasi sementara karena tempat asli pasar itu sedang mengalami renovasi. Menurut The News Minute, kompleks bangunan pasar mengalami rusak parah akibat gempa pada Januari 2016 lalu. Lima orang meninggal dunia dalam kejadian nahas itu.
Pada awalnya, kaum ibu berjualan di lapak-lapak terbuka di pinggir jalan dan kemudian berpindah ke tempat yang lebih rapi, Khwairamband Bazaar.
Pada 1948, pasar unik ini sempat terancam oleh para pedagang bermodal besar yang menggandeng pemodal asing untuk menutup pasar. Di masa penjajahan Inggris, pihak penjajah bahkan berusaha menguasai pasar hingga memicu pemberontakan Nupi Lan—yang artinya Perang Kaum Wanita—melawan pihak Inggris pada 1904 dan 1939.
Menurut laporan BBC, kegiatan perdagangan oleh kaum wanita disebabkan kaum pria Manipuri yang pada masa lalu sibuk berperang melawan Tiongkok dan Burma (sekarang Myanmar). Kaum wanita pun harus mencari cara untuk menafkahi keluarga.
Advertisement
Dagangan Unik
Pasar kaum ibu ini menggelar barang-barang keperluan sehari-hari dari sumber lokal dan hasil-hasil kerajinan tangan kaum ibu. Pada Sabtu 26 November 2016, Liputan6.com menyempatkan diri berkeliling pasar untuk menemukan hal-hal unik di pasar tersebut.
Karena dekat dengan Danau Loktak, tentu saja tersedia berbagai jenis ikan air tawar di sana. Siapa sangka, ternyata petai merupakan salah satu yang diperdagangkan di sana. Liputan6.com juga menemukan buah yang mirip sekali dengan rambutan, tapi berukuran lebih besar.
Selain bumbu-bumbu khas untuk wilayah Timur Laut India, Liputan6.com bertemu dengan seorang ibu yang menjual mariyuana di lapaknya. Menurut pemandu wisata saat itu, mariyuana yang berasal dari Manipur termasuk yang terbaik di India.
Selain mariyuana, temuan unik lainnya adalah keberadaan sejumlah ibu "pedagang" uang yang dalam praktiknya berperan mirip dengan para money trader di pasar-pasar modal dalam sistem ekonomi umumnya.
Dalam situasi monetisasi pecahan mata uang 500 dan 1000 rupee yang sedang ditarik dari peredaran, para "pedagang uang" itu memanfaatkan kesempatan untuk menarik untung.
Seorang anggota delegasi dari Jepang yang bersama-sama sedang meninjau pasar mencoba menukarkan uang pecahan 500 rupee miliknya. Delegasi Jepang tersebut menerima lembaran-lembaran uang denominasi lebih kecil dengan jumlah nilai keseluruhan hanya 350 rupee. Jadi, ada "komisi" sebesar 30 persen.