2-2-1901: Pemakaman Ratu Inggris Victoria yang Mendobrak Tradisi

Ratu Victoria wafat pada 22 Januari 1901, dalam umur 81 tahun karena sakit. Sebelum berpulang, ia meninggalkan wasiat.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 02 Feb 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2017, 06:00 WIB
Foto Ratu Inggris, Queen Victoria yang diabadikan oleh Heinrich von Angeli pada 1875. (Julia Abercromby)
Foto Ratu Inggris, Queen Victoria yang diabadikan oleh Heinrich von Angeli pada 1875. (Julia Abercromby)

Liputan6.com, London - Ratu Victoria adalah penguasa Inggris yang sangat berkuasa, hingga sebuah era menyandang namanya. Di bawah kepemimpinannya, ekspansi besar-besaran dilakukan Imperium Britania Raya, sementara itu Revolusi Industri sedang mencapai puncaknya. 

Sri Ratu wafat pada 22 Januari 1901, dalam umur 81 tahun karena sakit. Ia menghembuskan nafas terakhir di Osborne House, kediamannya di Isle of Wight

Kepergiannya ditangisi rakyat Inggris. Pada saat pemakamannya 11 hari kemudian, pada 2 Februari 1901, para bangsawan Eropa ramai hadir -- menjadi ajang kumpul terbesar kaum ningrat di Benua Biru.

Upacara pemakaman dilaksanakan sesuai wasiat Ratu Victoria, yang telah disusun sejak 1897.

Ia ingin dimakamkan sebagai 'putri seorang tentara'. Alih-alih hitam, mendiang ingin pemakamannya didominasi warna putih. 

Saat dibaringkan di dalam peti mati, ia mengenakan gaun putih dan kerudung pernikahannya. Kenang-kenangan dari keluarga dekat, sahabat, dan pembantu terdekat diletakkan di sisi jenazah.

Pun dengan pakaian sang suami, Pangeran Albert, dimasukkan dalam peti. Konon, juga disertakan potongan rambut dan foto pembantu terdekatnya John Brown di peti matinya, tepatnya di tangannya.

Ia juga berwasiat agar pembantu dekat lainnya, Abdul Karim berada di antara pelayat utama di pemakamannya.

Abdul Karim adalah seorang muslim dari India. Ia bertugas sebagai guru atau munshi sang ratu -- mengajar Bahasa Urdu dan Hindi, juga segala hal soal India termasuk mengenalkan masakan kari.

Iring-iringan pemakaman dari Isle of Wight ke daratan berlangsung tak biasa, cenderung langka. Peti jenazah dibawa menggunakan kapal MY Alberta dari Cowes ke Gosport diiringi kapal-kapal perang.

Meriam ditembakkan oleh armada kapal, saat yacht yang membawa jasad sang ratu melintas.

Setelah disemayamkan di atas kapal semalam, peti jenazah kemudian dibawa ke London menggunakan kereta api. 

Victoria juga mendobrak tradisi dengan membungkus petinya dengan kain satin putih, bukan hitam.

Sesampainya di London, peti jenazah dibawa ke Windsor menggunakan kereta kayu yang ditarik oleh delapan kuda putih.

Ketika menunggu prosesi pemakaman dimulai di Windsor, kuda penariknya terlihat panik dan kekang yang menghubungkan mereka ke kereta rusak.

Seorang anggota angkatan laut mengikatkan kereta dan kuda dengan tambang dan mengawasinya agar tak copot sepanjang perjalanan.

Ribuan orang menyaksikan prosesi itu dalam diam, hingga peti jenazah tiba St George's Chapel, Windsor Castle.

Setelah disemayamkan selama dua hari, ia dimakamkan di samping Pangeran Albert di Frogmore Mausoleum, Windsor Great Park.

Pelakaman digelar di hadapan Raja baru, Edward VII, keluarga Ratu, dan sebagian besar kepala negara di Eropa.

Berikut ini detik-detik jelang pemakaman Ratu Victoria:

Pada tanggal yang sama tahun 2009, Gunung Asama di dekat Tokyo meletus dan menyebabkan hujan abu tipis di sebagian kota itu.

Sementara pada 2 Februari 1914 tercatat sebagai momen penayangan pertama film Charlie Chaplin, Making a Living di bioskop.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya