3 Pertanyaan Besar di Balik Misteri Kematian Kim Jong-nam

Belakangan, Malaysia memastikan racun yang digunakan oleh kaki tangan Korea Utara itu terhadap Kim Jong-nam adalah VX nerve agent.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 24 Feb 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2017, 19:00 WIB
Sebuah surat kabar Malaysia memuat foto Kim Jong-nam yang sudah dalam kondisi tak berdaya di sampul depannya
Sebuah surat kabar Malaysia memuat foto Kim Jong-nam yang sudah dalam kondisi tak berdaya di sampul depannya (News.com.au/Supplied)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Sebelas hari berlalu sudah sejak kematian Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un. Namun, siapa dan apa yang digunakan untuk menghabisinya masih berselimut misteri.

Kim Jong-nam tewas di Bandara Udara Kuala Lumpur saat hari sedang terang, di terminal keberangkatan yang ramai calon penumpang pada Senin 13 Februari 2017.

Hingga saat ini, masih jadi tanda tanya siapa yang membunuh Kim Jong-nam dan mengapa. 

Penyelidik Malaysia menuding Korea Utara dan Kim Jong-un berada di balik kematian pria berusia 46 tahun itu. Demikian Liputan6.com mengutip dari The Vox, Jumat (24/2/2017).

Pihak Kuala Lumpur mengatakan Jong-nam dibunuh oleh dua orang wanita yang direkrut untuk jadi pembunuh. Kedua tangan mereka dilumuri racun mematikan yang diduga diusapkan ke wajah anak pertama Kim Jong-il itu.

Belakangan, Malaysia memastikan racun yang digunakan oleh kaki tangan Korea Utara itu adalah VX nerve agent -- yang bisa melumpuhkan syaraf.

Korea Utara menolak segala tuduhan keterlibatan dan mengatakan tudingan Malaysia adalah politis.

Pembunuhan di depan publik dan dilakukan di luar negeri ini menambah daftar aksi spionase Korea Utara yang ternyata merambah dunia luar -- bukan hanya di sekitar Pyongyang.  

Kematian Kim Jong-un yang jelas-jelas tak wajar bak drama kriminal, tapi nyata. Sekaligus menambahan keanehan dan kemisteriusan Korut.

Kematian Kim Jong-nam di Negeri Jiran juga membuat hubungan kedua negara menegang. Dubes Malaysia di Pyongyang ditarik. 

Pemerintah Korea Utara juga tak kalah geramnya. Rezim Kim Jong-un menuduh Malaysia memiliki tujuan jahat dan berkolaborasi dengan Korea Selatan atas pembunuhan Kim Jong-nam.

Dalam laporan pertama dari kantor berita yang jadi corong rezim, KCNA, pemerintah Korut menuduh Malaysia melanggar hukum internasional dengan melakukan autopsi pada pemegang paspor diplomatik dan menahan jenazahnya.

"Ini membuktikan bahwa pihak Malaysia akan mempolitisasi transfer jenazah dan mengabaikan hukum serta moralitas internasional. Cara demikian dilakukan guna mencapai tujuan jahat," demikian dilaporkan KCNA.

Selain fakta-fakta tersebut ada 4 pertanyaan besar dalam kasus kematian Kim Jong-nam di Malaysia itu. Liputan6.com merangkumnya dalam berbagai sumber. Berikut ulasan selengkapnya:

1. Peran China?

Washington Post melaporkan sejauh ini China tidak mengeluarkan pernyataan kepada publik terkait kematian Kim Jong-nam. Namun, sumber di Beijing menyebut pemerintah Tiongkok terkejut.

Kematian Kim Jong-nam menjadi pengingat betapa Korea Utara tak bisa diprediksi dan China gagal mengontrol tetangganya itu.

China adalah satu-satunya sekutu internasional Korut. Namun, tindakan badung Pyongyang melakukan serangkaian uji coba nuklir, hubungan kedua negara berimbas.

Tiongkok juga dianggap pelindung dari Kim Jong-nam. Pria itu tinggal di Beijing dan Makau selama satu dekade terakhir dan mendapat perlindungan dari aparat keamanan China. Bahkan melansir CNN, Jong-nam mendapat bantuan finansial juga dari Negeri Tirai Bambu itu.

Para analis berspekulasi China melindungi Kim Jong-nam karena kedekatannya dengan sang paman Jang Song-thaek.

Jang disebut sebagai jaringan penting bagi China untuk menghubungkan dengan kepemimpinan Korea Utara dan menjadi orang kedua terpenting di negara itu.

Namun, saat Kim Jong-un naik takhta dan makin stabil di puncak kepemimpinan, Jang dieksekusi pada 2013. Sebelum ia tewas, pamannya itu adalah pendukung keuangan Jong-nam. Keduanya memiliki hubungan baik dan China melihat Jong-nam bisa jadi sekutu mereka.

Meski tak lagi dianggap memiliki kekuatan politik dalam keluarga, kematian Jong-nam bak menampar muka China.

Setelah Jong-nam tewas, China mengatakan negaranya memutuskan kontrak pengiriman batu bara dari Korut.

Malaysia dikabarkan telah meminta bantuan dari pemerintah China untuk menghubungi pihak keluarga Kim Jong-nam demi mengidentifikasi jasad kakak tiri Kim Jong-un tersebut.

"Sementara pihak Kedubes Korut di Kuala Lumpur belum memberikan bantuan untuk menghubungi keluarga, otoritas Malaysia tidak memiliki opsi lain melainkan meminta bantuan dari China," ujar seorang pejabat keamanan senior yang menolak menyebutkan namanya kepada Telegraph, Jumat, (24/2/2017).

Beberapa keluarga dekat Kim Jong-nam di antaranya adalah Kim Han-sol (21) dan Kim Sol-hui (19). Kim Han-sol merupakan putra Kim Jong-nam yang menempuh pendidikan tingginya di Prancis pada tahun 2013. Ia dikabarkan mendapat pengawalan saat berkuliah.

Adapun Kim Han-sol menurut polisi, ingin datang ke Malaysia, namun takut menjadi target pembunuhan. Tidak tertutup kemungkinan pihak Korut saat ini melihat sosok Kim Han-sol sebagai calon pewaris klaim ayahnya atas kursi pemimpin Korut.

Sementara itu, Kim Sol-hui disebut-sebut adalah pihak keluarga yang akan datang ke Malaysia pada akhir pekan ini untuk memberikan sampel DNA sebagai bagian dari proses identifikasi.

2. Nasib Hubungan Malaysia-Korut?

Malaysia dan Korea Utara memiliki hubungan yang relatif bersahabat, terutama di sekitar interaksi ekonomi.

Ada beberapa perdagangan bilateral antara keduanya, dan warga dari kedua negara diizinkan melakukan perjalanan tanpa visa untuk perjalanan bisnis. Menurut Agence France-Press, ada 1.000 warga Korea Utara saat ini bekerja di Malaysia.

Dengan kematian Kim Jong-nam ini dan kedua belah pihak saling menuding, hubungan Kuala Lumpur Pyongyang menegang.

Dalam pernyataan dari North Korean Jurists Committee Korut mengatakan, Malaysia bertanggung jawab atas kematian Jong-nam, karena ia meninggal di Negeri Jiran.

Korea Utara membantah keterlibatan agennya dalam pembunuhan Kim Jong-nam.

Sebaliknya negara yang dipimpin Kim Jong-un itu menyebut, penyidikan yang dilakukan Malaysia atas kasus tersebut penuh "lubang dan kontradiksi".

Hingga saat ini, Korut belum mengakui identitas pria yang tewas tersebut adalah Kim Jong-nam. Pyongyang hanya membenarkan bahwa yang bersangkutan merupakan warga Korut.

Korut menilai Korsel telah "memancing keributan" dan merancang agar Korut disalahkan dalam peristiwa kematian Kim Jong-nam.

Malaysia merupakan bagian dari segelintir negara yang menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Korut di mana keduanya memiliki kedutaan besar di ibu kota satu sama lain. Negeri Jiran juga telah menjadi tempat utama bagi pembicaraan setengah resmi antara Korut dengan Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, para analis menilai otoritas Malaysia akan sangat berhati-hati mengambil langkah demi langkah atas jasad Kim Jong-nam. Negeri Jiran tidak ingin terhanyut dalam pertentangan Korut atau pihak-pihak lain.

"Sebagai negara kecil, Malaysia tidak memihak," demikian komentar Geetha Govindasamy, seorang dosen senior studi Asia Timur di University of Malaya yang juga mempelajari hubungan Korut dengan Asia Tenggara.

3. Empat Pria Misterus

Polisi Malaysia kini memburu tujuh orang lainnya terkait dengan pembunuhan Kim Jong-nam. Termasuk di antaranya empat warga Korut yang meninggalkan Malaysia tepat di hari kematian Kim Jong-nam.

Wakil Inspektur Jenderal Polisi Noor Rashid Ibrahim mengatakan mengidentifikasi empat orang yang melarikan diri ke luar Malaysia pada hari serangan itu terjadi merupakan warga Korut berusia 33 hingga 57 tahun. Mereka tiba secara terpisah selama dua pekan sebelum pembunuhan terjadi pada 13 Februari lalu. Tak seorang pun di antara mereka menggunakan paspor diplomatik.

Lebih lanjut, Noor Rashid membuka identitas mereka, yakni Ri Ji-hyon (33), Hong Lagu-hac (34), O Jong-gil (55) dan Ri Jae-nam (57). Ke mana mereka melarikan diri tidak disebutkan dengan alasan penyelidikan masih terus berlanjut.

Namun Channel News Asia mengutip laporan seorang pejabat senior di kepolisian menuliskan bahwa keempat buron itu tiba pada Jumat 17 Februari 2017 lalu, di Pyongyang melalui rute Jakarta-Dubai-Vladivostok.

Tiga pria lain juga tengah diburu, termasuk seorang warga Korut yang diidentifikasi sebagai Ri Ji-u (30) atau yang dikenal pula sebagai James.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya