Liputan6.com, Damaskus - Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada Jumat (11/4/2025) menyatakan telah menjalin hubungan diplomatik dengan pemerintah Suriah. Hal ini terjadi beberapa bulan setelah koalisi pemberontak menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, yang sebelumnya dikenal memiliki hubungan dekat dengan Korea Utara.
Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Tae-yul melakukan perjalanan ke Damaskus pada Kamis (10/4) untuk menandatangani komunike bersama dengan Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani guna meresmikan hubungan diplomatik kedua negara. Kementerian Korea Selatan menyebut bahwa langkah ini membuka peluang kerja sama bilateral yang sebelumnya terhambat karena hubungan dekat Suriah dengan Korea Utara.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Erdogan Bicara Soal Posisi Turki Bagi Eropa, Suriah dan Perdagangan Global Akibat Tarif Impor Baru Donald Trump
Israel Tingkatkan Eskalasi di Gaza hingga Suriah, Tewaskan Petinggi Hamas Hassan Farhat di Lebanon
Suriah Tuding Israel Kampanye Destabilisasi Mematikan, Imbas Gelombang Serangan Tewaskan 13 Orang
Dalam pertemuan tersebut, Cho menyampaikan kesiapan Korea Selatan untuk mendukung upaya rekonstruksi Suriah pasca perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun. Dia menyebut proses rekonstruksi ini ke depannya dapat melibatkan perusahaan-perusahaan asal Korea Selatan, selain perluasan bantuan kemanusiaan.
Advertisement
Asaad al-Shaibani menyambut baik kemungkinan keterlibatan Korea Selatan dalam proses rekonstruksi negaranya. Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Korea Selatan seperti dikutip dari AP, dia juga menyampaikan harapan agar Seoul dapat membantu meringankan sanksi internasional terhadap Damaskus.
Pukulan Psikologis bagi Korea Utara
Melalui langkah ini, Korea Selatan kini telah memiliki hubungan diplomatik dengan 191 negara anggota PBB, kecuali satu: Korea Utara.
Hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara di sebut tengah berada di titik terburuk dalam beberapa tahun terakhir, di mana pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terus menunjukkan kekuatan nuklir dan program rudalnya, serta memberikan senjata dan pasukan kepada Rusia untuk mendukungnya dalam perang di Ukraina.
Tahun lalu, Korea Selatan juga menjalin hubungan diplomatik dengan Kuba. Saat itu, pemerintah di Seoul menyatakan bahwa langkah tersebut akan menjadi "pukulan politik dan psikologis" bagi Korea Utara, yang posisi diplomatiknya sebagian besar masih bergantung pada sejumlah kecil sekutu dari era Perang Dingin.
Advertisement
