Liputan6.com, Paris - Seorang mantan stripper atau penari telanjang ini ingin mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Prancis. Cindy Lee, namanya, mewakili Parti du Plaisir atau Pleasure Party.
Namun saat kampanye, ia malah ditangkap, mengapa? Alasannya, ia tampil topless memamerkan payudaranya di jalanan.
Saat diamankan petugas, perempuan 52 tahun itu sedang membagikan pamflet dan berbicara dengan sejumlah target pemilihnya.
Advertisement
Harapannya dikenal menjadi sosok populer pemberantas korupsi dalam politik Prancis sepertinya tak berjalan baik, karena ia ditangkap oleh 30 petugas polisi anti huru-hara yang keliru mengira ia aktivis feminis radikal dari Femen.
Cindy Lee sempat berbicara dengan wartawan dari televisi Prancis, LCI sambil dikelilingi para pendukungnya.
"Kami di sini untuk menuntut transparansi dari korupsi, dan pakaian ini mencerminkan transparansi. Saya mengampanyekan kesejahteraan individu dalam masyarakat, menempatkan orang-orang tepat di pusat politik," ucap dia.
Tak hanya berbicara dengan pers lokal, Cindy Lee yang tampil topless juga berkampanye dengan cara menghentikan para pengendara dan membagikan brosur terkait visi pencalonannya.
Salah satu program yang ditawarkan adalah, pendanaan terhadap proyek yang membantu warga untuk menikmati kehidupan seks yang lebih baik.
Meskipun Lee adalah calon resmi partainya, tampaknya ia tak mungkin melawan Marine Le Pen, Emmanuel macron, atau Francois Fillon untuk memimpin Prancis.
Setiap calon harus didukung 500 suara pejabat untuk melaju ke pemilihan, namun sejauh ini -- seminggu sebelum masa pencarian dukungan berakhir -- Lee belum berhasil meraih satu suara pun.
Putaran pertama pemilihan presiden Prancis 2017 akan diselenggarakan pada tanggal 23 April.
Jika tidak ada kandidat yang memenangkan suara mayoritas, putaran kedua pada 7 Mei akan digelar untuk menentukan pemenang dari dua calon presiden.