Liputan6.com, Stockholm - Polisi dilaporkan menangkap dua pria tak lama teror truk Swedia menabrak bagian depan department store di Stockholm pada Jumat 7 April 2017 waktu setempat, yang menewaskan sedikitnya empat orang. Lebih dari belasan orang terluka.
Orang pertama yang ditangkap ditahan atas tuduhan melakukan kejahatan terorisme dengan pembunuhan. Dia ditahan pada Jumat malam, setelah polisi merilis gambar sketsa dari CCTV, lalu penangkapan kedua dilakukan setelahnya.
Polisi mengeluarkan gambaran pria yang ditangkap pertama itu tengah mengenakan jaket dengan penutup kepala pada awal Jumat malam. Mereka menegaskan bahwa pria yang mirip dengan sketsa itu ditangkap di Marsta, 40 km (25 mil) utara dari Stockholm.
Advertisement
"Kami telah menyelidiki beberapa orang malam ini, kami menemukan ada yang menarik, dan kami baru saja menangkap seseorang yang sangat menarik perhatian kami," kata penyidik polisi Jan Evensson mengacu pada penangkapan di Marsta seperti dikutip dari BBC, Sabtu (8/4/2017).
Pria yang ditahan atas kejahatan terorisme itu, menurut sebuah situs polisi dari kantor penuntut negara, kini dalam penahanan.
Media lokal mengutip sumber polisi melaporkan, orang kedua ditahan di Hjulsta, bagian barat laut Stockholm. Ia diduga memiliki hubungan dengan pria yang ditangkap di Marsta.
Aksi Teror
Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven menyebut insiden truk menabrak department store itu sebagai serangan teror. Perbatasan negara pun diperketat atas permintaan Pak PM.
Truk menabrak bagian depan Ahlens department store pada tengah hari di Drottninggatan (Queen Street), salah satu kawasan khusus pejalan kaki terbesar di kota itu. Kendaraan itu milik perusahaan bir yang dibajak di luar sebuah restoran di dekatnya, saat pengiriman barang.
Pusat Kota Stockholm kemudian disterilisasi setelah insiden teror truk maut itu. Para pembeli yang tengah berada di sekitarnya berlindung di bangunan di dekatnya selama berjam-jam, menunggu daerah itu aman.
Stasiun di pusat kota yang berada dekat Ahlens juga dikosongkan. Kereta metro, jalan utama dan berbagai jalur bus juga ditutup.
Pemerintah kota membuat beberapa tempat untuk berlindung, termasuk sejumlah sekolah, bagi mereka yang tidak bisa pulang karena terjadi gangguan transportasi.
Saksi mata menggambarkan adegan mengerikan terjadi di luar toko Ahlens, saat tubuh dan jasad orang-orang yang terluka terbaring bergeletakan di tanah.
Dalam pidato pada Jumat malam, PM Lofven mengatakan bahwa nilai-nilai demokrasi dan kebebasan Swedia tidak akan "dirusak oleh kebencian" semacam serangan teror truk itu.
Insiden ini merupakan serangan paling signifikan yang terjadi di Swedia sejak Desember 2010. Saat itu seorang pria kelahiran Irak Taimour Abdulwahab al-Abdaly, meledakkan dua bom, satu di antaranya ikut membunuhnya.