Terkuak, Maaf Hillary Clinton ke Barack Obama di Malam Kekalahan

Pada malam pemungutan suara pilpres AS 2016, Hillary Clinton dan Barack Obama berbincang lewat telepon. Sinyal kekalahan sudah kuat.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Apr 2017, 19:40 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2017, 19:40 WIB
Hillary Clinton, mantan ibu negara AS yang juga eks rival Donald Trump
Hillary Clinton, mantan ibu negara AS yang juga eks rival Donald Trump (AP/Mary Altaffer)

Liputan6.com, Washington, DC - Kata maaf terucap dari bibir Hillary Clinton untuk Barack Obama. Kala itu, pada malam pemungutan suara pilpres AS 2016, keduanya saling berbincang lewat telepon. 

Mantan Ibu Negara AS itu sudah tahu, ia pasti kalah. Obama pun mengatakan agar ia menerima kekalahan dari Donald Trump.

Kisah tersebut dimuat dalam sebuah buku berjudul "Shattered: Inside Hillary Clinton’s Doomed Election Campaign" yang ditulis oleh Jonathan Allen dan Amie Parnes.

Buku tersebut menggambarkan bagaimana "warisan Obama dan mimpi Hillary menjadi presiden hancur lebur di tangan Donald Trump".

Awalnya, tim kampanye Hillary sangat yakin akan meraih kemenangan dalam pilpres. Kala itu, memang nyaris seluruh survei menunjukkan kubu Demokrat memimpin perolehan dukungan.

Namun bukan berarti kekalahan Hillary tanpa pertanda. Sinyal pertama, datang ketika Steve Schale, seorang analis jajak pendapat Hillary dipanggil ke the Peninsula Hotel di New York.

Di sana telah berkumpul lingkaran utama tim kampanye Hillary. Dan dalam kesempatan itu Schale memperingatkan bahwa mereka akan kalah di negara ayunan kunci (key swing state) Florida.

Sementara itu, kemenangan Trump kian jelas ketika ia dilaporkan unggul di Wisconsin sekitar pukul 11.00 Waktu Pantai Timur AS.

Dalam buku itu disebutkan, David Simas, Direktur Politik Gedung Putih memanggil Robby Mook, manajer kampanye Hillary untuk memberitahu bahwa menurut Obama tidak bijaksana untuk menarik diri begitu saja. Demikian seperti dilansir Telegraph, Selasa, (18/4/2017).

Mengingat saat itu keabsahan kemenangan Trump diragukan, Obama lantas menelepon langsung Hillary, dan mengatakan kepadanya, "Anda perlu untuk mengakui (kekalahan)."

Lantas Hillary menjawabnya, "Bapak Presiden, saya minta maaf."

Menurut penulis buku tersebut, telepon Obama "mengkristalisasi segalanya bagi Hillary". Nasihat Obama membuat Hillary mengernyit.

"Dia (Hillary) tidak siap untuk membicarakan ini. Ketika dia bicara dengan Obama, momentumnya sedikit lebih awal, sementara hasil pemilu belum final," ungkap buku tersebut.

"Sekarang, meskipun, presiden menelepon untuk menghiburnya, kenyataan dan kekalahannya memukulnya pada saat bersamaan."

"Dia membiarkan dirinya jatuh. Dia membiarkan dirinya sendiri terpuruk. Dia membiarkan partainya jatuh. Dan dia membiarkan negaranya terpuruk."

"Dengan enggan dia bangkit dari tempat duduknya dan mengambil telepon."

Hillary lantas menelepon Trump, mengucapkan dua kata yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh dirinya sendiri, terlebih pendukungnya: "Selamat Donald."

"Saya akan mendukung kesuksesan negara dan itu berarti kesuksesan Anda sebagai presiden," ungkap Hillary seperti dimuat dalam buku "Shattered: Inside Hillary Clinton’s Doomed Election Campaign"

Pada awalnya, tim kampanye Hillary dikabarkan tidak mengakui kemenangan Trump. Hillary sendiri tidak muncul dalam pesta di malam pemilihan kubu Demokrat yang digelar di Javits Center.

Yang muncul di atas panggung kala itu adalah John Podesta, ketua kampanye Hillary. Di hadapan ribuan pendukung mantan ibu negara itu Podesta mengatakan semuanya belum selesai.

Menurut Kellyanne Conway, manajer kampanye Trump, Hillary menelepon pria itu sekitar pukul 2.30 di keesokan harinya untuk mengakui kekalahannya.

Dalam kesempatan tersebut, Trump yang pernah melabeli Hillary sebagai "perempuan jahat" mengatakan, "Anda seorang yang cerdas, perempuan tangguh, dan Anda telah menjalankan sebuah kampanye yang hebat. Terima kasih karena telah menelepon. Saya menghormati Anda."

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya