Liputan6.com, London - Menurut sejarah, Nazi Jerman dipercaya sebagai negara dengan pasukan militer yang efisien selama Perang Dunia II.
Teknologi militer mereka pun diyakini lebih digdaya jika dibandingkan dengan angkatan bersenjata dari negara lain. Tank Tiger, kapal selam U-boat, dan pesawat bertenaga roket jet, merupakan contoh alutsista Nazi Jerman yang jauh melampaui teknologi militer lawan.
Advertisement
Namun, di penghujung Perang Dunia II, Jerman yang kala itu dipimpin Hitler keluar sebagai pihak yang kalah.
Advertisement
Sejarawan asal Inggris, James Holland, menyajikan sebuah penjelasan yang mendobrak kepercayaan tersebut.
Menurut Holland, Nazi Jerman justru merupakan negara yang paling tidak efisien jika dibandingkan dengan Inggris dan Amerika Serikat. Negara yang dipimpin oleh Adolf Hitler itu dinilai boros dalam proses produksi alutsista.
"Semua orang membicarakan tentang 'mesin perang Nazi' seakan itu sepenuhnya termekanisasi (digerakkan dengan mesin) dengan baik. Kenyataannya tidak," jelas James Holland kepada History, Rabu (3/5/2017).
"Dari 135 divisi yang dikerahkan saat menyerang Rusia, hanya 16 yang termekanisasi. Sedangkan 119 sisanya merupakan 'mesin' dengan dua kaki, menggunakan kuda, atau gerobak dorong," tambah alumni Durham University itu.
Menurut Holland, kecanggihan alutsista Jerman membutuhkan biaya produksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan militer Sekutu.
Dampaknya, ketika Perang Dunia II berlangsung menahun, Reich Ketiga justru kehabisan sumber daya untuk memproduksi suku cadang, perawatan dan perbaikan mesin, serta pembuatan alutsista tambahan.
Faktor itu membuat Nazi Jerman sedikit memproduksi mesin perang jika dibandingkan dengan negara-negara Sekutu.
Hal tersebut dianggap oleh Holland sebagai penyebab kekalahan Adolf Hitler. Sejarawan pakar Perang Dunia II itu berargumen bahwa kekalahan itu disebabkan oleh miskalkulasi produksi mesin tempur.
"Jika tank Sherman AS dan tank Tiger Nazi Jerman berhadapan satu sama lain, AS pasti akan kalah. Namun jika kita tarik perspektif lebih luas, Amerika memproduksi 49.000 tank Sherman dan Jerman hanya membuat 1.347 tank Tiger," imbuh pria 46 tahun itu.
Belum lagi tank Tiger --meski tangguh dalam pertempuran-- rentan mengalami malfungsi dan boros bahan bakar.
Selain ketidaktepatan dalam melakukan rencana produksi, Nazi Jerman juga mengalami kekurangan minyak, baja, dan bahan makanan. Kekurangan ini disebabkan karena kegagalan Wehrmacht (tentara Jerman) dalam menginvasi Inggris.
Selain itu, keputusan Hitler untuk turut menginvasi Uni Soviet, membuat Nazi Jerman harus berperang pada dua sisi yang berbeda. Hal ini juga menjadi faktor berkurangnya sumber daya produksi Reich Ketiga saat perang memasuki tahun 1941 hingga 1943.
"Dia (Hitler) tak punya pilihan lain selain harus menginvasi Uni Soviet guna mencari sumber produksi perang setelah gagal mengalahkan Inggris," kata direktur program Festival Sejarah Chalke Valley, Inggris.