Liputan6.com, Berlin - Pada hari ini, 72 tahun yang lalu, tentara Amerika Serikat pada Perang Dunia II melakukan pembantaian terhadap tentara Nazi Jerman di kamp konsentrasi Dachau, yang terletak di barat laut Munchen, Jerman.
Peristiwa ini menjadi sebuah noktah hitam bagi pasukan Negeri Paman Sam pada Perang Dunia II.
Padahal, hikayat sejarah --meski masih diperdebatkan-- selalu menggambarkan kehadiran tentara AS di gelanggang Eropa pada Perang Dunia II bak penyelamat Benua Biru.
Advertisement
Pembantaian itu terjadi setelah pasukan AS membebaskan kamp konsentrasi Dachau.
Kamp Dachau dibangun pada 1933, letaknya 10 km barat laut Munchen, sebagai sebuah penjara untuk mengurung tahanan politik rezim Adolf Hitler. Satu tahun sejak pembentukannya, kamp tersebut telah menampung sebanyak 5.000 tahanan politik berideologi komunis, sosialis, dan anti-Nazi.
Dan, sejak tahun 1938, bekas penjara politik itu didominasi oleh tahanan holocaust yang terdiri dari etnis Yahudi, Gipsi, homoseksual, dan orang yang berstatus tidak diinginkan oleh pemerintahan Adolf Hitler.
Sama seperti sejumlah lokasi penjara konsentrasi lainnya, tahanan Kamp Dachau harus menjalani kondisi teramat perih. Para tahanan menjadi tenaga kerja paksa, disiksa, dan menjadi kelinci percobaan medis yang mengerikan. Di samping itu, para tahanan juga mengalami kelaparan dan kesehatan yang luar biasa buruk.
Kejadian pembantaian pasukan Nazi oleh tentara Negeri Paman Sam bermula pada April 1945. Pada bulan itu, pasukan AS telah mengepung Munchen, Jerman.
Pada 27 April 2017, dua hari sebelum pembebasan, pasukan Nazi Jerman yang mengetahui kedatangan pasukan AS melakukan death march kepada para korban penghuni kamp.
Tindakan itu dilakukan dengan membariskan para korban penghuni kamp dan memindahkan mereka ke Tegernsee, selatan Munchen, sebagai tindakan untuk menyembunyikan bukti kejahatan perang Nazi Jerman.
Dan, pada 29 April 2017, pasukan AS dari Divisi Infanteri ke-42 berhasil memasuki kawasan Kamp Dachau. Saat tiba di kamp, para tentara menemukan banyak tumpukan jasad korban tahanan kamp di dalam sebuah gerbong kereta.
Diduga, jenazah-jenazah itu, saat mereka masih hidup, akan dipindahkan ke kamp konsentrasi lain.
Selain menemukan tumpukan mayat, tentara AS menemukan sekitar 30.000 tahanan yang masih hidup namun dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Muak dengan apa yang telah mereka temukan, Divisi Infanteri ke-42 yang berada di lokasi mencari dan menangkap tentara Nazi Jerman yang masih berada di dalam dan di sekitar kamp.
Menurut sejumlah laporan, tentara infanteri ke-42 itu berhasil menemukan sekitar 30 hingga ratusan tentara Nazi Jerman yang bertugas sebagai operator kamp. Versi lain menyebut jumlahnya 50 orang.
Setelah itu, para tentara Nazi Jerman yang telah dilucuti itu dibariskan oleh tentara AS.
Tanpa diketahui akar permasalahannya, salah satu prajurit Divisi ke-42 menembak seorang tentara Nazi. Dan seperti efek domino, rekan-rekan prajurit AS itu ikut menembaki para tentara Hitler yang lain -- dari kesatuan SS dan Wehrmacht.
Pasukan AS tersebut memberondong para Nazi Jerman dengan timah panas hingga tewas seluruhnya.
Pada 1992, seorang mantan tentara yang terlibat dalam pembebasan kamp Dachau akhirnya angkat bicara.
"Setelah apa yang kami saksikan, kami menembak penjaga Jerman yang ada di depan mata," kata Don Ritzenthaler, seperti dikutip dari Daily Mail.
Fenomena pembantaian yang dilakukan pasukan AS itu dikenal dengan nama Dachau liberation reprisals. Sejumlah investigasi dilakukan untuk menyelidiki kejadian tersebut.
Namun, mahkamah militer AS menilai bahwa apa yang dilakukan para tentara Divisi Infanteri ke-42 tak dapat dimintai pertanggungjawaban -- karena didorong situasi memuakkan yang telah disaksikan dan dihadapi oleh prajurit Amerika selama proses pembebasan kamp.
Pada tanggal yang sama, tahun 1974, Presiden Amerika Richard Nixon merilis rekaman yang menjadi alat bukti skandal politik Watergate. Skandal politik terkelam dalam sejarah AS itu melibatkan sejumlah politisi penting dalam administrasi Nixon. Para terduga pelaku melakukan penyadapan ilegal, pemerasan, dan intimidasi untuk keuntungan politik sang presiden.
Kemudian, pada tahun 1945, Adolf Hitler menikah dengan Eva Braun. Naasmya, pernikahan mereka hanya bertahan sangat singkat dalam kurun waktu 60 menit.
Karena, setelah satu jam pernikahannya, pasutri itu bunuh diri di sebuah bunker bawah tanah di Berlin hingga keduanya tewas. Kematian mereka turut menjadi simbol kekalahan Nazi Jerman pada Perang Dunia II.