Liputan6.com, Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkan perlakuan Israel terhadap rakyat Palestina selama ini rasis dan diskriminatif.
Karenanya, Erdogan mengajak warga Turki dan umat muslim lainnya untuk lebih sering mengunjungi Yerusalem demi mendukung perjuangan Palestina menjadi sebuah negara merdeka.
Baca Juga
Erdogan juga menyebut, kebijakan embargo Israel selama satu dekade terakhir di Jalur Gaza tidak berperikemanusiaan. Satu-satunya solusi bagi konflik Palestina-Israel menurutnya adalah membangun sebuah negara Palestina yang berdaulat dan merdeka sepenuhnya, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Advertisement
Pernyataan tersebut disampaikan Erdogan dalam Forum Internasional Al-Quds Waqfs di Istanbul.
Nasib Yerusalem merupakan salah satu isu utama dalam proses perdamaian Palestina-Israel. Kedua negara sama-sama menginginkan Yerusalem sebagai ibu kota mereka.
PBB menganggap Yerusalem Timur sebagai milik Palestina, namun berharap bahwa suatu hari kota itu dapat menjadi ibu kota bagi kedua negara.
Israel, bagaimanapun menolak berbagi Yerusalem yang mereka caplok pada tahun 1967. Negeri Zionis itu berharap naiknya Donald Trump ke pucuk pimpinan tertinggi di Amerika Serikat akan memicu lahirnya sebuah pengakuan bahwa Yerusalem merupakan ibu kota Israel.
Setelah pengakuan oleh AS muncul, langkah berikutnya yang dapat dilakukan adalah memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Pemindahan kedubes ini sempat digaungkan oleh Trump dan sejumlah pendukungnya semasa kampanye Pilpres AS 2016.
Disampaikan pula oleh Erdogan, Turki akan terus mendukung upaya diplomatik yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk menangani konflik dua negara. Orang nomor satu di Turki itu juga menyerukan komunitas internasional untuk menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu yang berkaitan dengan Yerusalem.
"Yerusalem merupakan kota suci bagi tiga agama," ungkap Erdogan seperti dilansir Russian Today, Kamis (11/5/2017).
Meski demikian ia menambahkan bahwa Yerusalem merupakan simbol perjuangan Palestina yang harus didukung oleh rakyat Turki.
"Baik dalam tanggung jawab agama dan sejarah, Yerusalem dan perjuangan saudara-saudara kita di Palestina bagi hak dan keadilan sangat penting bagi kita. Kita akan terus mengusahakan Yerusalem berubah menjadi kota perdamaian," tutur pria yang pernah menjabat sebagai PM Turki tersebut.
Demi membantu Palestina, Erdogan pun menyerukan agar umat Islam lebih banyak mengunjungi Yerusalem.
"Sebagai muslim kita harus lebih sering mengunjungi Yerusalem," ujar Erdogan seraya menyinggung bahwa hanya 26.000 warga Turki yang berkunjung ke kota itu tahun 2015, jauh lebih kecil dibandingkan warga AS yang mencapai 600.000 dan warga Rusia 400.000.
"Ziarah massal dan kunjungan ratusan ribu muslim akan menjadi dukungan besar bagi saudara-saudara kita di sana," imbuhnya.
Sebelumnya, Erdogan dan otoritas Israel terlibat adu mulut. Ketua Knesset -- parlemen Israel -- Yuli-Yoel Edelstein menyatakan, Erdogan sudah dan akan menjadi musuh negaranya.
"Selama Erdogan memimpin Turki, hubungan dua negara tidak akan pernah sebaik dua dekade lalu," sebut Edelstein.
Situasi panas ini dipicu ucapan Erdogan usai bertemu dengan PM Palestina Rami Hamdallah.
"Tidak mungkin menemukan solusi damai di wilayah ini tanpa menemukan solusi untuk Palestina terlebih dulu," sebut Erdogan.
Hubungan Turki-Israel kerap diwarnai ketegangan. Normalisasi hubungan keduanya terakhir dilakukan pada tahun 2016 setelah memanas pada tahun 2010 akibat dibunuhnya enam pasukan Turki oleh militer Israel.