5 Kisah Hantu dan Legenda Mistis Perang Dunia

Ada sejumlah cerita hantu dan legenda terkait Perang Dunia II, yang menyebar dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 16 Mei 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2017, 20:00 WIB
Laut Jawa menjadi medan pertempuran besar di tengah Perang Dunia II
Laut Jawa menjadi medan pertempuran besar di tengah Perang Dunia II (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Jakarta - Perang Dunia II 'hanya' berlangsung selama enam tahun, dari 1 September 1939 hingga 2 September 1945. Namun, pertempuran kala itu berlangsung brutal. Sebanyak 50 hingga 85 juta manusia jadi tumbal.

 

Darah yang tumpah, kematian massal, juga tragedi yang dipicu pertempuran memicu dugaan, sejumlah arwah para korbannya -- entah tentara, tahanan perang, atau warga yang nyawanya terenggut paksa -- masih bergentayangan.

Ada sejumlah cerita hantu dan legenda terkait Perang Dunia II, yang menyebar dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Sejumlah orang mengaku melihat penampakan tak kasat mata para serdadu yang masih mengenakan seragam, beberapa malah dijumpai sedang bergelut.

Bahkan pada masa perang, sejumlah tentara menjumpai fenomena tak biasa tak bisa dijelaskan akal sehat.

Berikut 5 kisah horor Perang Dunia II dan legenda aneh, yang Liputan6.com kutip sebagian dari situs Ranker.com, Selasa (16/5/2017):

1. Pesawat Hantu Pearl Harbour

Setelah Perang Dunia II berakhir, sejumlah orang mengaku melihat 'pesawat hantu' -- jet tempur yang terlihat di langit, lalu hilang tanpa jejak.

Salah satu yang terkenal dan mengerikan terjadi setahun setelah serangan Pearl Harbor -- Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika Serikat yang dibombardir Jepang pada 7 Desember 1941.

Kondisi pesawat bomber Air Corps B-17C milik angkatan laut AS usai diserang di Hickam Air Field, Pearl Harbor. Sedikitnya 2.403 orang tewas dan 1.178 luka-luka dalam peristiwa tersebut. (Reuters/U.S Navy)

Kala itu, 8 Desember 1942, pihak Angkatan Darat AS mendeteksi pesawat masuk di radar mereka. Burung besi itu mengarah ke Jepang.

Dua pilot pun dikerahkan untuk menyelidiki kemunculan kapal terbang misterius tersebut. Saat kembali ke pangkalan, para penerbang mengaku melihat jet tempur AS P-40 dalam kondisi babak belur.

Badan pesawat tersebut penuh lubang peluru, instrumen pendaratan hilang, dan pilotnya dalam kondisi berdarah-darah.

Noda darah itu masih segar. Pilot itu sempat mengangkat kepalanya, tersenyum lemah, dan melambai pada dua koleganya.

Pesawat itu kemudian jatuh, terjun bebas dari langit. Saat menyelidiki lokasi jatuhnya pesawat, mereka menemukan bangkai kapal terbang. Tapi, sama sekali tak ada pilot di dalamnya.

Dari catatan penerbangan yang ditemukan di dalam kokpit, pesawat itu diduga terbang dari Mindanao, 1.300 mil dari lokasi temuan bangkai.

Sejumlah orang menduga, pesawat itu ditembak setahun sebelumnya dalam serangan Pearl Harbor. Masalahnya, mengapa sang pilot menerbangkan pesawat yang hancur-lebur itu mengarah ke posisi lawan? Dan, mengapa ia nekat menerbangkan kapal terbang yang tak punya instrumen pendaratan?

2. Foto Penampakan Konvoi Kematian

Pada 1945, pasukan Sekutu mengusir Jepang dari Kalimantan. Alih-alih menyerahkan para tawanannya, pasukan Nippon memaksa para tawanan perang untuk berbaris, menempuh jarak 160 mil, dari Sandakan menuju Ranau.

Mereka berbaris dalam kondisi payah, kurang makan dan kelelahan di tengah cuaca terik selama sebulan penuh. Dengan bertelanjang kaki mereka melintasi bukit dan lembah.

Siapa yang rubuh karena kelelahan dibiarkan merenggang nyawa. Konon, para tawanan terpaksa menjadi kanibal, memakan mayat temannya sendiri.

Lebih dari 3.600 orang Indonesia dan Filipina yang diperbudak dan 2.400 tawanan perang tentara Sekutu -- kebanyakan dari Australia -- tewas. Maka dari itu, iring-iringan mereka disebut konvoi atau barisan kematian.

Hanya enam tentara Australia yang selamat, berhasil melarikan diri. Pada 2010, pensiunan tentara Inggris, Mayor John Tulloch napak tilas ke rute maut para tawanan. Sejumlah foto ia abadikan dari sana.

Salah satu dari gambar tersebut menampilkan citra mengerikan. Ada banyangan samar -- berupa kerangka bungkuk yang berbaris.

Penampakan konvoi maut para tawanan Jepang (Credit: Daily Mail/ Major John Tulloch)

"Kami sedang berkendara di sepanjang rute maut, saya mengambil sekitar 200 gambar lewat kamera digital," kata dia, seperti dimuat Daily Mail, Kamis 27 September 2012.

Saat gambar itu dilihat di layar komputer ada penampakan aneh. "Saya merinding saat melihat 17 sampai 18 sosok hantu seakan ke luar dari hutan dan berjalan menyusuri rute menuju Ranau," kata Tulloch.

Namun, ia mengatakan, penampakan itu adalah ilusi -- yang dihasilkan dari refleksi handuk bermotif yang ada di dashboard mobil di mana dia mengambil gambar

"Pemandu saya menaruh handuk di dashboardnya. Pola handuk itu tercermin lewat kaca," kata Tulloch. Namun, karena diambil di lokasi yang tepat, "saya menyebutnya refleksi dari barisan kematian."

3. Jimat Nazi

Nazi konon memburu sejumlah artefak, untuk dijadikan jimat demi memenangkan perang dan memastikan kejayaan.

Komandan pasukan khusus SS, Heinrich Himmler memimpin tim arkeolog yang diterjunkan dalam misi merebut sejumlah artefak, salah satunya Tombak Takdir (Spear of Destiny), yang dipakai seorang serdadu Romawi, Longinus, untuk menusuk lambung Yesus Kristus saat disalib.

Hitler juga bernafsu mencuri Shroud of Turin atau kain kafan Turin -- pernah membungkus jasad Yesus setelah wafat disalib.

Kain kafan Turin (Wikipedia)

Bos Nazi itu membuat skenario pencurian -- setelah kunjungannya ke Italia pada 1938. Untungnya aksinya itu digagalkan aksi berani beberapa rahib Benedictine.

Meski antek-antek Hitler menemukan lokasi rahasia penyimpanan relik suci itu. Namun tangan mereka tak bisa menyentuh kain kafan Turin. Sebab, sekelompok biarawan mengelilingi altar tempat kain keramat tersebut tersimpan. Demikian dilaporkan kantor berita Italia, ANSA.

Pada 1999, seorang mantan anggota Angkatan Laut AS membaca sebuah buku tentang perburuan artefak oleh Nazi.

Buku itu ia pinjam dari seorang temannya. Malam itu, kejadian aneh menimpanya.

Ia yang kala itu masih jadi prajurit meletakkan buku di bawah bantalnya dan tertidur. Kemudian, ia dia terbangun dan merasa mendengar suara langkah kaki berat berjalan di antara ranjang-ranjang barak.

Begitu langkah kaki melewatinya, "...tiba-tiba, tirai kompartemenku mengayun ke arahku. Aku tak bisa menggambarkan rasa dingin yang menyertainya," kata dia.

Angin itu sungguh dingin -- rasa beku yang tak pernah ia rasakan sepanjang hidup. Sang prajurit Amencoba berteriak saat dingin terasa menusuk tubuhnya sampai ke intinya. "Seperti sepuluh juta jarum beku menusukku sekaligus. Itu benar-benar tak terlukiskan."
 
Dia kemudian mendengar langkah kaki melewatinya lagi, dan tirai kompartemen tidurnya terbuka dan tertutup. Semuanya kembali normal.

Esok harinya, ia mengembalikan buku itu ke temannya dan menceritakan apa yang terjadi. Rekannya menertawakannya, tapi beberapa minggu kemudian, dia mengalami hal yang sama.

4. Horor Hotel Diplomat

Diplomat Hotel di Baguio City, Filipina awalnya adalah sebuah biara pada tahun 1900-an.

Selama Perang Dunia II, tentara Jepang menyerang biara dan memancung semua pendeta dan biarawati. Mereka mengubah bangunan tersebut menjadi sebuah sanatorium.

Diplomat Hotel di Filipina yang bereputasi angker (Wikipedia/Ramiltibayan )

Pasca-perang, bekas biara itu diubah menjadi hotel. Namun, sejumlah tamu melaporkan penampakan aneh, berupa bayangan hitam.

Sosok hantu perempuan berpakaian putih juga kerap menghantui para tamu hotel.

Tetamu juga mengaku mendengar teriakan dan suara benturan pada tengah malam.

Hotel bereputasi angker tersebut kini telah ditutup. Bangunannya ditelantarkan, tak lagi dipakai, dan menjadi lokasi favorit para pemburu hantu.

Sejak Diplomat Hotel menjadi milik Pemerintah Baguio City, yang kemudian merestorasinya. Pada 2013 bangunan tua tersebut dijadikan situs sejarah dan bisa disewa sebagai lokasi pernikahan maupun acara lain.

5. Kutukan Kapal SS Alkimos

SS Alkimos dibuat di tengah Perang Dunia II di galangan kapal Bethlehem-Fairfield di Baltimore. Awalnya bahtera itu akan diberi nama George M. Shriver dan diluncurkan pada 11 Oktober 1943.

Namun, kapal itu kemudian ke pihak Norwegia, dan digunakan untuk transportasi senjata selama perang.

Pada tahun 1944, seorang operator radio yang bekerja di kapal, Maude E. Steane, dibunuh oleh salah seorang kru, yang kemudian menembak dirinya sendiri.

Kapal SS Alkimos  (Wikipedia/LovePerth.com.au)

Norwegia menutupi insiden tersebut dan mengklaim bahwa korban dibunuh oleh tembakan musuh. Setelah perang, kapal tersebut dijual ke perusahaan pelayaran Yunani.

Anehnya, satu demi satu kecelakaan terus terjadi. Penyebabnya pun misterius. Hingga akhirnya pada tahun 1963, kapal tersebut menabrak karang di lepas pantai Australia.

Bahtera itu ditarik ke Fremantle untuk diperbaiki, tapi saat berada di sana, Alkimos terbakar dan harus dibawa ke Hong Kong untuk mendapatkan lebih banyak perbaikan.

Namun, saat baru saja meninggalkan Fremantle, ada masalah dengan derek, Alkimos pun kandas. 

Derek itu tak bisa dilepaskan. Maka, pihak perusahaan menempatkan pengawas ke atas kapal.

Namun, orang tersebut mengalami banyak hal aneh di atas kapal -- termasuk mendengar suara ketukan, langkah kaki, dan bunyi-bunyi lainnya.

Selama bertahun-tahun, beberapa perusahaan mencoba menyelamatkan kapal tersebut, namun setiap kali ada yang mencoba, hal buruk akan terjadi pada kru mereka.

Akhirnya, SS Alkimos ditinggalkan dan perlahan tenggelam ke dalam air. Bangkainya masih bisa dilihat hingga saat ini, menyembul dari permukaan air. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya