Â
Â
Advertisement
Liputan6.com, Jakarta - Bom yang jatuh di pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawai, pada 7 Desember 1941, menjadi awal mula pecahnya perang pasifik antara Jepang dan Amerika. Sebagai balasannya bom atom pun dijatuhkan di Hiroshima Nagasaki yang membuat negara matahari terbit itu pun lumpuh. Imbasnya, pasukan Amerika yang dipimpin Jenderal Douglas MacArthur berhasil menaklukan daerah-daerah yang sebelumnya diduduki Jepang, termasuk Biak Papua.Â
Advertisement
Data dari beberapa literatur menyebutkan, Kabupaten Biak Numfor pada masa Perang Dunia II pernah diduduki dan dijadikan pangkalan militer Jepang dan Amerika, dalam upaya mereka berebut pengaruh di wilayah pasifik.
Robert Ross Smith dalam bukunya The War in The Pacific menyebutkan, letak geografis Kabupaten Biak Numfor Papua yang berada di bagian barat wilayah Pasifik, menjadikan daerah itu tempat strategis untuk mempersiapkan segala taktik dan strategi penguasaan wilayah di pasifik. Balai Arkeologi pada 2016 bahkan menyebutkan, ada bukti material yang menunjukkan kawasan tersebut memang pernah menjadi pangkalan militer dua negara besar tersebut, yaitu beruoa peralatan perang beserta bangunan dan infrastrukturnya yang ditemukan tersebar di hampir separuh dari wilayah Kabupaten Biak Numfor.
Menurut penelitian berjudul Pangkalan Udara di Biak Numfor Pada Perang Dunia II tulisan Sonya M Kawer, yang diterbitkan Balai Arkeologi Papua pada 2019 menyebutkan, ada tiga pangkalan udara yang dibangun Jepang di Kota Biak, satu dibangun di dekat Pantai Ambroben dan dua pangkalan udara lainnya dibangun di Borokoedan Sorido, yang letaknya berada dekat dengan pesisir pantai jauh dari tebing karang dan bukit-bukit sekeliling.
Letak pangkalan udara ini dibangun di atas litologi batu gamping (limestones) alias batu karang yang kokoh dan bersifat keras dengan luas yang sama besar.
Masih berdasarkan hasil penelitian tersebut, setidaknya ada 11 pangkalan udara sebagai sebuah sistem pertahanan di wilayah Kabupaten Biak Numfor, antara lain Frans Kaisepo (Mokmer), Pangkalan udara Jepang (Borokup), Pangkalan udara Jepang (Sorido), 4 Pangkalan udara Sekutu di Owi, 2 pangkalan udara di Yemanu, Kornasoren (Yemburwo), dan pangkalan udara sekutu (Namber).Â
Jepang menguatkan pola pertahanannya dengan mendirikan dan membangun kembali 11 pangkalan udara berlapis baja di dua pulau kecil dan satu pulau besar. Dalam mempertahankan wilayah jajahan, pangkalan udara punya peran sangat penting bagi sebuah wilayah yang akan dijajah dan perluasannya. Letak geografis di garis ekuator dan di mulut Samudra Pasifik menjadikan pangkalan-pangkalan ini sebagai pertahanan penting bagi Jepang dalam melancarkan strategi perang. Namun sekutu masuk dan mengalahkan Jepang pada 1944.
Terkait kabar yang mengusulkan pangkalan udara di Biak Papua dijadikan pangkalan militer Rusia, Kemenhan membantah kabar tersebut.
"Pemberitaan tentang usulan penggunaan pangkalan Indonesia oleh Rusia, Kemenhan mengklarifikasi bahwa berita tersebut tidak benar. Terima kasih," kata Kepala Biro Humas dan Informasi Kemenhan Frega Wenas Inkiriwang di Jakarta, Selasa (16/4/2025).
Sebelumnya pemberitaan media internasional menyampaikan, Federasi Rusia mengusulkan kepada pemerintah Indonesia untuk menjadikan Lanud Manuhua di Biak, Papua, sebagai lokasi pangkalan bagi pesawat-pesawat militer Rusia.
Permintaan itu, disebutkan oleh berita tersebut, disampaikan setelah pertemuan antara Menteri Pertahanan RI dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia pada Februari 2025, dengan maksud menempatkan pesawat-pesawat jarak jauh milik Russian Aerospace Forces (VKS) di Lanud Manuhua, yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisiepo.
Â
Â
Kata Tokoh Papua
Sementara itu, tokoh senior Papua Michael Manufandu mengatakan, langkah pemerintah Indonesia tidak mengizinkan Bandara Biak menjadi pangkalan militer Rusia adalah langkah tepat.
Michael Manufandu menyebut, sangat riskan jika pangkalan militer di wilayah Indonesia digunakan juga untuk operasi pesawat-pesawat militer asing karena hal itu bertentangan dengan konstitusi negara.
"Menteri Pertahanan sudah membantah berita yang tidak benar itu. Demi kepentingan dan keselamatan negara maka tidak boleh sembarangan menggunakan plapangan terbang yang ada di Biak untuk kegiatan militer asing," kata Manufandu.
Mantan Dubes RI untuk negara Columbia itu mengakui bahwa Pangkalan TNI AU Biak memang sangat strategis untuk kepentingan aspek pertahanan dan keamanan negara di wilayah Pasifik.
Pangkalan TNI AU Biak dulu saat Perang Dunia ke-II menjadi basis pertahanan tentara Sekutu dalam Perang Pasific melawan Jepang.
Mengingat posisinya yang sangat strategis itu dan kondisi saat ini dimana Bandara Frans Kaisiepo Biak jarang diterbangi oleh pesawat komersial seperti Garuda Indonesia, Manufandu meminta pemerintah menghidupkan lagi aktivitas penerbangan di Biak sehingga bisa memberi dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.
"Tolong pemerintah memperhatikan lagi Bandara Biak, jangan dibiarkan begitu saja, terkesan seperti diterlantarkan sehingga tidak lagi memiliki nilai ekonominya," ujar Manufandu.
Agar aktivitas penerbangan di Bandara Biak bisa ramai lagi, Manufandu mengusulkan agar dibuka rute penerbangan langsung dari Biak ke Australia dan Selandia Baru dan negara-negara di Kepulauan Pasific.
Manufandu berharap penerbangan langsung rute Jakarta-Biak-Hawai-Los Angeles Amerika Serikat bisa dihidupkan kembali karena memakan waktu tempuh yang lebih singkat jika dibandingkan dengan rute Jakarta-Singapura-Hongkong-Los Angeles.
"Banyak yang bisa dipikirkan dan dikembangkan jika kita benar-benar serius untuk menjadikan Biak sebagai sebagai sentra ekonomi di Papua. Tentu harus hilangkan kecurigaan-kecurigaan sehingga kita bisa bangun yang terbaik," ujarnya.
Advertisement
