Liputan6.com, London - Hari itu 3 April 1917, seorang perempuan muda tiba-tiba muncul di wilayah pedesaan Almondsbury, yang letaknya hanya beberapa kilometer dari Bristol, wilayah tenggara Inggris. Tak ada yang tahu dari mana ia berasal.
Ia mengenakan gaun hitam lusuh dan semacam turban di kepalanya. Gadis itu terlihat bingung, lelah, sepertinya baru menempuh perjalanan panjang.
Advertisement
Baca Juga
Seperti dikutip dari situs Mentalfloss, Senin (13/3/2017), bawaannya tak banyak. Lengannya mengempit bundelan kain linen. Ada sebatang sabun dan peralatan mandi di dalamnya.
Wajahnya lumayan menarik, namun, yang paling mengherankan, ia bicara dengan bahasa yang 'eksotis'. Tak ada satu pun warga desa yang memahaminya.
Awalnya, pendatang itu dianggap pengemis. Sejumlah warga membawanya ke rumah penampungan untuk kaum miskin.
Namun, pengurus di sana tak membolehkannya masuk. Di tengah Perang Napoleon yang sedang berkobar, perempuan itu sempat dikira mata-mata asing. Maka, ia pun dibawa ke hakim setempat, Samuel Worrall, yang menghuni kediaman mirip istana yang disebut Knole House.
Sang hakim pun memanggil pelayannya yang berasal dari Yunani, yang punya pengetahuan luas soal Bahasa Mediterania.
Pelayan itu berusaha mati-matian menerjemahkan ucapan perempuan muda itu. Tapi tak berhasil. Bahasa isyarat dicoba digunakan, kertas kosong disodorkan, hasilnya nihil.
Worrall curiga, namun istrinya merasa empati -- lebih cenderung terpesona daripada khawatir dengan kemunculan tiba-tiba perempuan itu di desa mereka.
Atas permintaan Worrall, perempuan misterius itu dikirim ke sebuah penginapan untuk bermalam.
Namun, di sana kelakuannya malah kian aneh. Ia menolak makanan, hanya mau menyesap teh. Perempuan itu berdoa dengan cara tak biasa, dengan mengangkat satu tangan menutupi matanya dan menyebut kata-kata yang kedengaraannya seperti 'Allah-Talla'.Â
Ia tampak mengenali gambar buah yang tergantung di dinding -- bahkan menyebutnya dengan 'nanas' dalam Bahasa Indonesia atau Melayu bukan 'pineapple' -- membuat para staf dan penduduk lokal mengira ia pernah bepergian jauh ke wilayah tropis.
Saat dibawa masuk kamar, ia menatap tempat tidur dengan bingung -- sebelum akhirnya memilih meringkuk dan tidur di lantai.
Setelah beberapa malam, Worrall membawa perempuan tersebut kembali ke Knole House. Di sana, gadis misterius itu memberikan petunjuk, dengan menunjuk dirinya dan mengucap 'Caraboo' berkali-kali.
Meski dianggap telah menyebut nama, Hakim Worrall angkat tangan dan mengatakan, perempuan muda itu tak lebih dari pengemis, lalu menahannya atas tunduhan menggelandang.
Caraboo menghabiskan waktu beberapa hari di rumah sakit untuk gelandangan St. Peter di Bristol. Istri Worrall kemudian bertindak dan memindahkannya ke kantor sang suami.
Sejak saat itu, kabar soal tamu misterius di Almondsbury mulai menyebar luas dan puluhan warga yang penasaran berdatangan, beberapa membawa penutur bahasa yang berbeda.
Selama 10 hari masa tinggalnya di Inggris, tak ada satu pun yang mengerti satu pun perkataannya. Hingga akhirnya seseorang mengaku bisa memahami ucapannya.
Mengaku Putri Jawa yang 'Diculik'
Seorang pelaut Portugis bernama Manuel Eynesso, yang kebetulan berada di Bristol kala itu pergi ke kantor Worrall, untuk menemui sang gadis misterius.Â
Punya pengalaman menjelajah samudera, hingga Timur Jauh hingga Hindia Belanda, Eynesso mengaku memahami bahasa Caraboo sebagai campuran dari bahasa daerah di Sumatra dan lalu mulai menerjemahkannya.
Caraboo, menurut Eynesso, bukan pengemis. Ia mengaku, perempuan itu adalah putri dari pulau 'Javasu' di Samudera Hindia yang diculik dari kampung halamannya oleh para bajak laut, disandera, hingga akhirnya kabur dengan cara melompat dari kapal yang sedang mengarungi Kanal Bristol.
Javasu yang ia sebut diduga adalah Pulau Jawa yang kala itu menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Caraboo, menurut sang pelaut, mengaku berkeliling selama enam pekan hingga akhirnya menginjakkan kaki di Almondsbury.
Kisahnya itu menggerkan. Nyonya Worrall mendapatkan apa yang ingin didengarnya: Caraboo adalah seorang putri dan adalah sebuah kehormatan bisa menjamunya di Knole House.
Selama 10 hari kemudian pesta-pesta besar dan perjamuan digelar di sana, sebagai penghormatan bagi Caraboo.
Para akademisi dan warga kalangan elite pun berdatangan -- mereka kagum dengan kisah perempuan yang awalnya dikira pengemis ternyara adalah putri dari kerajaan asing.
Seorang pria bernama Dr. Wilkinson bahkan menuliskan laporan gilang gemilang terkait sang putri. "Tak ada yang bisa memancing kecurigaan aparat terkait Caraboo," kata dia.
Namun, apa yang dikatakannya terpatahkan.
Advertisement
Kebohongan Terbongkar
Kisah tentang Putri Caraboo menyebar di media massa, deskripsi tentang perempuan muda itu dimuat beberapa pekan kemudian di Bristol Journal dan sampai ke sebuah rumah kos-kosan yang dikelola Nyonya Neale.
Nyonya Neale segera mengenali sosok perempuan muda itu. Bukan sebagai putri Jawa yang diculik, melainkan mantan tamunya yang bernama Mary Baker -- putri seorang tukang sepatu dari Desa Witheridge.
Putri Caraboo, menurut dia, adalah kabar palsu alias hoax belaka.
Kesaksian Nyonya Neale menyebar dari mulut ke mulut, melintasi batas desa, dan sampai ke Nyonya Worrall.
Ia yang awalnya tak percaya dengan kesaksian Neale, akhirnya membawa Putri 'Caraboo' ke Bristol. Alasannya, gadis itu akan dibawa ke seorang seniman yang akan mengabadikan potretnya dalam lukisan.
Nyatanya itu dusta belaka. Nyonya Worrall menggunakan kesempatan itu untuk bertemu langsung dengan Neale.
Setelah berbicang berdua, Nyonya Worrall yakin benar Putri Caraboo memang penipu ulung.
Saat penipuannya terbongkar, Caraboo atau Mary Baker mengakui semuanya dengan berlinang air mata.Â
Identitas gadis misterius itu akhirnya terkuak. Ia bukan berasal dari negeri antah-berantah. Inggris adalah tanah kelahirannya.Â
Mary Baker lahir di wilayah pedesaan di Devon pada 1791. Ia bertengkar hebat dengan orangtuanya di usia muda, lalu kabur dari rumah.
Ia yang luntang-lantung di jalanan pernah menjajal berbagai profesi, termasuk pelayan, di wilayah Inggris selatan -- sebelum akhirnya menjadi pengemis di sekitar Bristol pada awal tahun 1810-an.
Selama meminta-minta, ia akhirnya tahu bahwa menyamar sebagai orang asing memungkinkannya untuk memperoleh lebih banyak belas kasihan -- juga uang-- dari masyarakat.
Karakter 'Putri Caraboo', juga bahasanya yang ngawur awalnya ia ciptakan untuk menghibur anak-anak di rumah kontrakan Nyonya Neale. Sementara, tempat bernama 'Javasu' yang sempat dikira Jawa nyatanya tak pernah ada.
Setelah penipuan Mary Baker terkuak, media kembali menggila. Artikel-artikel tentang Putri Caraboo kembali bermunculan.Â
Namun, alih-alih menyerang gadis itu, mayoritas jurnalis menyajikan artikel tentang kemenangan kelas bawah atas aristokrasi atau bangsawan.
Baker justru dianggap pahlawan -- gadis tak berpendidikan, tertindas, melalui kecakapan, juga nyali, berhasil menyusup dan menipu kalangan paling elite dalam masyarakat. Ia dianggap telah mengekspose kelemahan dan kesombongan kaum ningrat.
Bahkan, Nyonya Worrall yang awalnya kesal, akhirnya menghargai keberhasilan Mary Baker menipunya.Â
Empati kembali terbit di hatinya. Ia memutuskan untuk terus membantu Mary Baker, mengentaskan hidup gadis muda itu.Â
Ia mengumpulkan dana untuk memindahkan Baker ke Philadelphia pada tahun 1817. Untuk membuat sebuah awal baru.
Selama di Amerika, Mary Baker berhasil meraup uang dan ketenaran -- meski singkat -- lewat pertunjukan panggung di New York, lewat karakter Putri Caraboo.Â
Sempat ke sejumlahn negara Eropa, beberapa tahun kemudian, ia kembali ke Inggris dan menggelar pertunjukan yang sama di London. Kala itu, demam Caraboo sudah mereda, penampilannya kala itu kurang sukses.Â
Catatan sensus menunjukkan, pada tahun 1820-an akhir, Mary Baker berstatus janda dan namanya menjadi Mary Burgess.
Ia kembali menetap di dekat Bristol, dan mencari nafkah dengan menjual lintah ke sebuah klinik lokal, hingga akhirnya meninggal karena serangan jantung pada tahun 1864.
Meski identitas aslinya terbongkar, misteri lain belum terjawab: lantas bagaimana dengan 'pelaut Portugis' yang menerjemahkan kisahnya?
Tak jelas bagaimana kelasi itu bisa mengerti bahasa asal-asalan 'Putri Caraboo'. Atau, jangan-jangan, ia juga penipu...