Menlu Qatar: Tak Akan Ada Negosiasi hingga Blokade Dicabut

Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menegaskan, Arab Saudi Cs harus mencabut blokade untuk memulai proses negosiasi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Jun 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2017, 13:30 WIB
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani (AP Photo/Nicolas Garriga)

Liputan6.com, Doha - Qatar tidak akan bernegosiasi dengan negara-negara Arab yang telah memutus hubungan diplomatik dengannya. Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menegaskan, perundingan hanya dimungkinkan jika Arab Saudi Cs mencabut blokade.

"Qatar berada di bawah blokade, tidak ada negosiasi. Mereka harus mencabut blokade untuk memulai negosiasi," terang Sheikh Mohammed seperti Liputan6.com kutip dari Al Jazeera, Selasa (20/6/2017).

"Sampai saat ini kami tidak melihat adanya kemajuan soal pencabutan blokade, yang merupakan prasyarat untuk bergerak maju," tambahnya.

Berbicara dari Ibu Kota Doha, Sheikh Mohammed menjelaskan, pihaknya hingga kini belum menerima tuntutan apapun dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain yang pada 5 Juni lalu memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Langkah tersebut telah memicu Krisis Teluk terburuk yang pernah terjadi.

Ditekankan pula oleh menlu Qatar tersebut, subjek negosiasi haruslah yang berkaitan dengan hubungan enam negara yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk. Organisasi tersebut beranggotakan Saudi, UEA, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Qatar.

"Apapun yang tidak berhubungan dengan mereka tidak dapat dinegosiasikan. Tidak seorangpun berhak mencampuri urusan Qatar. Al Jazeera adalah urusan Qatar, kebijakan luar negeri Qatar mengenai isu-isu regional adalah urusan kami. Dan kami tidak akan menegosiasikan urusan kami," tegas Sheikh Mohammed.

Lebih lanjut ia menambahkan, penguasa Kuwait merupakan satu-satunya mediator atas Krisis Teluk. Kini, Qatar tengah menunggu tuntutan spesifik dari negara-negara yang memusuhinya demi mencapai resolusi.

"Kita tidak bisa hanya diberikan tuntutan yang hanya samar-samar seperti 'Qatar tahu apa yang kami inginkan dari mereka, mereka harus menghentikan ini-itu, mereka harus dipantau oleh sebuah mekanisme pemantauan asing'," ungkap Menlu Sheikh Mohammed.

Krisis Teluk berimbas pada perjalanan warga sipil menyusul blokade darat, udara, dan laut yang diterapkan Saudi Cs. Impor makanan juga ikut terkena dampak, sementara kebingungan melanda kalangan pebisnis.

Meski demikian, ketegangan ini tidak memengaruhi ekspor energi dari Qatar. Negara kecil yang hanya memiliki perbatasan darat dengan Arab Saudi itu merupakan pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia.

Jika blokade terus berlanjut, Sheikh Mohammed menyatakan, pihaknya akan bergantung pada negara-negara lain termasuk musuh bersama Saudi Cs, Iran.

"Kami punya rencana cadangan yang mana menargetkan Turki, Kuwait, dan Oman," tutur Sheikh Mohammed.

"Iran telah memfasilitasi jalur udara bagi penerbangan kami dan kami bekerja sama dengan seluruh negara yang dapat menjamin pasokan bagi Qatar," imbuhnya.

Pasukan Turki sendiri dikabarkan telah tiba di Qatar. Kedatangan mereka kabarnya untuk melakukan latihan bersama. Tidak disebutkan jumlah pasti pasukan tersebut.

Dengan luas wilayah 11.581 kilometer, Qatar tergolong negara super kaya. Negeri yang kini dipimpin oleh Emir Tamim bin Hamad Al Thani tersebut menjadi "rumah" bagi pangkalan militer Amerika Serikat terbesar di Timur Tengah.

Tak hanya itu, Turki juga menempatkan pangkalan militernya di Qatar.

 

Simak video berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya