Ilmuwan Berhasil Melakukan Teleportasi dari Bumi ke Angkasa Luar

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ilmuwan China berhasil melakukan teleportasi ke angkasa luar. Jadi terobosan baru.

oleh Citra Dewi diperbarui 14 Jul 2017, 09:09 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2017, 09:09 WIB
Bumi
Penampakan Bumi dilihat dari angkasa luar (apod.nasa.gov)

Liputan6.com, Beijing - Teleportasi merujuk pada orang atau materi yang bisa berpindah dari satu lokasi ke tempat lain dalam sekejap. Awalnya, orang menduga itu hanya ada dalam kisah fiksi, namun, meski belum seperti yang dibayangkan, gagasan itu bukan hal mustahil.

Sejumlah ilmuwan China telah berhasil melakukan teleportasi ke angkasa luar untuk pertama kalinya. Mereka mengirim foton dari Bumi ke satelit yang berjarak 482 km -- jarak terjauh yang diuji dalam eksperimen teleportasi. 

Teleportasi tersebut menggunakan efek unik dari quantum entaglement. Cara tersebut tidak mengirimkan obyek asli ke jarak jauh. Sebaliknya, ia mentransfer informasi tentang foton ke titik lain di luar angkasa sehingga menciptakan replikasi obyek yang meyakinkan.

Ini menandai pertama kalinya efek tersebut diuji dalam jarak jauh. Kesuksesan itu bisa membuka peluang bagi banyak manfaat, termasuk internet kuantum yang menghubungkan berbagai belahan dunia dengan kecepatan tak terbayangkan.

Sampai saat ini, percobaan terhambat dan hanya dapat mencapai jarak pendek karena masalah dengan kabel atau sinyal pembawa informasi.

Namun uji coba baru tersebut membuat ilmuwan dapat melakukan teleportasi sampai ke satelit.

Teleportasi sejatinya telah menjadi hal yang sangat umum di Bumi, di mana para ilmuwan dapat langsung memotret informasi tentang foton dari jarak lebih dekat. Tapi studi baru tersebut akan membuatnya lebih praktis dan berdaya guna.

"Pekerjaan ini membangun sebuah koneksi darat-ke-satelit, yang berjarak sangat jauh dan terpercaya untuk teleportasi kuantum -- sebuah langkah penting untuk mewujudkan internet kuantum berskala global," tulis para ilmuwan di artikel mereka yang telah dipublikasikan secara online seperti dikutip dari The Independent, Jumat (14/7/2017).

Satelit bernama Micius itu diluncurkan dari gurun Gobi oleh tim yang bertanggung jawab atas proyek tersebut pada 2016.

Micius sendiri dapat menerima foton dan cukup sensitif untuk menangkap dan melihat mereka, di mana tim di lapangan memiliki peralatan yang bisa mengirim foton ke angkasa luar. Jika digunakan bersamaan, peralatan tersebut memungkinkan ilmuwan menguji interaksi tim di Bumi dengan foton.

Cara kerja itu memanfaatkan efek dari quantum entanglement, yang oleh Einstein digambarkan sebagai 'tindakan seram di kejauhan'. Efeknya menggambarkan perilaku di mana partikel tampak saling beraksi secara langsung dan aneh.

Keterikatan itu tidak dibatasi oleh jarak, yang berarti bahwa dua partikel dapat berinteraksi meski jaraknya sangat jauh.

Para ilmuwan berharap dapat menggunakan efek itu untuk sejumlah tujuan, termasuk mengirim pesan yang dapat diterima jauh lebih cepat dibanding menggunakan cara tradisional.

 

Simak video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya