Liputan6.com, Seoul - Sekitar 60 kilometer dari Seoul, Korea Selatan, ada sebuah kompleks yang terus dibangun. Sekilas, penampakannya mirip sebuah kota mandiri, dengan gedung-gedung dan bangunan bertingkat, taman bermain, dan pusat perbelanjaan.
Baca Juga
Supermarket berjejer dengan toko-toko makanan lain dan restoran makanan cepat saji. Ada lapangan olah raga dan sejumlah fasilitas lainnya.
Advertisement
Itu bukan kota biasa, melainkan pangkalan militer AS yang bernilai US$ 13 miliar, yang terletak di Korea Selatan.
Kamp Humphreys, yang dikenal sebagai Garnisun Angkatan Darat Amerika Serikat-Humphreys (USAG-H), terletak di dekat daerah metropolitan Anjeong-ri dan Pyeongtaek. Dikutip dari News.com.au, Rabu (2/7/2017) sebuah proyek perluasan yang besar kini tengah dikerjakan.
Fasilitas militer itu dilengkapi gedung apartemen, taman bermain, dan lapangan golf, serta tiga pusat kebugaran. Tak ketinggalan gedung khusus bowling dengan 48 jalur.
Menurut Washington Post, AS dan Korsel telah mendiskusikan tentang perpindahan markas militer AS dari Yongsan ke Pyeongtaek selama 20 tahun.
Pangkalan ke-8 militer AS itu telah memindahkan isi markasnya pada akhir bulan lalu. Kini ada 25 ribu orang telah menempati markas baru itu.
Pekerjaan tambahan akan selesai pada akhir tahun ini. Setelah rampung, Kamp Humphreys diharapkan bisa menampung 1.000 keluarga dan 45 ribu personel militer AS.
Ada empat sekolah baru dan rumah sakit militer yang kini penyelesaiannya tinggal tahap akhir.
Dalam situs video berbagi, Kamp Humphreys mempromosikan dirinya sebagai "fasilitas militer paling moderen di seluruh dunia."
Namun Kolonel Scott W Mueller, komandan garnisun kamp Humphreys, mengatakan kepada Anna Fiefield dari Washington Post, markasnya tak sekedar paling moderen. Tapi juga canggih.
Kolonel Mueller mengatakan, teknologi komunikasi mutakhir dan perlindungan yang lebih ketat berarti markas tersebut jauh lebih terlindungi dari kemungkinan serangan Korut.
"Di sini kita sedikit lebih jauh dari jangkauan serangan mereka --jika Korut mampu menyerang. Kondisi itu memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan strategis di masa gawat," katanya.
Kamp Humphreys memiliki beberapa unit taktis dan pendukung langsung untuk Angkatan Darat AS termasuk Brigade Penerbangan Combat ke-2, unsur-unsur Brigade Sinyal 1, Brigade Intelijen 501 dan Brigade Medis ke-65.
Sebuah pernyataan tahun 2014 yang dikeluarkan oleh kantor urusan publik USAG Humphreys, lapangan terbang di pangkalan tersebut adalah yang paling aktif di Pasifik.
Kawasan itu juga merupakan lokasi proyek konstruksi dan transformasi terbesar dalam sejarah Departemen Pertahanan AS.
"Dengan pindah ke wilayah selatan semenanjung, yang populasinya kurang padat, Angkatan Darat AS akan memperbaiki kesiapan dan efisiensi, sambil terus meningkatkan kemitraannya dengan masyarakat lokal," tulis pernyataan itu.
Langkah dan ekspansi telah direncanakan selama bertahun-tahun.
Menurut kutipan majalah Stars and Stripes tahun 2014, relokasi telah menghadapi banyak penundaan karena masalah pendanaan dan konstruksi. Pemindahan tersebut sejatinya dilakukan pada 2008, namun ditunda dua kali, pada 2012 dan 2016.
Diperluas Saat Tensi Meninggi
Sebagai rumah bagi Lapangan Udara Angkatan Darat Desiderio, Kamp Humphreys juga mendukung berbagai unit tentara, transportasi, dan taktis.
Berbicara di sebuah video YouTube pada bulan Juli tahun lalu, komandan USAG Humphreys, Kolonel Joseph C Holland, mengatakan bahwa tentara yang tinggal di sana dapat mengharapkan kondisi kehidupan yang lebih baik, di banding di negara lain.
"Selama beberapa tahun kami membangun sebuah instalasi baru di Kamp Humphreys, ini dirancang untuk ramah terhada tentara, keluarga dan pejalan kaki," katanya.
Keluarga yang tinggal di sini dapat memilih rumah dengan tiga, empat, dan bahkan lima kamar tidur yang dilengkapi dengan parkiran. Tempat tinggal mereka juga dekat dengan sekolah, fasilitas belanja dan makan.
Perluasan garnisun terjadi di saat ketegangan di Semenanjung Korea meninggi menyusul dua uji coba rudal balistik antar benua bulan lalu.
Baru minggu lalu pemimpin Korea Utara Kim Jong-un membual, negaranya sekarang bisa menyerang target di AS setelah melakukan tes ICBM keduanya.
Kedua tes tersebut memicu respons marah dari Presiden AS Donald Trump yang meminta China untuk berbuat lebih banyak untuk menghentikan sekutunya.
Baru hari ini, pakar kebijakan luar negeri dari Partai Republik Lindsey Graham memperingatkan Trump lebih suka berperang untuk menghancurkan Korea Utara daripada membiarkannya mengembangkan rudal bersenjata jarak jauh.
Namun Menteri Luar Negeri Rex Tillerson mengatakan AS tidak ingin menggulingkan pemerintah Korea Utara.
"Kami tidak mengincar perubahan rezim, kami tidak berniat menjatuhkan rezim, tidak menginginkan percepatan penyatuan kembali dua Korea, kami tidak mencari alasan untuk mengirim militer ke utara dari Paralel ke-38," kata Tillerson kepada wartawan di Departemen Luar Negeri AS.
"Kami bukan musuh Anda (Korut)... tapi Anda menghadirkan ancaman yang tidak dapat kami terima, dan kami harus meresponsnya."
Advertisement