China Sebut Pernyataan Zelenskyy soal Warganya Ikut Perang di Ukraina Tidak Bertanggung Jawab

Para tentara bayaran asal China disebut bertugas di resimen infanteri bermotor Rusia ke-70, ke-71, dan ke-255.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 11 Apr 2025, 11:07 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 11:07 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selama wawancara dengan FOX News Channel di Washington, Jumat (28/2/2025).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selama wawancara dengan FOX News Channel di Washington, Jumat (28/2/2025). (Dok.  AP/Jose Luis Magana)... Selengkapnya

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China pada Kamis (10/4/2025), menyebut tuduhan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bahwa Rusia secara aktif merekrut warga negaranya untuk bertempur di Ukraina sebagai sesuatu yang "tidak bertanggung jawab".

Zelenskyy, dalam pernyataannya pada Rabu, mengatakan bahwa lebih dari 150 tentara bayaran asal China aktif di medan perang. Pernyataan ini muncul setelah pasukan Ukraina menangkap dua warga negara China yang bertempur di pihak Rusia di wilayah timur Ukraina.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian kembali menegaskan bahwa China mendukung penyelesaian damai atas konflik di Ukraina dan bahwa pemerintah China "selalu mengimbau warganya untuk menjauhi wilayah konflik bersenjata, menghindari keterlibatan dalam konflik apa pun, terutama menjadi bagian dari operasi militer pihak mana pun."

"Kami menyerukan kepada pihak terkait untuk bersikap objektif dan rasional mengenai peran China, serta tidak menyampaikan pernyataan yang tidak bertanggung jawab," kata Lin dalam konferensi pers harian, menjawab pertanyaan soal klaim Zelenskyy seperti dilansir AP.

Dua warga negara China yang ditangkap diidentifikasi bernama Wang Guangjun, yang merupakan kelahiran tahun 1991, dan Zhang Renbo, kelahiran tahun 1998.

China dan Rusia dikenal memiliki hubungan strategis yang erat. Beberapa hari sebelum Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina tiga tahun lalu, Presiden Vladimir Putin dan Presiden Xi Jinping menandatangani dokumen "persahabatan antara kedua negara tanpa batas".

Hingga kini, tidak ada bukti bahwa China secara langsung mengirim pasukan atau senjata ke Rusia. Namun, China dilaporkan memberikan dukungan diplomatik dan bantuan ekonomi yang kuat lewat pembelian minyak, gas, dan mineral dari Rusia, serta memasok mayoritas barang "dua guna" (dual-use) seperti mesin yang bisa digunakan untuk keperluan sipil maupun militer.

Ukraina Siap Lakukan Pertukaran

Perang Rusia dan Ukraina
Salah satu dari dua rudal menghancurkan bagian dari gedung apartemen antara lantai empat dan sembilan, kata Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko. (AFP/Ukrainian Emergency Service)... Selengkapnya

Mengutip laporan intelijen, Zelenskyy mengatakan bahwa Rusia merekrut warga China melalui media sosial, dengan menyebarkan video dan berita untuk menarik minat calon tentara bayaran.

"Masalah China ini serius," kata Zelenskyy dalam jumpa pers dengan wartawan. "Ada 155 orang yang datanya kami miliki—termasuk nama dan nomor paspor—yang saat ini bertempur melawan rakyat Ukraina di wilayah Ukraina. Kami masih mengumpulkan data dan meyakini jumlah mereka sebenarnya jauh lebih banyak."

Zelenskyy menjelaskan bahwa skema perekrutan mereka cukup jelas. Salah satu caranya adalah melalui media sosial, khususnya TikTok dan media sosial asal China lainnya, di mana pihak Rusia menyebarkan video promosi perekrutan. Dia mengklaim, "Secara resmi, Beijing mengetahui hal ini. Video perekrutan itu disebarkan di platform media sosial asal China oleh Rusia."

Dia menambahkan bahwa perekrutan ini bukanlah hal rahasia, meskipun ada kemungkinan beberapa bagian dari prosesnya dilakukan secara tertutup.

Beberapa foto diduga para tentara bayaran asal China juga disebarkan. Dalam dokumen tersebut dicatat kapan mereka tiba di pusat pelatihan militer Rusia dan kapan mereka diberangkatkan ke medan tempur.

Menurut Zelenskyy, para rekrutan ini berangkat ke Moskow, menjalani pemeriksaan kesehatan, kemudian menjalani pelatihan militer selama 1–2 bulan sebelum diterjunkan ke Ukraina.

Baik Rusia maupun Ukraina sama-sama telah menggunakan tentara bayaran dan pejuang asing dalam konflik mereka.

Ribuan tentara asal Korea Utara juga disebut bertempur untuk Rusia di wilayah Rusia. Meskipun efektivitas mereka dianggap minim, kehadiran pasukan asing dinilai menunjukkan bahwa Rusia menawarkan bayaran tinggi dan mengalami kesulitan merekrut dari warga negaranya sendiri, di mana banyak di antaranya justru kabur ke luar negeri untuk menghindari wajib militer.

Zelenskyy menyatakan bahwa Ukraina bersedia menukar tentara bayaran asal China yang tertangkap dengan tentara Ukraina yang saat ini ditawan Rusia. Dua warga negara China itu bertugas di brigade militer Rusia yang berbeda dan ditangkap di dua desa berbeda di wilayah Donetsk. Saat ini mereka ditahan oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU) di Kyiv.

"Kami meyakini bahwa yang lainnya masih berada di Ukraina timur, tapi untuk memastikan, kita perlu melakukan pencarian. Ini dua desa berbeda, dua brigade berbeda. Dan masing-masing brigade bertanggung jawab atas wilayah yang cukup luas," ujar Zelenskyy.

Dia menegaskan dirinya belum secara tegas menuduh Beijing memiliki kebijakan resmi mengirim tentara bayaran ke Ukraina. Hingga saat ini, ungkap Zelenskyy, dia masih belum mengetahui secara pasti apa sebenarnya niat China dalam hal ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya