Korut Panggil Pulang Dubesnya di China, PBB dan Rusia, Ada Apa?

Korea Utara memanggil pulang sejumlah duta besarnya. Mereka berkumpul dalam sebuah rapat di Pyongyang.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Agu 2017, 17:03 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2017, 17:03 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (AP Photo/Wong Maye-E, File)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memanggil pulang sejumlah duta besarnya. Alasannya, untuk menghadiri pertemuan gabungan di Pyongyang.

Dikutip dari laman Daily Mail, Senin (14/8/2017), pertemuan yang berlangsung tersebut dihadiri Duta Besar untuk China Ji Jae-tyong, Duta Besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ja Song-nam, dan Duta Besar untuk Rusia Kim Hyong-jun.

Belum jelas apa tujuan para pemimpin korps diplomatik itu dipanggil pulang. Spekulasi pun menyeruak.

"Korea Utara tampaknya tengah merencanakan misi diplomatik asing sehingga memanggil pulang beberapa perwakilan yang tersebar di beberapa negara," ujar seorang pejabat pemerintah kepada Kantor Berita Korea Selatan, Yonhap.

Sementara, dalam sebuah konferensi pers, Juru Bicara Kementerian Unifikasi Baek Tae-hyun mengatakan, bisa jadi pertemuan tersebut hanya sekedar pertemuan biasa yang secara rutin dilakukan oleh para diplomat Korut.

Sementara, beberapa pihak menilai, muncul sejumlah indikasi terkait persiapan Korut untuk uji coba nuklir dan peluncuran rudal lainnya. Bisa jadi, pemanggilan tersebut adalah salah satunya.

Baru-baru ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, Korut akan menerima ganjaran apabila menyulut api kemarahannya. Hal tersebut berkaitan dengan ancaman Korut yang ingin melepaskan serangan rudal di Guam -- sebuah wilayah AS yang juga menjadi pangkalan militer Negeri Paman Sam tersebut.

Walau isu peluncuran rudal ke Guam telah digaungkan oleh Korut, Direktur CIA Mike Pompeo menjamin tak ada peristiwa besar yang akan segera terjadi. Termasuk peluncuran rudal yang disampaikan oleh rezim Kim Jong-un.

"Tak akan ada peristiwa yang terjadi. Para intelijen telah mengidentifikasi, tak ada serangan nuklir dalam waktu dekat," ujar Pompeo.

Selain menepis isu serangan nuklir di Guam, Pompeo juga membantah isu Korut yang memiliki sebuah hulu ledak nuklir yang dipasang pada rudal balistik antar benua yang dapat menyerang AS.

Meski begitu, ia yakin jika Korea Utara akan terus mengembangkan kemampuan rudalnya di bawah kepemimpinan Kim Jong-un.

Selain itu, Penasehat Keamanan Nasional HR Mc Master mengatakan, AS akan mengambil semua tindakan yang mungkin terjadi untuk menyelesaikan ancaman nuklir Korea Utara tanpa melakukan tindakan militer.

Ketika ditanya jika ada ancaman yang akan memancing reakasi militer AS oleh ABC Week, McMaster hanya menjawab, tergantung pada sifat ancamannya.

Sementara itu, Chiefs of Staff AS, Jenderal Joseph Dunford dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Korea Selatan pada Senin 14 Agustus 2017.

Dunford dan Presiden Moon Jae-in dilaporkan akan membahas ancaman Korea Utara.

Namun, Korea Utara bukan satu-satunya negara yang tengah diawasi oleh AS. Presiden Trump diduga tengah berencana melakukan penyelidikan apakah China mencuri teknologi negaranya.

Pemerintah China belum memberi komentar atas dugaan yang dilancarkan oleh AS.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya