Liputan6.com, Singapura - Baru-baru ini, sejumlah layanan ATM milik sebuah bank swasta nasional terganggu karena adanya masalah dengan satelit Telkom-1 yang mendukung jejaring komputer anjungan tunai mandiri.
Satelit Telkom-1 disebut-sebut telah melewati masa usia pakai selama 15 tahun. Lamanya masa pakai sendiri bergantung kepada ketersediaan bahan bakar yang dipakai untuk menyalakan roket penjaga posisi satelit di orbit.
Sejumlah berita menyebutkan bahwa satelit uzur tersebut hancur berkeping-keping, walaupun PT Telkom menyatakan masih menerima sinyal komunikasi dari satelit tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, perusahaan dirgantara Lockheed Martin yang membuat satelit tersebut juga membantah berita kehancuran satelit A2100 yang menjadi platform andalan mereka.
Ketika ditanyai melalui surel oleh Liputan6.com pada Senin (4/9/2017), juru bicara Lockheed Martin untuk kawasan Asia mengirimkan pernyataan resmi berisi bantahan.
"Telkom-1 pertama kalinya diluncurkan pada 1999 dan telah beroperasi 3 tahun melebihi rancangan usia pakai selama 15 tahun. PT Telkom dan Lockheed Martin telah bekerja erat sejak Telkom-1 mengalami anomali pada 25 Agustus."
"Para insinyur dari PT Telkom dan Lockheed Martin melakukan kontak dengan satelit dan menelaah data tentang status operasionalnya untuk mengerti anomali yang terjadi dan menentukan langkah-langkah berikutnya."
"Satelit itu berfungsi dan memberi respons kepada perintah-perintah, walaupun anomali itu berdampak kepada status operasionalnya. Pada saat ini kami belum bisa memastikan kebenaran berita belakangan ini yang menduga-duga tentang adanya puing-puing."
Lockheed Martin mengaku terus mencari fakta-fakta kejadian dan mendukung upaya pemulihan layanan satelit.
Hancur Berkeping-keping?
Sebelumnya, seperti dikutip dari laman SpaceNews, pihak ExoAnalytics Solutions mengaku melacak kejadian pada 25 Agustus tersebut.
ExoAnalytics Solutions adalah perusahaan komersial tentang kewaspadaan (awareness) situasi angkasa. Untuk keperluan tersebut, mereka memiliki 160 teleskop guna melacak satelit-satelit dan benda-benda orbital.
Teleskop-teleskop itu dapat mendeteksi benda hingga ukuran 0,4 meter di orbit setinggi 36 ribu kilometer di atas Bumi. Dengan proses komputasi lanjutan, ukuran terkecil yang bisa dideteksi adalah 10 sentimeter.
Doug Hendrix, CEO perusahaan, mengatakan kepada SpaceNews, "Ada beberapa kepingan berukuran lebih besar yang dapat kami lacak secara individual."
"Pertanyaannya, apakah ada kumpulan keping-keping yang lebih kecil? Itulah yang ingin kami ketahui."
Hendrix mengatakan pihaknya masih perlu melakukan pengamatan-pengamatan lanjutan, tapi data-data awal menunjukkan bahwa Telkom-1 tidak bertabrakan dengan benda lain walaupun kerusakannya diduga parah.
"Menurut analisa data beberapa malam setelah kejadian, kami bisa menentukan apakah panel surya masih menempel di badan satelit."
"Pengamatan terhadap satelit itu memberikan indikasi bahwa satelit itu berguling cepat setelah kejadian."
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Advertisement