Liputan6.com, New York - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi yakin kontribusi Tanah Air di kancah perpolitikan dunia telah menciptakan sejumlah hasil positif.
"Kontribusi Indonesia dalam menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan menjadi landasan bagi upaya Indonesia mendorong terciptanya ekosistem yang sama di tingkat global," ujar Retno di hadapan 150 peserta pertemuan Asia Society di New York, Amerika Serikat seperti dimuat dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (26/9/2017).
Dalam pidato kunci, Menlu RI menegaskan bahwa upaya untuk menciptakan sebuah ekosistem perdamaian global itu bukanlah sebuah khayalan. Setengah abad lalu saat baru dibentuk, tidak ada seorang pun yang mengira ASEAN akan tetap berdiri hingga saat ini. Dan, organisasi multilateral 10 negara di Asia Tenggara itu kini menjadi jangkar stabilitas dan mesin pertumbuhan ekonomi kawasan.
Advertisement
"ASEAN merupakan contoh nyata bagaimana sebuah kawasan yang sarat akan konflik antar negara tetangga serta lemah secara ekonomi mampu bertransformasi menjadi salah satu kekuatan global," jelasnya.
Menurut Retno, ada tiga faktor keberhasilan ASEAN. Pertama, melalui ASEAN Way, telah tumbuh budaya dialog, konsensus, inklusivitas, serta penyelesaian damai atas dasar penghormatan pada kedaulatan dan keutuhan wilayah.
Baca Juga
Kedua, dari kultur dialog tumbuh kemampuan untuk mengembangkan institusi dan prinsip-prinsip seperti Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN), Treaty of Amity and Cooperation, ASEAN Charter, hingga terbentuknya Komunitas ASEAN. Terakhir, ASEAN memberikan platform bagi negara-negara mitranya, termasuk kekuatan besar dunia, untuk dapat bertemu secara rutin.
Meski begitu, ASEAN juga memiliki tiga tantangan utama, yakni bagaimana mengatasi persaingan geopolitik negara-negara besar, kejahatan lintas negara --termasuk terorisme-- serta menjaga keutuhan dan sentralitas ASEAN.
Secara lugas, Menlu RI menegaskan bahwa ASEAN telah memperkuat upaya kerja sama penanganan terorisme, khususnya terkait regionalisasi kelompok teroris seperti di Marawi, Filipina, melalui kerja sama subkawasan, seperti relasi trilateral. Bersama negara tetangga, Indonesia terus memperkuat pengawasan di perbatasan, guna mencegah perlintasan para teroris.
Selanjutnya, Menlu RI menjelaskan upaya diplomasi untuk kemanusiaan yang dilakukan ke Myanmar dan Bangladesh. Dijelaskan bahwa saat ini terus dilakukan upaya-upaya untuk memastikan agar bantuan kemanusiaan dapat berjalan lancar. Menlu RI juga menyampaikan upaya pendekatan kepada para tokoh agama dan masyarakat untuk turut membantu melakukan pendekatan kepada masyarakat.
Menutup ceramahnya, Menlu RI mengingatkan, "Perdamaian tidaklah diperoleh tiba-tiba, melainkan harus diperjuangkan bersama." Retno menyebutkan bahwa guna mewujudkan ekosistem perdamaian global, Indonesia siap untuk mempererat kerja sama dengan seluruh mitra, termasuk AS.
Asia Society mengundang Menlu RI untuk memberikan ceramah mengenai ekosistem perdamaian dan stabilitas global. Menurut Tom Nagorski, Wakil Presiden Eksekutif Asia Society, kontribusi Indonesia dalam menciptakan perdamaian patut mendapatkan pujian. Selain itu, inisiatif dan kepedulian Indonesia dalam penanganan berbagai krisis, juga layak menjadi contoh bagi negara-negara lainnya.
Asia Society adalah lembaga nirlaba terkemuka yang memiliki misi untuk mengembangkan saling pengertian dan kemitraan antarmasyarakat, pemimpin, dan institusi. Yayasan ini didirikan pada 1956 oleh John D Rockefeller III, salah satu tokoh terkemuka AS.
Saksikan video pilihan berikut ini: