Bertemu Kofi Annan di AS, Menlu Retno Bahas Krisis Rohingya

Menlu Retno bertemu dengan Kofi Annan di AS. Mereka membahas isu krisis Rohingnya di Rakhine State.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Mei 2017, 22:01 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2017, 22:01 WIB
Menlu Retno Marsudi bersama dengan Kofi Annan. (Dokumentasi Kemlu)
Menlu Retno Marsudi bersama dengan Kofi Annan. (Dokumentasi Kemlu)

Liputan6.com, Naypyidaw - Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi bertemu dengan Chair of the Advisory Commission on Rakhine State, Myanmar, Kofi Annan. Kedatangannya merupakan rangkaian kunjungan kerja RI ke New York, Amerika Serikat pada Minggu 7 Mei 2017.

Sebelum bertemu Kofi Annan, Menlu Retno bertemu Wapres Mike Pence, Ketua DPR Paul Ryan, dan Menlu Rex Tillerson di Washington DC, dalam kunjungan kerja ke Amerika Serikat.

Dalam pertemuan dengan Kofi Annan, keduanya membahas perkembangan terbaru proses penyelesaian isu Rakhine di Myanmar.

Seperti dikutip dari Kemlu.go.id, Senin (8/5/2017), Menlu Retno menyampaikan beberapa inisiatif bantuan Indonesia yang inklusif di Rakhine State.

Sementara
Kofi Annan memberikan informasi terkait hasil temuan yang dimuat dalam Interim Report and Recommendation yang dikeluarkan pada 16 Maret 2017.

Beberapa waktu lalu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arrmanatha Nasir juga buka suara soal krisis di Rakhine, Myanmar. Di tempat tersebut, terjadi konflik yang menyebabkan puluhan warga Rohingya kehilangan nyawa.

Menurut pria yang kerap disapa Tata ini, Pemerintah Indonesia mengikuti dengan seksama apa yang terjadi di negara bagian Myanmar tersebut.

"Kita prihatin dengan perkembangan yang terjadi beberapa minggu ini," sebut Tata di kantor Kemlu pada 21 Desember 2016.

Tata menjelaskan, sudah saatnya otoritas setempat bertindak. Hal ini penting agar perdamaian dan keamanan terus terjadi di seluruh bagian Myanmar.

"Pemerintah Indonesia mendorong dan mengharapkan pemerintah Myanmar dapat segera memulihkan situasi di Rakhine State," ujar Tata.

"Rakhine State bagian integral Myanmar, mereka yang tanggung jawab atas keadaan situasi yang aman damai di Rakhine State," jelas Tata.

Awal Mula Krisis di Rakhine

Ketegangan Rohingya dengan warga Rakhine pecah pada 2012. Penyebab utamanya sendiri hingga saat ini masih belum jelas.

Puluhan orang tewas kala itu, sementara ribuan lainnya terpaksa kehilangan rumah. Ada yang mengatakan bahwa bentrokan dipicu oleh pemerkosaan dan pembunuhan seorang perempuan Rakhine, diikuti dengan pembunuhan terhadap 10 warga muslim Rohingya.

Dilaporkan terdapat lebih dari satu juta warga muslim Rohingya yang bermukim di Rakhine. Di tengah mayoritas warga Myanmar yang beragama Buddha, mereka mendapat penolakan.

Pihak Myanmar menilai Rohingnya bukanlah warga asli negara itu, melainkan imigran ilegal dari Bangladesh.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya