1 Juta Warga Yaman Diprediksi Terjangkit Kolera pada Akhir 2017

Jumlah kasus kolera di Yaman saat ini mencapai sekitar 750.000. Angka tersebut naik hampir 276.000 kasus pada 5 Juli 2017.

oleh Citra Dewi diperbarui 30 Sep 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2017, 19:48 WIB
Wabah Kolera
Seorang anak yang diduga terinfeksi kolera dirawat di sebuah rumah sakit di Sanaa, Yaman (15/5). Kolera adalah infeksi bakteri pada usus halus yang bisa menyebabkan diare parah dan dehidrasi serta dapat menyebabkan kematian. (AFP Photo/Mohammed Huwais)

Liputan6.com, Sana'a - Jumlah orang yang terjangkit kolera di Yaman dapat mencapai 1 juta jiwa pada akhir tahun ini. Hal tersebut dinyatakan oleh Palang Merah Internasional.

Kepala delegasi Komite Internasional untuk Palang Merah di Yaman, Alexandre Faite, menggambarkan bahwa skala wabah itu belum pernah terjadi.

Faite mengatakan, jumlah kasus kolera di Yaman saat ini mencapai sekitar 750.000. Jumlah tersebut mengalami kenaikan signifikan, mengingat pada 5 Juli 2017 terdapat sekitar 276.000 kasus.

"Dengan kecenderungan seperti ini, kita bisa mencapai hingga 1 juta pada akhir tahun ini," imbuh Faite seperti dikutip dari CNN, Sabtu (30/9/2017).

Kolera adalah infeksi diare akut akibat makanan atau air yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri Vibrio cholera. Wabah itu dengan cepat menyebar dalam sistem sanitasi dan air yang buruk.

Lebih dari 14 juta orang terputus dari akses air bersih dan sanitasi akibat bergolaknya perang di Yaman. Tempat pembuangan akhir di kota-kota besar juga tak beroperasi.

Pada Juli lalu, badan kesehatan dunia atau WHO, mendeskripsikan bahwa wabah yang terjadi di Yaman sebagai wabah kolera terburuk di dunia.

Hingga 13 September 2017, terdapat 2.074 orang tewas akibat kolera di seluruh Yaman. WHO memperkirakan bahwa setiap harinya, terdapat 5.000 warga yang terjangkit kolera.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tantangan di Tengah Wabah Kolera

Yaman juga harus berjuang dalam menghadapi wabah kolera di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan. Pasalnya, lebih dari setengah fasilitas tak dapat beroperasi karena hancur akibat konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.

"Tragedinya adalah, baik kekurangan gizi dan kolera sebenarnya mudah ditangani jika terdapat akses ke kesehatan dasar yang baik. Namun, rumah sakit dan klinik di sana telah hancur, pekerja medis pemerintah tak dibayar hampir satu tahun, dan saluran pengiriman bantuan vital terhambat," ujar Direktur Save the Childen untuk Yaman, Tamer Kirolos.

"Pekerja kesehatan Yaman bekerja dalam kondisi yang tak memungkinkan. Ribuan orang sakit, tapi rumah sakit, obat-obatan, dan air bersih tak memenuhi kebutuhan. Para dokter dan perawat adalah tulang punggung kesehatan di sana. Tanpa mereka, kita tak bisa melakukan apa-apa di Yaman," ujar Dirjen WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dehidrasi karena berkurangnya cairan tubuh adalah alasan mengapa kolera dapat menewaskan seseorang dalam hitungan jam jika tak ditangani dengan cepat. Sekitar 80 persen kasus kolera dapat ditangani dengan cairan hidrasi -- seandainya tersedia.

Faite mendesak pembukaan kembali bandara di Sana'a, kota terbesar Yaman, terhadap semua penerbangan yang mengangkut misi kemanusiaan secara penuh. Hal tersebut bertujuan agar semua akses penerbangan komersial untuk mengevakuasi pasien ke luar negeri bisa dilakukan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya