Pangeran Arab Saudi Ini Tewas Saat Ditangkap Pihak Putra Mahkota?

Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd diduga tewas dalam baku tembak dengan komisi antikorupsi Saudi, setelah dirinya menolak untuk diringkus.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 09 Nov 2017, 21:30 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2017, 21:30 WIB
(Kanan) Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd (AFP)
(Kanan) Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd (AFP)

Liputan6.com, Riyadh - Seorang Pangeran Arab Saudi diduga tewas. Informasi itu muncul beberapa hari usai kematian Pangeran Mansour Bin Muqrin dalam sebuah kecelakaan helikopter dan penangkapan 11 pangeran Saudi lain yang dilakukan oleh komisi antikorupsi negara kaya minyak itu.

Seperti dikutip dari Daily Pakistan (9/11/2017), Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd diduga tewas dalam baku tembak dengan komisi antikorupsi Saudi, setelah dirinya menolak untuk diringkus.

Menurut media lokal Al-Masdar, Pangeran Abdul Aziz -- anak bungsu Raja Fahd -- diduga masuk dalam daftar salah satu figur elite kerajaan yang hendak diringkus oleh komisi antikorupsi Saudi, yang dipimpin oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman.

Media itu juga mengabarkan bahwa Pangeran Abdul Aziz diduga terlibat dalam baku tembak dengan otoritas Saudi saat akan ditangkap, mengakibatkan sang pangeran terluka dan harus dirawat di rumah sakit.

Namun beberapa saat kemudian, Al-Masdar menghapus berita tersebut.

Beberapa waktu kemudian, media lokal lain, Al-Itihad News menyebut bahwa Saudi Royal Court merilis obituari Pangeran Abdul Aziz (44 tahun) tanpa memberikan penjelasan mengenai penyebabnya.

Dugaan kematian sang pangeran kemudian viral di dunia maya, setelah mantan agen untuk Biro Federal Investigasi Amerika Serikat (FBI) Ali H Soufan mengunggah kabar tersebut ke Twitter.

"(Pangeran) Abdul Aziz dikonfirmasi telah tewas. Ia berusia 44 tahun. Sebelumnya, Pangeran Mansour, anak mantan putra mahkota Pangeran Muqrin, juga dipastikan tewas," tulis Soufan dalam akun Twitter pribadinya, @Ali_H_Soufan.

Desas-desus kematian Pangeran Abdul Aziz juga dimuat dalam situs penelusur fakta, The Duran. Mengutip pernyataan resmi dari Saudi Royal Court, The Duran menulis, "sang pangeran tewas saat hendak ditangkap", namun tidak menyebut soal baku tembak selama proses penangkapan.

Sementara itu, media Inggris Daily Mail Online turut mencoba mengonfirmasi kabar tersebut kepada Kementerian Budaya dan Informasi Saudi.

Kementerian itu memberikan keterangan kepada Daily Mail Online via surat elektronik dengan menulis, "Tidak ada kebenaran apapun soal rumor yang beredar di media mengenai Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd. Sang pangeran masih hidup dan sehat."

Media Timur Tengah lain, Middle East Eye juga menerima laporan serupa dari Kementerian Kebudayaan dan Informasi Saudi yang menyebut bahwa Pangeran Abdul Aziz masih hidup dan sehat.

Seperti dikutip dari Daily Pakistan, berbagai pihak -- termasuk media asing -- masih menunggu konfirmasi dan verifikasi resmi dari pemerintah Saudi.

 

Konsolidasi Kekuasaan Sang Putra Mahkota?

Desas-desus kematian Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd mencuat beberapa hari usai elite monarki Saudi lain, Pangeran Mansour Bin Muqrin tewas dalam sebuah kecelakaan helikopter dekat perbatasan Yaman pada Minggu 5 November siang waktu setempat.

Tak hanya itu, obituari Pangeran Abdul Aziz juga muncul beberapa hari usai operasi komisi anti korupsi Saudi -- yang dipimpin oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman -- menangkap 11 pangeran monarki, juga pada 5 November.

Kesebelas pangeran itu, menurut klaim komisi tersebut, diduga melakukan korupsi. 

Kendati demikian, sejumlah analis Barat ragu bahwa operasi yang dimotori oleh komisi pimpinan Bin Salman murni dilakukan untuk memberantas korupsi di Saudi. Bisa jadi, ia justru ingin menyingkirkan bibit-bibit perlawanan di dalam monarki.

"Pangeran Bin Salman mungkin berdalih ia tengah melawan korupsi. Namun, penangkapan terhadap menteri, eks anggota kabinet, dan para pangeran senior akan mengejutkan para pemerhati isu Arab, yang akan menganggap langkah itu sebagai sebuah konsolidasi kekuasaan," kata David Ignatius, pemerhati politik asal Amerika Serikat sekaligus kolumnis untuk The Washington Post.

"Sang pangeran muda hendak menggenggam kekuatan eksekutif itu secara agresif demi mendorong agendanya," ucap David Ignatius.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya