Pangeran Arab Saudi Tewas dalam Kecelakaan Helikopter

Pangeran Arab Saudi, Mansour bin Muqrin tewas ketika helikopter yang ditumpanginya celaka di perbatasan Yaman.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 06 Nov 2017, 08:27 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2017, 08:27 WIB
Pangeran Arab Saudi,  Mansour bin Muqrin tewas dalam kecelakaan helikopter, Minggu (5/11/2017) (kku.edu.sa)
Pangeran Arab Saudi, Mansour bin Muqrin tewas dalam kecelakaan helikopter, Minggu (5/11/2017) (kku.edu.sa)

Liputan6.com, Riyadh - Seorang pangeran Arab Saudi tewas ketika helikopter yang ditumpanginya celaka dekat perbatasan dengan Yaman, demikian dikabarkan saluran televisi Al-Ikhbariya.

Seperti dikutip dari BBC, Senin (6/11/2017), Pangeran Mansour bin Muqrin yang menjabat sebagai Wakil Gubernur Provinsi Asir, sedang bepergian bersama sejumlah pejabat ketika helikopter yang membawa mereka jatuh.

Penyebab kecelakaan hingga kini belum diketahui. Masih misterius.

Seperti dikabarkan Al Arabiya, sejumlah sumber mengatakan, helikopter nahas tersebut memuat delapan orang. Minggu pagi itu, sang pangeran berniat menginspeksi proyek al-Saida al-Sawalha Center.

Kecelakaan terjadi sehari setelah rudal balistik yang diluncurkan kubu Houthi di Yaman ditembakkan ke arah Bandara Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Misil itu berhasil dicegat.

Pangeran Mansour bin Muqrin adalah putra Muqrin bin Abdulaziz al Saud --Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi yang menjabat dalam waktu singkat, Januari hingga April 2015.

Posisinya Muqrin kala itu digeser oleh saudara tirinya, Salman bin Abdul Aziz al Saud yang kini menjadi raja Arab Saudi. Pangeran yang tewas menikah dengan Putri  Saud bin Fahd Al Saud pada 2013. Dua putri lahir dari pernikahan tersebut.  

Nasib penumpang lain di dalam helikopter belum diketahui. Namun, media Okaz mengabarkan, kabar yang belum terkonfirmasi menyebut, tak ada yang selamat dalam insiden itu.

Kematian Pangeran Mansour bin Muqrin terjadi di tengah penangkapan besar-besaran sejumlah pangeran dan pejabat Arab Saudi dalam kasus dugaan korupsi.

Sebelas pangeran dan empat menteri ditangkap oleh badan antikorupsi pimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang baru resmi dinyatakan berdiri dalam itungan jam.

Meski pemberantasan antikorupsi hingga level tertinggi itu didukung banyak pihak, ada juga yang mempertanyakan motif politik di balik itu.

Diduga, tindakan itu dilakukan untuk mengukuhkan posisi Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebagai pemimpin Arab Saudi selanjutnya.

Salah Satu Orang Terkaya Dunia Ditangkap

Sebanyak 11 pangeran, empat menteri, dan belasan mantan menteri ditahan pada Sabtu malam 4 November 2017.

Salah satunya adalah Pangeran Alwaleed bin Talal, yang namanya masuk daftar orang terkaya di dunia versi Forbes.

Penangkapan bos King Holding Company tersebut diungkap salah satu bawahannya, secara anonim, kepada The Associated Press.

Menggunakan bendera King Holding Company, Pangeran Alwaleed bin Talal diketahui punya investasi di sejumlah perusahaan ternama seperti Twitter, Apple, News Corporation, Citigroup, jaringan hotel Four Seasons, dan perusahaan layanan berbagi transportasi asal Amerika Serikat Lyft.

Alwaleed adalah cucu dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz al-Saud, dan keponakan raja yang menjabat saat ini, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

Ia juga dikenal sebagai sosok yang blak-blakan, telah lama memposisikann diri sebagai pembela hak-hak perempuan di Arab Saudi. Alwaleed juga pemilik mayoritas Rotana Group.

Sejauh ini, pihak Pemerintah Arab Saudi hanya mengumumkan bahwa penyelidikan antikorupsi sedang dilakukan.

Sementara, media yang dekat dengan penguasa, Al Arabiya melaporkan bahwa sejumlah pangeran dan menteri ditangkap, tanpa menyebut siapa saja nama mereka.

Sementara itu, seperti dikutip dari CNN, Minggu (5/11/2017), juga ada dalam daftar mereka yang ditangkap adalah kepala staf istana kerajaan Khaled Al-Tuwaijri, pengusaha media Waleed Al-Ibrahim, dan Pangeran Turki Bin Nasser.

"Raja Salman memerintahkan inisiatif antikorupsi baru sebagai bagian dari agenda reformasi aktif yang bertujuan menanggulangi masalah terus-menerus yang telah menghambat usaha pembangunan di Kerajaan dalam beberapa dekade terakhir," demikian diungkap dalam siaran pers Kementerian Komunikasi Arab Saudi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya