Presiden Turki Ancam Putuskan Hubungan dengan Israel

Presiden Turki Erdogan mengancam akan memutuskan hubungan dengan Israel bila AS akui Yerusalem sebagai ibu kota negeri zionis.

oleh Afra Augesti diperbarui 07 Des 2017, 09:36 WIB
Diterbitkan 07 Des 2017, 09:36 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Reuters)

Liputan6.com, Turki - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan memutuskan hubungan dengan Israel. Tindakan tegas ini ia ambil jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Seperti dilaporkan wartawan VOA, Dorian Jones, dari Istanbul, hubungan diplomatik penuh antara Israel dan Turki baru saja pulih tahun lalu, usai Washington melakukan upaya diplomatik yang gencar.

Erdogan mengatakan, setiap langkah Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan menjadi pukulan besar bagi hati nurani manusia. Dalam pidatonya di parlemen Turki, Selasa 5 Desember 2017, Erdogan memperingatkan konsekuensi diplomatik yang harus dihadapi Trump jika Washington tetap melanjutkan langkah itu.

"Pak Trump, Yerusalem adalah garis merah bagi umat Islam. Turki bisa saja memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena masalah ini," tegas Erdogan, seperti dikutip dari VOA Indonesia (6/12/2017).

Erdogan selama ini adalah pendukung kuat Palestina. Ia telah berbicara dengan para pemimpin Palestina dalam beberapa hari terakhir. Donald Trump melewatkan tenggat waktu untuk menandatangani sebuah surat perintah. Surat tersebut berisi penundaan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Sejak 1995, setiap presiden AS telah menandatangani penundaan tersebut.

Pejabat Washington mengatakan, keputusan akhir belum tercapai mengenai masalah ini.

Menteri Kabinet Israel Naftali Bennett meremehkan komentar Erdogan.

"Akan selalu ada orang-orang yang mengkritik, tapi pada akhirnya, lebih baik memiliki Yerusalem yang bersatu daripada simpati Erdogan," katanya.

Hubungan antara Israel dan Turki diketahui pernah kandas pada 2010. Saat itu, pasukan komando Israel membunuh 10 aktivis Turki yang berusaha menerobos blokade ekonomi Israel di Gaza.

Meski hubungan diplomatik sudah pulih kembali, kedua negara itu semakin sering berada pada sisi yang berlawanan di kawasan tersebut. Turki marah karena Israel mendukung referendum kemerdekaan warga Kurdi Irak pada bulan September, sementara kerjasama Turki dan Iran telah memperkeruh hubungan dengan Israel.

Analis mengatakan, Erdogan memilih Israel daripada Washington sebagai tempat melampiaskan kemarahannya. Ini merupakan pertanda bahwa Erdogan mungkin enggan menyerang Donald Trump secara pribadi.

Walaupun sejumlah perbedaan telah mencemari hubungan AS dan Turki, yang merupakan sekutu NATO, Erdogan menghindari konfrontasi dengan Donald Trump. Begitu pula sebaliknya, Donald Trump juga menahan diri untuk tidak secara terbuka mengkritik Erdogan.

Pada September, terakhir kali kedua pemimpin bertemu, Donald Trump menggambarkan Erdogan sebagai "teman" dan hubungan mereka tetap dekat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya