Misterius hingga Berbahaya, 5 Pulau Ini Haram untuk Dikunjungi

Lima pulau di dunia ini disebut sebagai "tempat terlarang", karena tak ada manusia yang diperbolehkan ke sana.

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Apr 2018, 21:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2018, 21:00 WIB
Arwah penasaran (0)
Ilustrasi penampakan hantu. (Sumber Wikimedia/William Neuheisel via Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian besar orang, mengunjungi sebuah tempat yang belum pernah dijamah manusia adalah pencapaian tersendiri. Katakanlah tempat tersebut berada di pulau terpencil, sangat jauh dari keramaian dan terbilang mengerikan.

Terlebih, binatang-binatang buas masih sering menampakkan diri di situ. Biasanya, wilayah itu terbengkalai dan "haram" untuk dipijaki manusia. Selain berbahaya, pulau tersebut juga dipercaya dihuni makhluk halus atau diyakini memiliki kekuatan magis lain, seperti kutukan.

Di China, tepatnya Beijing, ada sebuah kota bernama Forbidden City atau Kota Terlarang. Meski namanya terkesan horor, kenyataannya tempat ini merupakan tujuan wisata utama para pelancong asing.

Anda diperkenankan masuk ke dalamnya dan mendapat akses berkeliling. Kota Terlarang adalah kompleks istana di pusat kota Beijing, bekas istana kekaisaran China dari dinasti Ming sampai akhir dinasti Qing -- tahun 1420 hingga 1912.

Kota Terlarang berfungsi sebagai rumah kaisar dan jantung kekuasaan, serta pusat seremonial dan politik pemerintah China selama hampir 500 tahun. Dulu, rakyat jelata memang tak boleh memasukinya.

Beda halnya dengan Forbidden City, tempat berikut justru terlarang untuk disambangi karena alasan khusus. Beberapa di antaranya dibatasi demi keamanan Anda, warga sekitar dan populasi yang menghuninya Ada pula area yang hanya bisa diakses oleh individu tertentu.

Berikut 5 pulau dan tempat terlarang di dunia yang tak boleh didatangi sembarang orang dan tak boleh tersentuh oleh manusia, seperti dikutip dari Cheat Sheet, Senin (9/4/2018).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

1. Pulau Ular, Brasil

Pulau Ular di Brasil
Ilha da Queimada Grande atau dikenal sebagai Pulau Ular di Brasil. (Wikimedia/Creative Commons)

Ilha da Queimada Grande atau juga disebut Pulau Ular, memiliki populasi ular berbisa yang sangat tinggi. Racun ular-ular yang mendiami pulau ini sangat kuat, sehingga mampu melelehkan daging korban di sekitar area gigitan dan membunuh dalam waktu kurang dari satu jam.

Beberapa orang sempat tinggal di pulau mematikan itu untuk mengoperasikan mercusuar yang didirikan pada 1909. Mercusuar ini dibangun untuk mengarahkan kapal-kapal yang melintas di sekitar pulau agar menjauhi pulau. Pengoperasian manual mercusuar dilakukan hingga 1920, setelahnya mercusuar berubah jadi otomatis.

Ketika itulah, manusia penghuni terakhir pulau -- yang merupakan penjaga mercusuar -- tercatat hidup di Ilha da Queimada Grande. Ia dan seluruh keluarganya dilaporkan tewas terbunuh oleh serangan kawanan ular berbisa. Hewan melata itu merayap masuk ke rumah melalui ventilasi dan jendela.

Rumor mengatakan bahwa tiap meter persegi di beberapa bagian pulau ditinggali oleh sedikitya satu ekor ular. Itulah sebabnya, pemerintah Brasil tidak pernah mengizinkan wisatawan untuk berkunjung ke Ilha da Queimada Grande. Bagi tim peneliti yang hedak riset, mereka akan diberikan akses masuk apabila membawa dokter.

Ilha da Queimada Grande adalah sebuah pulau di lepas pantai Brasil di Samudera Atlantik. Pulau ini dikelola sebagai bagian dari kotamadya Peru, di negara bagian São Paulo. Pulau ini berukuran kecil dan memiliki banyak jenis medan yang berbeda, mulai dari batu karang hingga hutan hujan. Iklimnya tergolong sedang.

Ilha da Queimada Grande menjadi satu-satunya rumah bagi spesies ular super berbisa yang terancam punah, ular kepala tombak emas (Bothrops insularis), yang mangsa utamanya burung. Ribuan ular yang ada di Ilha da Queimada Grande hidup karena terperangkap, ketika permukaan laut naik dan menutupi tanah yang menghubungkannya dengan daratan.

Hal ini membuat ular beradaptasi dengan lingkungan baru mereka, berkembang biak dengan pesat dan mengubah pulau menjadi tak layak huni bagi manusia. Uniknya, penutupan pulau dari akses publik bukan hanya demi keselamatan oang-orang saja, melainkan untuk melindungi populasi ular-ular di sana.

Akses masuk hanya disediakan untuk Angkatan Laut Brasil dan peneliti terpilih yang diperiksa oleh Chico Mendes Institute for Biodiversity Conservation, unit konservasi federal Brasil.

 

2. Pulau Sentinel Utara, India

Pulau Sentinel Utara
Pulau Sentinel Utara di India. (Jesse Allen/NASA/Wikimedia Commons)

Mengisolasikan diri dari masyarakat modern, bagi sebagian besar orang, tidaklah mudah. Tetapi itulah yang dilakukan oleh Suku Sentinel yang mendiami Pulau Sentinel Utara (North Sentinel Island) selama 60.000 tahun.

Pemerintah India juga tak mau "mengotak-atik" kehidupan mereka, membiarkan mereka tetap hidup apa adanya di alam liar. Ini adalah tradisi leluhur. Manusia yang hidup di luar Pulau Sentinel Utara diharamkan untuk menginjakkan kaki di sana, bahkan dalam jarak 5 kilometer dari pulau itu.

Primitifnya kehidupan Suku Sentinel membuat mereka enggan untuk membuka diri. Masyarakat adat di pulau tersebut belum mengetahui cara untuk menyembuhkan penyakit umum yang bersifat menular, sehingga mereka takut pada orang luar.

Ketika dua nelayan secara tidak sengaja hanyut terlalu dekat dengan pulau, para anggota suku segera membunuh mereka. Helikopter yang terbang terlalu dekat juga ditembak dengan panah. Itu sebabnya, mereka dianggap sebagai salah satu suku paling berbahaya di dunia.

Pulau Sentinel Utara adalah salah satu Kepulauan Andaman yang ada di Teluk Benggala. Secara tata letak, Pulau Sentinel adalah milik distrik administratif Andaman Selatan, bagian dari wilayah persatuan India di Kepulauan Andaman dan Nikobar.

Dalam prakteknya, pihak berwenang India memahami betul keinginan penduduk asli Pulau Sentinel yang ingin hidup terisolasi, sehingga otoritas membatasi peran mereka untuk memantau dari jarak jauh. Pemerintah India bahkan mengizinkan mereka untuk membunuh orang-orang non-Sentinal tanpa penuntutan.

Dengan demikian pulau tersebut akan tetap dianggap sebagai entitas berdaulat di bawah perlindungan India.

3. Daerah Penyangga PBB, Siprus

Zona Penyangga PBB
Tanda peringatan "Zona Penyangga PBB" di sisi selatan (Yunani) bila diamati dari Green Line di Nicosia, Cyprus. Sisi lain pagar adalah hak milik Turki. (Wikimedia Creative Commons)

Tanah tak bertuan ini didirikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, pasca perang sipil yang pahit.

Pada tahun 1974, Cyprus National Guard melakukan kudeta yang menyebabkan perang antara penduduk Yunani dan Turki. Sekarang pulau tersebut terbagi menjadi dua, untuk orang-orang Turki di utara dan etnis Yunani di selatan dengan zona penyangga (buffer zone) besar di tengahnya.

Zona Penyangga PBB di Siprus adalah zona demiliterisasi, dipatroli oleh Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Siprus (UNFICYP). Daerah ini didirikan pada tahun 1964 dan diperpanjang pada 1974 setelah gencatan senjata 16 Agustus 1974 dan invasi Turki ke Siprus.

Zona ini, juga dikenal sebagai Garis Hijau (Green Line), membentang 180 kilometer dari timur Paralimni ke barat Kato Pyrgos, di mana bagian yang terpisah mengelilingi Kokkina.

Zona ini memotong pusat Nicosia, memisahkan kota menjadi selatan dan utara. Secara total, buffer zone mencakup area seluas 346 kilometer persegi, dengan lebar yang bervariasi: mulai dari kurang dari 20 meter hingga lebih dari 7 kilometer.

Garis ini juga disebut sebagai Garis Attila, dinamai sesuai nama kode Turki untuk intervensi militer tahun 1974: Operasi Atilla. Pasukan Turki membangun penghalang di sisi utara zona tersebut, yang sebagian besar terdiri dari pagar kawat berduri, segmen dinding beton, menara pengawas, parit anti-tank, dan ladang ranjau.

Sekitar 10.000 orang hidup dan menggarap lahan pertanian yang terletak di dalam zona itu, yakni di desa Pyla yang menjadi satu-satunya desa di Siprus di mana orang-orang Yunani dan Turki hidup berdampingan. Desa-desa lainnya yang dihuni adalah Deneia, Athienou dan Troulloi.

Beberapa daerah tidak tersentuh oleh manusia dan tetap menjadi tempat yang aman bagi flora dan fauna. Di wilayah ini masih bisa ditemukan lahan bisnis, rumah, dan bahkan bandara yang terbengkalai setelah perang. Kondisi tersebut masih bisa dilihat dan dibiarkan seperti itu hingga sekarang.

4. Area 51, Nevada

Area 51 Nevada
Area 51 Nevada. (AFP)

Fasilitas Angkatan Udara Amerika Serikat, dikenal sebagai Area 51, adalah landasan pacu rahasia pesawat-pesawat tempur AS, terutama milik Edwards Air Force Base yang berada di bawah kendali Nevada Test and Training Range.

Menurut CIA, nama yang benar untuk fasilitas tersebut adalah Homey Airport and Groom Lake, di samping nama Area 51 yang digunakan dalam dokumen CIA sewaktu Perang Vietnam.

Fasilitas ini juga dijuluki Dreamland and Paradise Ranch. Penggunaan ruang udara khusus di sekitar lapangan disebut sebagai Restricted Area 4808 North (R-4808N).

Tujuan utama didirikannya tempat tersebut, hingga saat ini, tidak diketahui publik.

Namun berdasarkan bukti sejarah, kemungkinan besar Area 51 dibangun guna mendukung pengembangan dan pengujian pesawat eksperimental dan sistem senjata dari proyek gelap. Kemisteriusan Area 51 kerap menjadikannya sebagai subjek teori konspirasi dan legenda tentang UFO.

Meskipun tidak pernah dinyatakan sebagai pangkalan rahasia, semua penelitian dan kejadian yang terjadi di Area 51 -- atau sekitarnya -- akan diklaim sebagai bagian dari Top Secret/Sensitive Compartmented Information (TS/SCI).

Pada 25 Juni 2013, menyusul permintaan dari Freedom of Information Act (FOIA) yang diajukan pada tahun 2005, CIA secara terbuka mengakui keberadaan pangkalan untuk pertama kalinya, mendeklasifikasi dokumen yang merinci sejarah dan tujuan Area 51.

Area 51 terletak di bagian selatan Nevada, sebelah barat Amerika Serikat, 134 km utara-barat laut Las Vegas.

Situs ini diakuisisi oleh Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1955, terutama untuk pengujian penerbangan pesawat Lockheed U-2. Daerah di sekitar Area 51, termasuk kota kecil Rachel di "Extraterrestrial Highway", adalah tujuan wisata yang populer.

5. Chernobyl, Ukraina

Chernobyl di Ukraina
Chernobyl di Ukraina. (AFP)

Salah satu kecelakaan nuklir terburuk dalam sejarah terjadi pada 26 April 1986, dekat Chernobyl, Ukraina. Ledakan awalnya hanya menewaskan 28 orang, tetapi kebocoran radiasi yang diakibatkannya masih menyebabkan penyakit dan kanker bahkan hingga hari ini.

Tidak diketahui secara akurat berapa banyak orang yang terpapar radiasi nuklir, tetapi para ahli memperkirakan bahwa 9.000 hingga 1 juta orang akan binasa akibat paparan radiasi karena ledakan itu.

Bahkan sekarang, upaya pembersihan selama puluhan tahun belum mampu mensterilkan area sekitarnya. Direktur pembangkit listrik mengatakan, lahan itu kemungkinan besar tidak akan bisa dihuni lagi selama 20.000 tahun.

Chernobyl adalah sebuah kota di Zona Pengecualian Chernobyl, yang terletak di Ivankiv Raion, utara Kiev Oblast, dekat perbatasan Ukraina dengan Belarus. Kota ini adalah pusat administrasi Chernobyl Raion (distrik) sejak 1923 sampai disahkan pada tahun 1988. Sebelum evakuasi, kota ini memiliki sekitar 14.000 penduduk. Pada 2017, kota ini memiliki populasi 690.

Chernobyl dievakuasi pada 27 April 1986, 30 jam setelah bencana melanda Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir kota tersebut. Insiden ini merupakan kecelakaan nuklir paling parah dalam sejarah. Pembangkit listrik berada di distrik Chernobyl Raion.

Setelah kecelakaan maut itu, administrasi distrik Raion Chernobyl dipindahkan ke kota tetangga, Ivankiv Raion.

Kini, Chernobyl telah menjadi kota hantu, tetapi sejumlah kecil orang masih tinggal di sana. Mereka mendiami rumah-rumah yang ditandai dengan tulisan: "Pemilik rumah tinggal di sini".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya